KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu, Ternyata Begini Ceritanya (Bagian 2)

4 Juli 2022, 13:53 WIB
KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu /MD Picture/

TERAS GORONTALO - KKN di Desa Penari versi Nur Teman Bima dan Ayu, ternyata begini ceritanya (Bagian 2).

Bergerak seirama dengan suara gamelan, kemudian Nur menyadari wanita tersebut sedang menari, ketika mereka sampai Pak Prabu menyambut mereka.

Dalam perbicangan dengan Pak Prabu, Nur melihat sosok hitam besar dengan mata merah mengintai dari kegelapan.

Kemudian mereka masuk ke salah satu rumah warga  yang mau menampung mereka tinggal selama mereka mengikuti KKN di desa tersebut.

Baca Juga: KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu, Ternyata Begini Ceritanya (Bagian 1)

Widya dan Ayu beradu pendapat masalah perjalanan yang jauh untuk mencapai desa tersebut.

Sementara mereka bertengkar Nur masi memikirkan Genderuwo yang mengintainya dari balik kegelapan.

Namun, tiba-tiba Widya mengatakan sesuatu membuat Nur tidak bisa mengambaikannya, “Kamu dengan atau tidak suara gamelan” tanya Widya ke Nur.

Namun, ucapan Widya ditanggapi Ayu dengan nada mengejek, halah Wid, palingan kebetulan ada yang mengadakan acara di desa sebelah.

Nur, yang mendengar perkataan ayu langsung membantah mengatakan tidak ada desa di dekat sini Yu.

Malam kemudian berakhir namun perdebatan di batin mereka belum berakhir, Nur kemudian mengutarakan pertanda apa yang sudah menunggu mereka di desa tersebut.

Nur mengatakan Ayu apa kamu tidak merasa aneh dengan desa ini ? Kenapa Pak Prabu melarang keras kita KKN di desa ini?

Kata Ayu mungkin Pak Prabu memiliki alasan melarang kita melakukan KKN di desa ini.

Ayu pergi meninggalkan Nur, Nur tak mungkin mengatakan apa yang telah dia lihat.

Ayu bahkan tidak percaya dengan hal yang gaib. Di sini Nur mengalah lagi.

Kemudian Widya memanggil Nur dengan wajah yang sayu tampak dia baru saja menangis. Tidak aneh memang, siapa yang tidak menangis jika merasakan hal yang tidak masuk akal tersebut.

Widya meminta Nur untuk tidak menceritakan apa-apa ke warga desa, Widya takut dikira berperilaku tidak sopan.

Tapi, Nur mengatakan bahwa dirinya tidak hanya mendengar suara gamelan tapi juga melihat penarinya langsung di pinggir hutan.

Widya dan ayu terdiam mendegar hal itu, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Malam itu, Nur tidak menceritakan tentang sosok hitam yang mengintai mereka, pada malam pertama Nur, Ayu, dan Widya tidur dalam satu kamar yang sama, mereka sepakat menggelar tikar dengan posisi Nur di tengah.

Nur tetap terjaga sembari memikirkan hal yang dialaminya, kemudian Nur tersadar bahwa sudah tidak terdengar suara hewan liar di hutan dan berganti dengan suasana hening mencekam.

Nur memalingkan matanya ke sudut sekat ia melihat ada sesosok mahluk bermata merah mengintipnya, Nur tercekat. Ia kemudian mundur menutupi wajahnya.

Nur membaca ayat kursi. Namun, di setiap ia menyelesaikan satu panjatan doa diikuti oleh suara papan kayu yang digebrak keras dengan serampangan, Nur menangis ketakutan semalaman.

Pada pagi hari pak prabu mengumpulkan semua anak-anak dan menyampaikan bahwa hari ini ia akan memperkenalkan warga desa.

Baca Juga: Ini Profil Erika Carlina Model Sekaligus Artis Top Indonesia

Dalam perjalanan mereka tiba di satu tempat yang membuat Nur tidak nyaman. Yaitu sebuah pemakaman, dikanan kirinya banyak beringin  besar selain itu pemandangan di pemakaman itu terkesan sangat aneh. Setiap batu nisan ditutupi dengan kain hitam.

Membuat Nur dan semuanya merasa penasaran dan apa alasannya. Nur merasakan angina seperti mengelilinginya ia tahu ada yang tidak beres dengan tempat ini. Seakan-akan  tempat ini menolak keberadaannya.

Yang membuat mereka merasa aneh adalah Pak Prabu melarang mereka melewati sebuah gerbang atau gapura yang berada di tengah hutan.

Jika mereka melanggar akan terjadi sesuatu kepada mereka. Apa yang sebenarnya Pak Prabu sembunyikan?.***

 

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler