Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 5

- 23 Juni 2022, 18:13 WIB
Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 5
Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 5 /

TERAS GORONTALO – Setiap orang pasti pernah menjalani hubungan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Entah itu karena seringnya pertengkaran terjadi, atau bisa juga ada perilaku kasar di luar batas kewajaran yang mengatasnamakan cinta.

Ego dan atau posesif biasa menjadi unsur pengikat tindakan overeaction (reaksi berlebihan) terhadap sesuatu hal yang nyatanya biasa-biasa saja.

Tidak terkecuali juga yang terjadi pada hubungan antara Kinara dan Bang Adit. 

Baca Juga: Pertarungan Epic di One Piece Chapter 1054, Blackbeard Incar Teritorial Big Mom, Dihadang Sosok Ini

Teras Gorontalo kali ini hadir menampilkan puncak konflik dari sikap posesif Bang Adit kepada Kinara, kekasihnya.

Ingin tau bagaimana kejadiannya?

Yuk kita cari tau bersama alurnya dalam cerita di bawah ini...

TOXIC RELATIONSHIP PART 5
HILANG

Suara langkah kaki terdengar mondar-mandir dalam sebuah ruangan kecil namun nyaman itu. 

Baca Juga: Pasca Wano, Bounty Luffy Direvisi Pemerintah Dunia, Perang Balas Dendam Tersaji di One Piece chapter 1054

Dekorasi bernuansa hijau yang memenuhi interior ruangan, sebenarnya mampu membawa kesejukan tersendiri. Tapi tidak dengan pemilik langkah itu.

Ya siapa lagi kalo bukan Vanya. Seharian ini dia uring-uringan gak jelas. Bahkan untuk bekerja pun sepertinya dia gak ada mood sama sekali.

Entah sudah berapa banyak staff yang menjadi korban emosi dia pagi ini. Salah sedikit saja, harus siap menerima amukan darinya.

(“Kinara, kamu kemana siy? Udah 5 hari gak ada kabar. Padahal kamu udah janji mau ngabarin aku sebelum tugasmu disini berakhir. Apa kamu masih di sini atau udah balik? Perasaanku gak enak nih.”)

Batin itu berperang. Pikiran itu berkecamuk. Dipenuhi segala prasangka yang selalu berakhir pada rasa gelisah yang tak menentu.

(“Aku bingung apakah langsung mendatangi tempat Kinara kerja atau menghubungi dia dulu. Tapi kalo dihubungi duluan, takutnya malah si Adit itu yang menjawab teleponku. Arrgghh... bikin pusing aja! Tapi kalo aku abaikan, takutnya udah terjadi sesuatu sama dia. Okelah, aku datangi tempat kerja dia dulu, mumpung masih pagi. Kalo ternyata dia gak ada, baru deh aku cek ke penginapan tempat dia stay.”)

Mobil Vanya pun melaju kencang, menerobos jalan yang mulai lengang. Sepertinya pikiran Vanya memang lagi kalut.

Terbukti hanya dalam beberapa menit saja dia sudah sampai di kantor tempat Kinara ditugaskan.

“Permisi, mas. Maaf, mau tanya. Apa hari ini Kinara masuk kerja?” Vanya menghentikan langkah kakinya di post satpam kantor tersebut. Berharap sang petugas keamanan dapat memberikan jawaban yang melegakan hatinya.

“Maaf, tapi kalo boleh tau mba ini siapanya Bu Kinara yah?” basa-basi rutin, khas petugas keamanan.

“Saya kerabatnya. Udah 5 hari dia gak ada kabar dan setahu saya tugas dia di sini hampir selesai. Makanya saya langsung samperin ke sini aja. Mana tau mungkin dia sibuk banget sampai lupa ngabarin.”

“Maaf lagi, mba, tapi sepertinya saya belum melihat Bu Kinara hari ini. Coba mba masuk ke dalam aja, langsung tanya di ruangan accounting, barangkali mereka lebih tau. Nanti mba lurus aja, pas mentok terus belok kanan. Nah, ruangannya itu tepat berada di sebelah kiri setelah belokan.”

“Oke, terima kasih pak.”

Pikiran Vanya semakin tidak tenang. Apalagi setelah mendengar jawaban dari Satpam tadi.

Vanya tau persis, Kinara bukan jenis orang yang akan dengan mudahnya mangkir dari tanggung jawab kerja.

Kecuali dia sakit, atau ada keadaan yang benar-benar mendesak hingga membuatnya tidak bisa datang ke kantor.

“Permisi, Bu. Maaf mengganggu sebentar. Saya mau tanya, apa hari ini Kinara masuk kerja?” tanpa pikir panjang Vanya langsung mencegat seorang wanita paruh baya yang baru saja akan meninggalkan ruangan accounting.

Harapannya masih sama, semoga bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan dari wanita itu.

“Maaf sebelumnya, tapi kalo boleh tau, mba siapa yah?”

“Saya Vanya, Bu, saudaranya Kinara. Udah 5 hari dia gak ada kabar. Mama saya di rumah khawatir, soalnya kan selama di sini, dia jadi tanggung jawab kami. Karena orang tuanya tau ada kami di sini yang bisa jagain dia,” mau tidak mau Vanya memilih untuk sedikit berbohong kepada wanita ini.

Pikirnya, mungkin dengan mengatakan bahwa dia adalah saudara Vanya, wanita ini bisa memberikan jawaban tentang keberadaan Kinara.

“Oalah... Kinara gak pernah cerita sih kalo dia punya saudara di sini, makanya kenapa saya bertanya dulu. Hmm… Sejujurnya saya sendiri gak tau kemana dia, nak Vanya. Karena udah ada 5 hari dia gak masuk kerja. Ini aja pekerjaan dia terbengkalai, padahal tinggal beberapa hari lagi masa penugasan dia berakhir. Kami juga sudah menghubungi kantor pusat, tapi mereka sendiri gak ada yang tau dimana dia sekarang.”

“Astaghfirullah... Se-serius, Bu? Baik pihak di kantor cabang ini maupun pusat gak ada yang tau mengenai keberadaan Kinara sekarang?” terbata-bata Vanya berusaha menyelesaikan ucapannya.

Tak dapat dipungkiri sekarang dirinya panik, bahkan takut. Takut jika sesuatu benar-benar sudah terjadi kepada Vanya.

“Iya, nak. Selama 5 hari ini kami berusaha mencari keberadaan Kinara. Kami sendiri juga bingung bagaimana harus memberitahu orang tua Kinara. Karena biar bagaimana pun dia masih menjadi tanggung jawab perusahaan selama dalam masa penugasan.”

“Terima kasih untuk infonya, Bu. Perihal orang tua Kinara, biar nanti saya saja yang menghubungi mereka. Tapi saya mau minta tolong ke Ibu, jika nanti ada kabar terbaru dari Kinara, atau seandainya dia masuk kerja lagi, mohon segera hubungi saya. Ini kartu nama saya, ada nomor saya yang bisa Ibu hubungi di situ.”

“Baik, nak. Pasti saya hubungi nak Vanya jika sudah ada kabar terbaru dari Kinara.”

“Sekali lagi terima kasih, Bu.”

Vanya pun berjalan meninggalkan ruangan accounting itu. Langkahnya terasa berat. Pikirannya kalut. Hatinya perih seperti teriris sembilu.

Dia bingung apakah harus menangis atau takut setelah tau Kinara sudah menghilang tanpa kabar selama 5 hari.

Sudah jelas itu diluar kebiasaan Kinara. Vanya tau betul Kinara tidak mungkin bertindak seperti itu. Tidak setelah dia sudah bekerja selama 3 tahun di perusahaan ini.

***************

Masih ada 1 tempat lagi yang harus Vanya datangi untuk memastikan keberadaan Kinara.

Dia berharap semoga saja Kinara masih ada di penginapan dan memang dia hanya sedang sakit sehingga tidak memungkinkan untuk pergi bekerja. Semoga…

“Selamat siang, mba. Maaf, boleh nanya gak? Apa betul ada tamu atas nama Kinara Pramesti Putri Wijaya yang menginap di sini?” tanpa basa-basi Vanya langsung menyerbu si mba cantik yang sedang berdiri membelakangi meja respsionis penginapan dengan pertanyaan.

“Ehh... Iya selamat siang juga, mba. Maaf sebelumnya, boleh tau mba ini siapanya Bu Kinara yah?” keterkejutan nampak jelas di wajahnya tatkala diserbu berondongan pertanyaan.

“Saya Vanya, saudara Kinara. Barusan saya dari kantor tempat dia kerja, tapi menurut mereka Kinara udah 5 hari gak masuk kerja. Makanya saya langsung datang cek kesini. Barangkali dia lagi sakit atau apa.”

“Sebentar yah, mba, saya coba cek di sistem dulu.”

Yah, meskipun penginapan ini tidak mewah, tapi mereka memiliki sistem yang tak kalah canggihnya dengan hotel bintang 5.

Bahkan tingkat perlindungan privasi di sini pun sama. Mungkin ini alasannya kenapa setiap kali Kinara ditugaskan, dia memilih untuk stay di sini. Harga murah, tapi bisa mendapatkan fasilitas layaknya hotel bintang 5.

“Maaf, mba Vanya. Tapi menurut data di sistem kami, Bu Kinara udah check-out sejak 5 hari yang lalu.”

“A-apa? Mba gak salah liat nama kan?”

“Iya, mba. Ini bener kok namanya, Kinara Pramesti Putri Wijaya. Check-out 5 hari yang lalu.”

“Oke, mba. Bisa bantu saya sekali lagi? Tolong cek juga tamu atas nama Aditya Dwi Anggoro, apa masih stay di sini atau udah check-out.”

Kali ini resepsionis cantik itu tidak lagi menanyakan kepentingan Vanya mencari tau tentang keberadaan tamu lainnya.

Mungkin dia berpikir ada sesuatu yang urgent sehingga info ini harus segera diberikan.

“Sama juga, mba. Pak Aditya udah check-out 5 hari yang lalu. Kalo dilihat di sistem, waktunya bersamaan dengan Bu Kinara.”

Mata bulat yang indah itu membesar. Terkesiap. Seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari resepsionis di hadapannya.

Setiap sel tubuh Vanya terasa beku, seolah dialiri es dari Kutub Utara. Inilah jawaban dari kegelisahannya selama beberapa hari ini.

Mengapa dia selalu kepikiran tentang Kinara dan mengapa hatinya merasakan ketakutan yang dia sendiri tak mampu untuk jelaskan.

Dia tidak ingin berpikir buruk, tapi semakin kesini pikiran itu makin sering berkelebat di benaknya. Apalagi Kinara hilang secara mendadak tanpa ada kabar berita.

(“Ya Allah, semoga saja gak ada hal buruk yang terjadi. Semoga Kinara sekarang sudah berada di rumahnya sendiri dan dalam keadaan baik-baik saja. Semoga dia hanya lupa mengabari aku tentang kepulangannya. Semoga si psikopat Adit itu gak berbuat macam-macam yang mengharuskan Kinara pergi secara tiba-tiba begini.”)

Begitu banyak pengandaian melintas di pikiran Vanya. Doa demi doa ia tuturkan dalam hatinya, berharap itu dapat memberikan ketenangan.

“Mba Vanya? Mba baik-baik aja kan?” resepsionis di hadapannya mencoba mengembalikan kesadaran Vanya. Sepertinya dia sadar jika saat ini pikiran Vanya sedang melayang entah kemana.

“Ehh... Iya, mba, sa-saya baik-baik aja. Ehmm… Terima kasih untuk infonya. Saya permisi dulu. Maaf sudah merepotkan.”

Berusaha menghalau kekalutan yang nampak jelas di wajahnya, Vanya mencoba untuk tersenyum kepada resepsionis itu sebelum akhirnya berlalu.

“Iya, sama-sama mba. Senang bisa membantu,” perkataan resepsionis itu mungkin sudah tidak terdengar lagi di telinga Vanya. Pikirannya sudah mengembara tak tentu arah. Jelas sekali dia benar-benar sedang panik sekarang.

(“Bagaimana ini? Aku bingung, gak tau harus berbuat apalagi. Apa iya aku hubungi tante Lidya untuk memastikan kalo Kinara memang sudah pulang ke rumah? Tapi kalo dia belum pulang, alasan apa yang harus aku sampaikan jika nantinya tante Lidya malah bertanya balik kepadaku? Gak mungkin aku dengan entengnya menyampaikan kalo anaknya udah hilang selama 5 hari. Arrgghh… Kamu sebenarnya ke mana sih, Kin? Kenapa ngilang mendadak gini? Apa aku harus buat laporan ke polisi supaya mereka bisa melakukan pencarian terhadap kamu?”)***

S.H.E
~ Manado, 18 Nov 2019 ~

Editor: Gian Limbanadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x