Agus Maryono melinai bahwa pendahuluan dari Zainal Arifin Mochtar yang menyampaikan kepada penonton untuk menjadikan film ini sebagai dasar penghukuman.
Narasi tersebut tentunya dianggap potensi menimbulkan kegaduhan atau provokasi di masa tenang Pemilu 2024.
Dirty Vote memang cukup menyedot perhatian public dalam masa tenang, hal itu dibuktikan dengan jumlah tontonan film documenter ini yang telah ditonton lebih dari 1 juta kali.
Agus menilai, secara substanif, tidak ada hal-hal yang baru dalam muatan film Dirty Vote ini.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa film Dirty Vote ini harus diunggah pada masa tenang hari pertama.
Menurut Agus jika memang para pakar hukum atau yang terlibat dalam pembuatan film Dirty Vote ini benar-benar ingin meluruskan, mengapa tidak dibahas jauh hari sebelum masa tenang.
Dirty Vote diunggah setelah pemilih sudah menetapkan pilihannya pada Pemilu 2024.
“Berpotensi menciptakan kegaduhan, berpotensi memprovokasi public” tegas Agus.
Menurutnya film ini memberi kesan bahwa pemerintah Jokowi dan kabinetnya serta seluruh perangkat pemerintahnya itu dicitrakan benar-benar telah berbuat curang dalam Pemilu 2024.
Hal itu jelas dalam prolog bahwa para pakar hukum ini menyampaikan jika Pemilu 2024 dilakukan dengan curang.