Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 7, Micha Temukan Sebuah Buku Dongeng Usang Favoritnya

- 14 Juli 2022, 05:25 WIB
Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 7, Micha Temukan Sebuah Buku Dongeng Usang Favoritnya.
Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 7, Micha Temukan Sebuah Buku Dongeng Usang Favoritnya. /Pixabay/Yuri_B

TERAS GORONTALO – Hai sobat TG, di antara kalian ada tidak yang pernah membaca dongeng?

Atau mungkin pernah dibacakan oleh orang tua saat menjelang tidur?

Ya, dongeng adalah sebuah cerita prosa rakyat, yang dianggap tidak benar-benar terjadi, atau fiktif.

Dongeng umumnya bersifat menghibur, akan tetapi dongeng juga bisa memberikan pesan moral yang bermanfaat bagi pembacanya.

Kali ini, episode 7 cerita bersambung (Cerbung) dari 'Cinta Dua Benua' memasuki babak baru.

Micha menemukan sebuah buku dongeng usang favorit miliknya, yang ternyata disimpan oleh ayahnya.

Baca Juga: Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 6 - Usaha Tidak Mengkhianati Hasil

Meski hal tersebut tidak memiliki kaitan dengan pencarian tante Salsa, namun tetap saja mengenang kembali masa-masa indah saat kecil merupakan ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya.

Mendekati akhir dari perjalanan cintanya, apakah ayah Micha akan dipertemukan kembali oleh takdir, dengan sang pelangi?

Simak kelanjutan kisahnya hanya di kanal cerpen TerasGorontalo di bawah ini.

CINTA DUA BENUA EPS. 7
DONGENG FAVORIT

"Kak Micha... Aku main ke arena ice skating dulu yah."

"Lha, gak mau dianterin?"

"Gak usah. Kan kakak lagi beres-beres rumah, aku 'gak mau ngerepotin."

"Dasar yah kamu, dek. Bukannya ikut bantuin dulu biar cepat selesai, malah ngeloyor pergi."

Baca Juga: Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 5, Kejahilan Adik Perempuan

Ingin kujewer kuping adikku yang bandel ini. Tapi saat kubalikkan badan, si mungil yang chubby itu ternyata sudah menghilang.

Hanya tawanya yang masih terdengar membahana dari arah pintu utama.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah polahnya.

Yah, memang selama ini kami tidak pernah menyewa asisten rumah tangga untuk urusan bersih-bersih.

Sengaja, karena ukuran rumah yang tidak seberapa luas. Jadi rasanya kami berdua pun masih sanggup untuk membersihkannya.

Sebenarnya kondisi rumah tidaklah seberapa kotor, karena setiap harinya kami pasti menyempatkan diri sekedar untuk menyapu.

Hanya perlu sedikit polesan pembersih lantai dalam sekali seminggu untuk menjaga kehigienisannya.

Baca Juga: Cerbung Episode 4: Cinta Dua Benua, Micha Putuskan Mengelabui Takdir

Kamar Ayah apalagi. Sudah pasti sangat terjaga kebersihannya, karena setiap pagi aku selalu melihat Ayah membawa kain pel dan ember bekas sabun saat keluar dari kamar.

Tapi kali ini, giliranku yang melakukan bersih-bersih karena sudah 2 hari ini Ayah berada di luar kota.

Mataku kemudian tertumbuk pada 1 buku yang tersimpan rapi di perpustakaan mini milik Ayah.

Rasanya aku mengenal buku itu dari masa kecilku dulu.

Penasaran ingin memastikan, kuraih buku bersampul hijau itu dari antara tumpukan yang ada.

Benar rupanya, ini buku fabel kesukaanku dan Athena saat kami masih balita.

Ayah selalu membacakannya untuk kami sebelum waktu tidur tiba.

Kenapa bisa ada di sini yah? Bukannya buku ini sudah hilang saat kami pindah dulu?

Baca Juga: Cerbung Episode 3: Cinta Dua Benua, Perdebatan Micha dan Ayahya

Warna sampulnya terlihat memudar dimakan usia. Tapi lembar demi lembar tulisan di dalamnya masih terlihat awet, tanpa cacat sedikit pun.

Flashback on...

"Alkisah di sebuah negeri antah berantah yang jauh, hiduplah seekor tikus muda yang ingin mencari petualangan baru. Tikus itupun berjalan menyusuri pinggiran kolam di mana Sang Katak tinggal. Saat katak tersebut melihat tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata :

"Maukah kamu mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang."

Sang Tikus tidak berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa berenang sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa bantuan.

Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu membantu sang Tikus saat berenang di kolam. Maka jadilah dia mengikat kaki tikus tersebut ke kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil menarik teman jalannya yang bodoh bersamanya.

Baca Juga: Cerbung (Cerita Bersambung) - Cinta Dua Benua Eps. 2

Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan ingin kembali ke pinggiran kolam, akan tetapi sang katak yang jahat memiliki rencana lain. Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya sehingga meninggal. Tetapi sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia dengan tikus, seekor elang terbang menyambar ke bawah, menangkap tikus dan membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-gantung pada kaki tikus. Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar mendapatkan dua makanan sekaligus untuk makan siangnya."

Flashback off...

Pesan moral yang cukup baik terdapat dalam fabel ini. Bahwasanya kita tidak boleh membodohi orang lain, karena suatu saat pasti kita sendiri yang akan kena batunya.

Setiap selesai bercerita, Ayah pasti akan selalu memberi nasehat sesuai dengan kisah yang dibacanya.

Dan aku, sangat menyukai fabel Tikus dan Katak ini karena pesan moral yang terdapat di dalamnya cukup mendalam.

Baca Juga: Cerbung (Cerita Bersambung) Cinta Dua Benua Eps. 1

Aku tidak menyangka, buku yang selama ini kuanggap hilang, justru ada di sini.

Mungkin Ayah sengaja menyimpannya, sebagai pelepas rindu saat berada jauh dari kedua putrinya.

"Micha, kamu di mana, nak?" suara Ayah tiba-tiba terdengar dari arah ruang tamu.

Sepertinya aku tenggelam pada kenangan masa kecilku hingga tidak mendengar salam saat Ayah masuk ke rumah.

"Micha lagi bersih-bersih di kamar Ayah." jawabku, buru-buru mengembalikan buku fabel tadi ke posisinya semula.

"Kamu kok sendirian? Adikmu mana?" tanya Ayah saat membuka pintu kamar.

"Biasalah, Yah, dia jalan-jalan lagi. Katanya mau ke arena ice skating."

"Yaudah kalo begitu. Ayo makan dulu. Kebetulan Ayah dibeliin makan tadi sama teman pas perjalanan pulang."

"Ini bukan jengkol lagi kan, Yah?"

"Tenang aja, nak, kali ini bukan jengkol, kok. Kamu bisa makan sepuasnya."

Kulihat senyum kecil terukir di bibirnya. Ada binar tawa terlihat di sudut matanya. Sepertinya suasana hati beliau saat ini sedang bahagia.

Hatiku turut senang melihatnya, karena memang selama tinggal di sini, Ayah sangat jarang tersenyum.

Ayah... Mohon bersabar.

Beberapa hari lagi senyum di wajahmu itu pasti akan bertambah lebar dan matamu pasti akan memancarkan kebahagiaan.

Karena aku akan mempertemukanmu kembali dengan pelangi itu.***

Editor: Sutrisno Tola

Sumber: terasgorontalo.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x