Dokter Aisyah Dahlan: Kenali Hormon pada Anak, Kunci Remaja dengan Mental Sehat

- 10 Juli 2022, 23:34 WIB
TERAS GORONTALO – Kesehatan mental atau jiwa ini, telah dituangkan dalam UU Kesehatan Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Kesehatan mental atau jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan dirinya.

Hal ini ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan mampu untuk memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Ini berarti, apabila kesehatan mental atau jiwa seseorang ini terganggu, makan akan memberikan pengaruh terhadap fisik, juga terhadap tingkat produktivitasnya.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan sebuah prevalensi gangguan mental dan emosional.
 
Ini ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan pada mereka yang berusia 15 tahun ke atas, ternyata mencapai angka sekitar 6,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau setara dengan 11 juta orang.

Pada remaja dengan rentang usia 15-24 tahun, apabila menderita depresi berat, mereka cenderung akan melakukan perilaku yang menyakiti diri sendiri (self harm), hingga berujung pada bunuh diri.

Sebesar 80 – 90 persen kasus bunuh diri disebabkan oleh depresi berat dan kecemasan.

Di Indonesia sendiri, kasus bunuh diri bisa mencapai angka 10.000, atau dengan kata lain, setiap jamnya ada orang yang melakukan bunuh diri.

Lantas, bagaimana hal ini bisa menimpa anak remaja di Indonesia?

Faktor apa saja yang menyebabkan gangguan kesehatan ini?

Terus jika sudah mengalami gangguan mental, bagaimana cara mencegahnya?

Pengertian Mentalitas
 
Dilansir dari channel YouTube draisahdahlan, dijelaskan bahwa kata mental, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan jiwa.

Mentalitas adalah keadaan dan aktifitas jiwa (batin), yang meliputi cara berpikir dan berperasaan seseorang, dan dipengaruhi oleh emosional, kepribadian dan sosial.

Ciri-Ciri Remaja Mental Sehat
 
Remaja yang memiliki kondisi mental sehat biasanya merasa lebih bahagia dan lebih positif tentang diri mereka sendiri.

Perasaan bahagia dan positif ini timbul karena mereka mengenal watak diri sendiri dan tahu akan pengaruh hormonal dalam kehidupannya, sehingga membuatnya lebih menikmati hidup.

Umumnya, remaja dengan kondisi mental yang sehat mampu untuk bangkit kembali dari perasaan kesal ataupun kecewa, atau dengan kata lain mudah untuk move on.

Selain itu, remaja mental sehat ini juga memiliki hubungan komunikasi yang sehat baik dengan keluarga, maupun dengan teman-temannya.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja
 
1. Pengaruh Hormon

Hormon yang dimiliki oleh remaja ini, tentunya dipengaruhi oleh jenis kelamin yang dimilikinya.

Hal ini sesuai dengan yang terteran dalam Qur’an Surat Ali Imran ayat 36, yang berbunyi :

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّى وَضَعْتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ ۖ وَإِنِّى سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Artinya : Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".

Perempuan
Hormon Estrogen
 
Meski pada umumnya ditemukan dalam tubuh perempuan, namun hormon ini juga ternyata dapat ditemukan pada laki-laki, meski dengan jumlah yang sedikit.

Analoginya, hormon ini terkenal dengan sifat ratu. Sifat ratu ini meliputi memegang kendali, ingin berkuasa, ingin mendominasi.

Hormon estrogen juga dikenal akrab dengan Dopamin, Oksitosin, Asetilkolin dan Norefinefrin, yaitu senyawa kimia pada otak yang menimbulkan perasaan senang.

Tidak heran jika seorang remaja perempuan bisa mengalami perubahan mood yang signifikan, karena siklus estrogen ini tidak menentu.

Selain menimbulkan rasa senang, estrogen juga ternyata bisa menjadikan seorang perempuan sebagai penggoda yang agresif.

Hormon Progesteron
 
Meski tidak seberkuasa estrogen, namun hormon yang dikenal dengan sikap putri ini, juga memiliki pengaruh yang besar terhadap tubuh seorang perempuan.

Munculnya sebentar-sebentar, tapi kadang bisa menjadi awan badai yang membalikkan efek dari estrogen.

Akan tetapi, hormon ini juga terkadang bisa menjadi penstabil emosi dan juga berfungi seperti valium bagi otak, yang memberikan efek menenangkan.

Akibat adanya kedua hormon ini, perempuan dikenal sebagai sosok yang labil, karena seringnya terjadi perubahan mood.

Terutama apabila menjelang masa menstruasi, mood perempuan akan menjadi tidak stabil.

Menurut Aisah Dahlan, sebaiknya orang tua menghindari untuk memberikan kritik dan nasehat berat pada remaja perempuan, yang sedang berada dalam kondisi labil ini (masa menstruasi).

Orang tua harus mulai membiasakan diri untuk mempelajari kondisi mood dari anak perempuannya, agar ketika nanti ingin memberikan nasehat, hal tersebut bisa diterima oleh si anak.

Cari tau siklus menstruasi yang dialaminya agar bisa mempersiapkan diri jika nanti terjadi perubahan mood yang signifikan atau jika ingin mengajak anak untuk bicara.

Laki-Laki
Hormon Testosteron
 
Meski dikenal sebagai hormon yang hanya berada pada tubuh laki-laki saja, namun ternyata perempuan juga memilikinya, dengan komposisi yang lebih sedikit.

Hormon ini dikenal sebagai hormon sang raja, yang meliputi sifat dominan, agresif, dan merasa sangat berkuasa.

Testosteron ini juga selalu berorientasi pada sasaran, sehingga tidak heran jika seorang anak laki-laki, ketika dimintai tolong oleh orang tuanya, akan mengeluarkan berbagai macam pertanyaan.

Selain itu, keberadaan hormon ini juga akan mengaktifkan sirkuit seksual dan agresif, serta memunculkan sifat yang ingin terus berupaya keras dalam memenuhi hasratnya mencari pasangan.

Jadi jangan heran kalau sejak usia kecil atau saat duduk di bangku kelas lima SD misalnya, anak laki-laki sudah memiliki perasaan tertarik kepada perempuan.

Bagi orang tua yang mendengarkan pengakuan tiba-tiba dari anaknya, alangkah baiknya jangan langsung memarahi atau memberikan nasehat yang berat.

Akan tetapi, lebih baik jika orang tua memberikan penjelasan dan pengertian tentang tata cara pergaulan yang benar antara laki-laki dengan perempuan.

Sifat lain yang juga ditimbulkan oleh hormon testosteron ini adalah menjunjung keyakinan dan keberanian, serta bisa menjadi seorang perayu yang meyakinkan.

Hormon Vasopresin
 
Hormon ini dikenal sebagai hormon ksatria, yang menjadikan seorang laki-laki bersikap sopan kepada perempuan.

Vasopresin ini juga ternyata hormon yang memicu sifat monogami pada laki-laki.

Jadi pada dasarnya, laki-laki itu adalah makhluk yang setia, akibat adanya hormon ini.

Tidak hanya itu saja, namun Vasopresin juga akan membuat laki-laki bersikap aktif dalam melindungi wilayah dari orang-orang yang disayangnya.

Sehingga jangan heran jika sejak usia remaja, fungsi maskulinitas yang ditimbulkan oleh hormon testosteron dan vasopresin ini, sudah terlihat jelas.

2. Watak
 
Merupakan sifat batin manusia, yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lalu, di antaranya budi pekerti dan tabiat dasarnya.

Tidak banyak yang tau bahwa watak ini ternyata dipengaruhi oleh genetik dari orang tua.

Pada tahun 300 SM (Sebelum Masehi), Hippocrates ternyata pernah mengembangkan xiri-ciri tentang tempramen turunan.

Di sisi lain, seorang ilmuwan bernama Galen juga mengusulkan penelitian tentang teori watak berdasarkan tingkatan cairan tubuh, pada tahun 149 Sesudah Masehi.

Penelitian dari kedua ilmuwan ini dilakukan jauh sebelum adanya informasi yang mengatakan bahwa watak dipengaruhi oleh genetik.

Jika ingin mempelajari watak seseorang, kata Aisyah Dahlan, maka bisa menggunakan teori dari buku milik Florence Littauer, yang termasuk sebagai pengarang buku psikologi terpopuler, tentang kepribadian atau watak ini.

Menurut Aisah Dahlan, setiap orang tua maupun tenaga pendidik harus membaca buku ini, agar bisa memahami dengan baik watak atau kepribadian si anak, sejak mereka masih bayi.

Tidak hanya itu saja, ketika orang tua maupun guru sudah memahami watak dari si anak, maka perlu untuk memberikan mereka penjelasan terkait hal tersebut.

Dalam ajaran Islam, mempelajari watak itu ternyata perlu untuk dilakukan. Seperti yang tertuang dalam Qur’an Surat Al- Isra’ ayat 84, yaitu :

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا

Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

Keberadaan watak ini ditemukan dalam otak manusia. Di mana dengan adanya sistem saraf (Nervous System), maka meski terletak di otak, watak tetap dapat memberikan pengaruh terhadap perangai seseorang.

Pesan program watak di otak, akan mengalir melalui sistem saraf ke seluruh tubuh, sehingga akan membentuk ciri pada wajah, gestur tubuh, perilaku, cara merasa dan cara berpikir seseorang.

Meskipun watak dipengaruhi oleh genetik, namun ketika ada pembelajaran yang diterima oleh otak manusia, watak akan berinteraksi dengan pembelajaran tersebut.

Tidak hanya pembelajaran, namun setiap nasehat yang juga diterima oleh otak, akan ikut berinteraksi dengan watak, sehingga nantinya akan membentuk kepribadian seseorang.

Di lain pihak, watak juga bisa berinteraksi dengan ilmu spiritual, sehingga inilah yang akan ‘membungkus’ seseorang dengan ‘baju’ takwa.

Tidak berhenti sampai di situ saja, watak yang berinteraksi dengan tingkah laku, juga akan memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Sama halnya jika watak berinteraksi dengan emosi seseorang, maka ini juga yang menjadikan orang tersebut memiliki temperamen.

Intinya, setiap pembelajaran, setiap ilmu maupun nasehat yang diterima oleh otak, semuanya akan berinteraksi dengan watak, yang nantinya akan membentuk karakteristik seorang manusia.

Jika orang tua ataupun guru ingin mencegah supaya seorang remaja tidak jatuh ke dalam problematika depresi, bipolar, dan sejenisnya, maka perkenalkanlah si anak kepada wataknya.

Nah, bagi para orang tua, kata Aisyah Dahlan, wajib untuk mempelajari kedua hal tersebut di atas, khususnya tentang hormon.

Agar di kemudian hari, tidak ada lagi pemikiran yang muncul bahwa hormon dijadikan sebagai kambing hitam terhadap kondisi mental seorang anak.

Karena sudah jelas terbukti bahwa kondisi hormonal seseorang memang menjadi faktor penentu bagi kesehatan mental anak remaja.***
 

Editor: Sutrisno Tola

Sumber: YouTube draisahdahlan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x