TERAS GORONTALO - Provinsi Gorontalo dikenal dengan warisan adat dan budaya yang ada dalam setiap fase sejarahnya.
Perkembangan zaman membuat tidak sedikit pemuda Gorontalo belum tahu sejarah asal-usul Provinsi Gorontalo.
Sehingga artikel ini akan mengurai beberapa sumber sejarah adat dan budaya Gorontalo tersebut.
Berikut ulasan sejarah asal-usul Kota Gorontalo yang dirangkum Teras Gorontalo dari Youtube Borin Vlog.
Baca Juga: Warga Gorontalo Bisa Nikmati Siaran Digital ANTV Dengan Scan Ulang Set Top, Berikut Caranya
Mengenal Gorontalo dengan semangat adat dan agama yang bersatu hingga disebut serambi Madinah.
Kota Gorontalo, yang menjadi ibukota provinsi Gorontalo memancarkan semangat adat yang terjalin erat dengan nilai-nilai agama Islam.
Dengan semboyan adat "bersendikan saraf, bersendikan kitabullah," Kota Gorontalo mencerminkan harmoni antara tradisi adat dan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakatnya.
Di antara empat kota utama di Sulawesi, termasuk Makassar, Manado, dan Parepare, Gorontalo menonjol dengan keunikan budaya dan sejarahnya.
Pada Kamis, 18 Maret 1728 Masehi atau Kamis, 6 Sya'ban 1140 Hijriyah, Kota Gorontalo lahir.
Namun, baru pada tanggal 16 Februari 2001, secara resmi Kota Gorontalo ditetapkan sebagai ibukota provinsi dan keputusan ini berlaku hingga saat ini.
Sebelum menjadi provinsi, Gorontalo tergabung dalam Provinsi Sulawesi Utara.
Sejarah awalnya mencatat bahwa sejak 20 Mei 1960, Gorontalo memiliki status sebagai Kota Praja yang kemudian berkembang menjadi kota madya pada tahun 1965.
Perubahan ini terus berlangsung hingga akhirnya, setelah berlalunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, istilah "Kotamadya" digantikan dengan nama "kota." Sejak itulah, nama Kota Gorontalo pun berkibar dengan kebanggaan.
Kota serambi Madinah dalam sejarah Islam dan pengaruhnya di Gorontalo
Gorontalo mempunyai julukan istimewa, yaitu "Kota serambi Madinah." Ini disebabkan oleh adopsi syariat Islam oleh pemerintahan kerajaan Gorontalo pada masa lampau.
Hukum Islam diterapkan dalam berbagai aspek, mulai dari pemerintahan hingga sistem pengadilan.
Catatan sejarah mencatat bahwa sekitar 400 tahun lalu, Gorontalo menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur.
Proses penyebaran agama Islam ini membawa dampak besar, menjadikan Gorontalo pusat pendidikan dan perdagangan yang mendukung perkembangan masyarakat di wilayah sekitarnya.
Seiring dengan perluasan pengaruhnya, Gorontalo berkembang menjadi pusat penting di Indonesia Timur, membentang dari Ternate hingga Bone.
Ketika pertama kali berdiri, pusat pemerintahan kerajaan Gorontalo berlokasi di kelurahan Hulawa, kecamatan Telaga.
Namun, melalui riset sejarah, diketahui bahwa pada tahun 1024 Hijriyah, pusat pemerintahan dipindahkan dari Hulawa ke kelurahan Tuladengi di kecamatan Kota Barat.
Ini adalah awal dari perpindahan yang strategis untuk membangun pusat pendidikan dan perdagangan yang lebih kuat.
Perpindahan ini terus berkembang hingga masa pemerintahan Sultan Bututihe, di mana kota kerajaan dipindahkan dari pinggiran sungai Bolango ke area di antara dua kelurahan, yaitu Biawak dan Limbah.
Lokasi ini menjadi pusat pendidikan, perdagangan, dan penyebaran agama Islam yang mempengaruhi wilayah sekitarnya.
Baca Juga: Terungkap Misteri Kematian Briptu RF Ajudan Kapolda Gorontalo yang Tewas dengan Luka Tembak
Gorontalo juga dikenal sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Utara, mencakup wilayah seperti Tolitoli, Donggala, dan Bolaang Mongondow.
Perjuangan Kemerdekaan dan Semangat Nasionalisme Gorontalo
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Gorontalo telah melahirkan tokoh perjuangan yang menginspirasi.
Nama Nani Wartabone di Gorontalo, seorang pejuang kemerdekaan, bersinar di antara mereka.
Pada tanggal 23 Januari 1942, selama lebih dari 2 tahun, Gorontalo merdeka dan berdaulat dengan pemerintahannya sendiri.
Baca Juga: Kronologi Penemuan Jasad Ajudan Kapolda Gorontalo Tewas dengan Luka Tembak di Dada
Semangat patriotik ini menciptakan landasan penting bagi kemerdekaan Indonesia dan memotivasi wilayah sekitarnya.
Namun, pertanyaan muncul, "Mengapa kota ini dinamai Gorontalo?" Asal usul nama ini memberikan sejumlah teori yang menarik.
Dalam perspektif semantik bahasa, beberapa istilah dianggap sebagai sumber potensial dalam penamaan kota ini.
Misalnya, "hulo talangio," merujuk pada nama sebuah kerajaan yang kemudian disingkat menjadi "hulantalo." Ada pula "hua lolontango," yang menceritakan tentang orang-orang Goa yang bergerak aktif.
Baca Juga: Pemprov Gorontalo Peringkat III PPKM Award Wilayah Sulawesi, Ini Kata Pj Gubernur
Kota Gorontalo tidak hanya memiliki sejarah yang kaya, tetapi juga kaya dengan budaya dan situs bersejarah yang menarik.
Tradisi "tumilotohe," di mana lampu-lampu dipasang menjelang Idul Fitri, adalah salah satu budaya yang masih dilestarikan.
Ini memiliki makna mendalam dalam memudahkan umat Islam memberikan zakat fitrahnya pada malam hari.
Di tengah kota, rumah adat Dulohupa menjadi saksi bisu kerajaan dan Balai musyawarah.
Bangunan ini terbuat dari papan dengan atap khas dan terletak di tengah taman bunga yang indah.
Selain itu, Benteng Oranye dan Benteng Otanaha adalah dua peninggalan masa peperangan yang memberikan kita pandangan tentang sejarah dan perjuangan Gorontalo.
Itulah rangkuman perjalanan menelusuri sejarah dan asal usul Kota Gorontalo.
Dari semangat adat yang bersatu dengan ajaran Islam hingga perjuangan kemerdekaan yang membara, Gorontalo telah menorehkan jejaknya dalam cerita perkembangan Indonesia. Terimkasih karena sudah membaca Teras Gorontalo.***