Apa Saja Kejahatan HAM yang Terjadi di Bulan September?

- 2 Oktober 2022, 06:55 WIB
Bulan September dalam konteks sejarah Indonesia merupakan bulan yang kelam bagi Hak Asasi Manusia (HAM).
Bulan September dalam konteks sejarah Indonesia merupakan bulan yang kelam bagi Hak Asasi Manusia (HAM). /Instagram/@hanungbramatyo/

TERAS GORONTALO – September identic dengan HAM, apa saja kejahatan yang terjadi di Indonesia di bulan tersebut?

Bulan September dalam konteks sejarah Indonesia merupakan bulan yang kelam bagi Hak Asasi Manusia (HAM).

Pada bulan September, berbagai peristiwa atau tragedy yang serius menciderai prinsip HAM.

Peristiwa yang melekat erat dalam ingatan masyarakat adalah G30S.

Tak hanya itu, aktivis HAM, Munir juga dibunuh pada bulan September yang hingga kini kasus tersebut masih belum menemukan kejelasan.

Baca Juga: Lakukan KDRT, Ayah Lesti Kejora Beri Pesan Ini ke Rizky Billar

Dibulan September, perntanyaan yang muncul di benak public adalah siapa dalang dibalik peristiwa G30S.

30 September 1965

G30S merupakan singkatan dari Gerakan 30 September 1965 yang bertujuan untuk membunuh para Jendral kala itu.

Peristiwa yang merupakan pelanggaran HAM ini juga membunuh jiwa-jiwa masyarakat Indonesia yang diduga berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia.

Surat kabar New York Times pada Mei 1966 menuliskan, jumlah korban yang tewas waktu adalah 300.000 orang.

Akan tetapi setelah diteliti kembali, jumlah korban sebenarnya berjumlah lebih dari setengah juta orang.

Baca Juga: Rizky Ridho Live TikTok Pake Lagu ‘Titip Cintaku’, Netizen Kaitkan dengan Lesti Kejora

Dalam penelitian, setidaknya terdapat 5 versi. Mulai dari PKI itu sendiri, konflik internal Angkatan Darat Seokarno Seoharto, hingga unsur asing seperti CIA.

Namun hal yang pasti adalah, dalam konteks HAM, peristiwa tersebut amat sangat memilukan.

Peristiwa ini disebut-sebut sebagai aksi pembunuhan massal terburuk diabad itu.

Para korban dan anggota keluarganya dibiarkan berjuang sendiri.

Sementara mereka yang diduga seharusnya bertanggung jawab, malah bebas dari hukuman.

Baca Juga: 5 Pria Tampan Ini Singgah di Hati Lesti Kejora, Rizky Billar The Winner

Tragedi Tanjung Priok 1984

Seorang tentara memasuki Mesjid di Tanjung Priok tanpa melepas sepatu untuk mengamankan brosur dan spanduk yang berisi kritikan terhadap pemerintah.

Akibatnya terjadi bentrok antara warga dan apparat, peristiwa itu juga terjadi di bulan September.

Tepatnya pada tanggal 12 September 1984, petumpahan darah telah terjadi.

Kerusuhan kemudian pecah yang melibatkan antara masa Islam dan apparat pemerintah orde baru.

Korban tewas nyaris seluruhnya akibat diterjang timah panas dari senapan.

Pengadilan HAM ad hoc tingkat pertama memutus bersalah pelaku pelanggar HAM.

Namun terdakwa melakukan banding ke pengadilan tinggi dan diputus bebas.

Tragedi Semanggi 2

Tragedy Semanggi 2 terjadi pada 24 September 1999 dan menjadi salah satu pelanggaran HAM berat.

Peristiwa ini akibat maraknya aksi mahasiswa dan masyarakat yang menetang RUU penanggulangan keadaan bahaya pada tahun 1999.

Baca Juga: Ternyata Begini Sosok Asli Rehan yang Viral, Pria Baik Idaman Intan Lembata

Seperti diketahui, penyusunan RUU itu mengecam keberlangsungan reformasi.

Utamanya tentang poin penghapusan agenda dwifungasi ABRI .

Sebagaimana hasil penyelidikan Komnas HAM, peristiwa ini menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 217 alami luka-luka.

Setelah 23 tahun berlalu, sama halnya dengan kasus-kasus sebelumnya, tidak ada upaya penuntasan dengan maksimal.

Baik itu dalam pengungkapan fakta, pemulihan keluarga korban atau jaminan ketidak berulangan peristiwa serupa.

Proses hukum yag menjadi syarat terpenuhinya rasa keadilan bagi para keluarga korban juga harus menjumpai berbagai kendala.

Salah satu yang paling sering adalah bolak balik dengan membawa berkas perkara antara Komnas HAM dan Kejagung.

Pada akhirnya proses penyelesaian seakan-akan seperti dipermainkan.

Pembunuhan Munir 2004

Kematian aktivis HAM Munir Thalib juga terjadi di bulan September tepatnya pada tanggal 7 September 2004.

Semasa hidupnya, Munir adalah sosok yang gigih memperjuangkan keadilan dan kebenaran terutama di masa orde baru.

Keberpihakan Munir selalu pada kaum buruh, aktivis mahasiswa, pemuda, serta kelompok masyarakat yang mengalami penindasan.

Baca Juga: Terungkap Hasil Pemeriksaan Psikiater Putri Candrawathi, Febri Diansyah Langsung Angkat Bicara

Pekerjaannya dilembaga bantuan hukum, membuat Munir terjun secara langsung dalam serangkaian aksi untuk menyuarakan ketimpangan dan ketidakadilan di Indonesia.

Tepatnya 18 tahun pembunuhan Munir, racun arsenic berdosis tinggi itulah yang merengut nyawanya di udara.

Pelaku telah ditangkap dan diadili, namun actor sesungguhnya dibalik pembunuhan Munir masih menjadi tanda tanya besar sepanjang masa.

Wafatnya Salim Kancil 2015

Kematian Salim Kancil menambah deretan Panjang bukti ketidak amanan bagi para pembela kemanusiaan dalam negari.

Komnas HAM berpendapat bahwa tragedy Salim Kancil yang terjadi tepatnya 26 September 2015 menjadi peringatan agar khususnya para pejuang kemanusiaan mesti berhati-hati.

Salim Kancil dibunuh dan dianiaya oleh sekelompok preman karena menolak penambangan pasir illegal di tanah rakyat di Lumajang.

Belakangan preman-preman tersebut adalah orang suruhan kepala Desa.

Pelaku pembunuhan telah diadili, namun pelaku pencucian uang dan pihak penerima manfaat, para pejabat broker dan pemilih pasir illegal tidal diadili.

Revormasi di Korupsi tahun 2019

Hampir mirip dengan tragedy Semanggi 2, reformasi di korupsi juga merupakan pelanggran HAM berat.

Pembahasan Omnibuslaw dan RUU bermasalh lainnya, tidak melibatkan partisipasi public.

Hal itu pada akhirnya memicu aksi nasional secara besar-besaran.

Peristiwa ini juga terjadi dalam bulan September yakni mulai dari tanggal 24 hingga 30 September 2019.

Aksi para mahasiswa tersebut direpresi secara brutal oleh apparat keamanan.

Mereka menggunakan alat yang dinilai melanggar HAM.

Sebanyak 1489 orang yang ditangkap, 380 diantaranya ditetapkan sebagai tersangka.

Kemudian 5 orang yang melakukan aksi yang sama ditempat berbeda, meninggal dunia.

Pembunuhan Pendeta Yeremia 2020

Inilah tragedy yang paling segar dalam ingatan di bulan September.

Pendeta Yeremia sendiri merupakan pemimpin umat Gereja Kemah Injil Indonesia atau GKKI di Provinsi Papua.

Pendeta ini dikenal dengan sosok yang cukup vocal dalam mengkritisi kehadiran militer.

Sang istri kemudian menemukan pendeta yeremia ini tertelungkup di kendang babi miliknya dengan luka tembak dan luka tusukan.

Peristiwa ini terjadi pada 19 September 2020, Komnas HAM menyimpulkan bahwa Yeremia diduga telah ditembak oleh anggota TNI sekaligus Komandan Rayon Militer, Hsyim Madi.

Proses hukum atas pembunuhan pendeta Yeremia masih jauh dari harapan.

Pasalnya pelaku hanya diadili dalam pengadilan militer dan tidak diadili di pengadilan umum.

Itulah beberapa peristiwa HAM yang terjadi di bulan September, seperti yang telah dilansir Teras Gorontalo pada kanal YouTube Data Fakta yang tayang 30 September 2022. Sederet tragedy yang meninggalkan luka dan pertanyaan yang tak kunjung terjawab.***

Editor: Siti Nurjanah

Sumber: Youtube Data Fakta


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x