Cerbung (Cerita Bersambung) Toxic Relationship Part 1

17 Juni 2022, 20:43 WIB
Cerbung (Cerita Bersambung) Toxic Relationship Part 1. /Pixabay/Luisella Planeta Leoni LOVE PEACE

TERAS GORONTALO – Ada yang pernah punya keinginan untuk menulis cerpen? Atau mungkin hanya sekedar menjadi penggemar karya sastra aja?

Menurut Turayev, cerpen atau cerita pendek merupakan bentuk karya sastra naratif, yang menampilkan sebuah episode dalam kehidupan sebuah tokoh.

Kali ini, Teras Gorontalo datang membawa sedikit kejutan bagi pembaca. Sebuah cerita bersambung akan dihadirkan dalam segmen ini.

Sedikit bocoran kami berikan terkait cerita ini. Di mana kisah ini adalah tentang sebuah toxic relationship atau hubungan tidak sehat antara seorang wanita dengan seorang pria yang kasar dan selalu penuh emosi.

Baca Juga: Cerpen Inspiratif Berjudul The Little Hero, Kisah Seorang Anak Kecil yang Mampu Mengamalkan Tolong-menolong

Penasaran ingin membacanya, kan?

Ayo disimak cerita berikut ini dan jangan lupa untuk selalu memantau setiap episode terbarunya.

Unknown (PART 1)

“Ampuun bang, tolong jangan pukul aku lagi.”, sebuah tangisan menyayat hati terdengar dari sebuah sudut kamar yang gelap. Suara benda yang membentur tembok serta desisan yang keluar disela tangisan itu, seakan menjadi nyanyian sumbang di tengah gemuruh langit yang terdengar. Petir yang menggelegar semakin menambah suram suasana rumah itu

“Aku ‘gak akan berhenti sebelum kamu memberikan jawaban yang jujur. Siapa yang menghubungi kamu tadi?? Kenapa nomornya tidak ada dalam daftar kontak di handphone-mu??”, kali ini suara bariton yang sarat akan emosi berbicara. Sesekali terdengar dengusan dalam hembusan nafasnya. Bahkan tak jarang ada suara benda yang hancur, seperti habis dilemparkan.

“Aku ‘gak tau, bang. Abang bisa lihat sendiri, kan, kalau nomor itu tidak ada dalam daftar kontakku. Abang juga bisa cek sendiri apa pernah nomor itu mengirimkan chat kepadaku.”

Baca Juga: Cerpen: Kisah Mesin Tik Tua yang Jatuh Cinta Kepada Pemiliknya

“Alaaahhh… Bisa aja kan kamu udah menghapus semua riwayat chat kamu, jadi ‘gak ada lagi yang tersimpan!! Kamu pikir aku bodoh apa!! Anak SD aja tau itu!!”

“Mana pernah aku berbuat begitu, bang. Nomor ini saja abang yang beli, setelah nomor yang lama abang gunting terus dibuang entah kemana. Hanya orang tua & beberapa teman perempuanku saja yang tau nomor ini. Itu juga abang sendiri yang periksa sebelum aku menyimpan nomor mereka.”

“Jangan banyak alasan kamu. Perempuan macam kamu pasti udah sering melakukan ini. Menggoda pria mana saja yang kamu kenal hanya untuk mengemis belaian kasih sayang dari mereka, tak terkecuali mantan kamu itu.”

“Masya Allah, bang, mana ada aku seperti itu. Kamu terlalu negative thinking sama aku, hanya karena sebelumnya aku masih menjalin silaturahmi yang baik dengan mantanku. Padahal sekarang, kemana-mana juga aku selalu bareng kamu, bang, ‘gak pernah pergi sendiri. Setiap ada telepon atau chat yang masuk pun kamu orang pertama yang tau.”

“Udah, ‘gak usah banyak omong. Nanti sore kita ke counter di depan gang. Kamu harus ganti nomor hp-mu, lagi. Jangan membantah, karena ini terjadi akibat kesalahan kamu sendiri. Sekarang kamu bersihkan mukamu, aku ‘gak mau melihat ada darah lagi disitu.”

Aku yang sudah tak mampu lagi untuk mengeluarkan kalimat apapun, hanya bisa diam menahan tangis. Tak ada lagi bantahan. Tak ada lagi suara yang terdengar. Meski sakit, kupaksakan diri melangkah ke kamar mandi. Membersihkan diri dari sisa-sisa penganiayaan yang untuk kesekian kalinya terjadi. Penganiayaan yang disebabkan oleh hal sepele, hanya karena sebuah nomor telepon tak dikenal menghubungiku.***

Editor: Sutrisno Tola

Tags

Terkini

Terpopuler