Jejak Sejarah Kota Penganut Agama Yahudi Terbesar Di Indonesia: Dari Surabaya, Aceh, Hingga Manado

9 Agustus 2023, 17:25 WIB
Jejak Sejarah Kota Penganut Agama Yahudi Terbesar Di Indonesia: Dari Surabaya, Aceh, Hingga Manado /Youtube Daftar Populer/

TERAS GORONTALO - Jejak sejarah tak hanya membentang pada lembaran waktu, tetapi juga dalam kisah-kisah yang tersembunyi di balik keragaman budaya Indonesia.

Salah satu cerita menarik adalah tentang komunitas Agama Yahudi yang perlahan namun pasti membingkai narasi sejarah Nusantara.

Dalam konteks ini, dua peristiwa menarik perhatian kasus dugaan penistaan agama yang melibatkan Panji Gumilang dan pertahanan yang gigih atasnya oleh aktivis Pro Israel dan Yahudi Monique Rijkers.

Baca Juga: Pakai Busana Kena Denda! Inilah Keunikan 6 Desa Aneh di Dunia yang Menarik dan Mengejutkan

Dalam kontroversi Panji Gumilang, terungkap bahwa dalam budaya multikultural Indonesia, salam-salam agama dari berbagai kepercayaan menyatu.

Sebagai contoh, selain salam Assalamualaikum, masyarakat Yahudi di Indonesia juga menggunakan salam Shalom Alaihim.

Apakah ini menunjukkan jejak-jejak budaya Yahudi yang masih bertahan?

Baca Juga: One Piece: Luffy Ternyata si Pengganggu Keseimbangan Dunia, Terbukti saat...

Dikutip Teras Gorontalo dari Youtube Daftar Populer, berikut ini jejak sejarah komunitas agama Yahudi yang masuk di Indonesai, dari Surabaya, Aceh hingga Manado.

Data sejarah memberikan gambaran yang menarik pada tahun 1930, tercatat sekitar 1095 orang Yahudi di Indonesia.

Pada akhir 1930-an, jumlah ini meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 2500 orang.

Meski berkurang akibat Perang Dunia II, jumlah keturunan Yahudi di Indonesia diperkirakan mencapai 5000 orang. Mereka tersebar di berbagai kota, seperti Surabaya.

Sinagog di Surabaya

Surabaya, pada awal abad ke-20, menjadi tempat ideal bagi imigran Yahudi. Pada tahun 1923, komunitas Yahudi Irak mendirikan sinagog yang bertahan selama puluhan tahun.

Namun, kesulitan muncul saat Perang Sinai pada tahun 1956, yang mengakibatkan ketidakamanan bagi warga Yahudi dan berkurangnya komunitas di Surabaya.

Keberadaan Sinagog Manado

Kisah serupa terjadi di Manado, di mana komunitas Yahudi Ortodoks tetap berpegang pada prinsip darah keturunan. Sinagog Shaar Hashamayim yang diresmikan pada tahun 2004 menjadi pusat bagi komunitas Yahudi di Indonesia.

Namun, tantangan masih muncul dalam menjaga tradisi dan kepercayaan di tengah masyarakat yang beragam.

Di Jakarta, komunitas United Indonesia muncul sebagai tempat berkumpul dan belajar bagi keturunan Yahudi.

Meskipun jumlah anggotanya tidak sebanyak di Surabaya dan Manado, komunitas ini bertujuan untuk melestarikan tradisi dan budaya Yahudi di tengah perubahan zaman.

Menjadi seorang penganut Yahudi di Indonesia bukanlah hal mudah. Selain menghadapi stigma negatif, masalah makanan halal yang sesuai dengan hukum Yahudi dan pengakuan keberadaan mereka di tengah masyarakat menjadi tantangan yang nyata.

Jejak Sejarah di Papua dan Aceh

Tidak hanya terbatas pada tiga kota, jejak sejarah komunitas Yahudi juga mencapai Papua dan Aceh. Dalam lingkungan yang beragam, mereka menciptakan ruang untuk tradisi dan kepercayaan mereka.

Dari Surabaya hingga Aceh, jejak sejarah komunitas Yahudi di Indonesia mengingatkan kita akan keragaman dan toleransi yang telah mengakar di negara ini. Warisan mereka mengajarkan kita tentang pentingnya memahami sejarah bersama.

Melalui cerita-cerita ini, pintu dialog antarbudaya terbuka lebar. Kisah-kisah yang tersembunyi di balik waktu membawa kita pada perjalanan melihat Indonesia dalam perspektif yang lebih luas dan berwarna. Tapi bukan berarti melupakan sejarah bahwa bangsa Indonesia mengakui kemerdekaan untuk Palestina.***

Editor: Viko Karinda

Tags

Terkini

Terpopuler