Cerbung (Cerita Bersambung) Toxic Relationship Part 1

- 17 Juni 2022, 20:43 WIB
Cerbung (Cerita Bersambung) Toxic Relationship Part 1.
Cerbung (Cerita Bersambung) Toxic Relationship Part 1. /Pixabay/Luisella Planeta Leoni LOVE PEACE

“Aku ‘gak akan berhenti sebelum kamu memberikan jawaban yang jujur. Siapa yang menghubungi kamu tadi?? Kenapa nomornya tidak ada dalam daftar kontak di handphone-mu??”, kali ini suara bariton yang sarat akan emosi berbicara. Sesekali terdengar dengusan dalam hembusan nafasnya. Bahkan tak jarang ada suara benda yang hancur, seperti habis dilemparkan.

“Aku ‘gak tau, bang. Abang bisa lihat sendiri, kan, kalau nomor itu tidak ada dalam daftar kontakku. Abang juga bisa cek sendiri apa pernah nomor itu mengirimkan chat kepadaku.”

Baca Juga: Cerpen: Kisah Mesin Tik Tua yang Jatuh Cinta Kepada Pemiliknya

“Alaaahhh… Bisa aja kan kamu udah menghapus semua riwayat chat kamu, jadi ‘gak ada lagi yang tersimpan!! Kamu pikir aku bodoh apa!! Anak SD aja tau itu!!”

“Mana pernah aku berbuat begitu, bang. Nomor ini saja abang yang beli, setelah nomor yang lama abang gunting terus dibuang entah kemana. Hanya orang tua & beberapa teman perempuanku saja yang tau nomor ini. Itu juga abang sendiri yang periksa sebelum aku menyimpan nomor mereka.”

“Jangan banyak alasan kamu. Perempuan macam kamu pasti udah sering melakukan ini. Menggoda pria mana saja yang kamu kenal hanya untuk mengemis belaian kasih sayang dari mereka, tak terkecuali mantan kamu itu.”

“Masya Allah, bang, mana ada aku seperti itu. Kamu terlalu negative thinking sama aku, hanya karena sebelumnya aku masih menjalin silaturahmi yang baik dengan mantanku. Padahal sekarang, kemana-mana juga aku selalu bareng kamu, bang, ‘gak pernah pergi sendiri. Setiap ada telepon atau chat yang masuk pun kamu orang pertama yang tau.”

“Udah, ‘gak usah banyak omong. Nanti sore kita ke counter di depan gang. Kamu harus ganti nomor hp-mu, lagi. Jangan membantah, karena ini terjadi akibat kesalahan kamu sendiri. Sekarang kamu bersihkan mukamu, aku ‘gak mau melihat ada darah lagi disitu.”

Aku yang sudah tak mampu lagi untuk mengeluarkan kalimat apapun, hanya bisa diam menahan tangis. Tak ada lagi bantahan. Tak ada lagi suara yang terdengar. Meski sakit, kupaksakan diri melangkah ke kamar mandi. Membersihkan diri dari sisa-sisa penganiayaan yang untuk kesekian kalinya terjadi. Penganiayaan yang disebabkan oleh hal sepele, hanya karena sebuah nomor telepon tak dikenal menghubungiku.***

Halaman:

Editor: Sutrisno Tola


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x