Ayu Original dalam Kisah Nyata KKN di Desa Penari Sempat Menari Mengelilingi Hutan, Begini Ulasan SimpleMan

23 Mei 2022, 03:05 WIB
Ayu Original dalam Kisah Nyata KKN di Desa Penari Sempat Menari Mengelilingi Hutan, Begini Ulasan SimpleMan /Tangkapan layar/YouTube Ronji TV/

TERAS GORONTALO -- SimpleMan terus mengulas kisah nyata tentang KKN di Desa Penari.

Kali ini, SimpleMan mengulas tentang, kondisi Ayu dalam kisah nyata KKN di Desa Penari, saat menari berkeliling hutan.

Hal itu pun membuat orang penasaran, saat Ayu menari mengelilingi hutan, dalam kisah nyata KKN di Desa Penari, ulasan SimpleMan.

Dilansir Teras Gorontalo dari Utara Times berjudul "Tragis! Begini Kondisi Nyata Ayu Setelah Menari Mengelilingi Hutan Dalam Cerita Nyata KKN di Desa Penari"

Ternyata begini kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari, simak kondisinya yang memprihatinkan

Diketahui begini kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari, simak cerita lengkapnya disini

Kemudian hal ini tentu saja membuat banyak orang penasaran dengan kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari.

Diketahui ini kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari, setelah diunggah dari utas atau Thread Twitter milik SimpleMan (akun Twitter (@SimpleM81378523) yang dibuat pada 24 Juni 2019.

Diungkapkan oleh SimpleMan, awalnya ia tidak mendapatkan izin dari pemilik cerita asli KKN di Desa Penari untuk menceritakan kisahnya, berikut kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari.

Kemudian diketahui SimpleMan akhirnya dapat menceritakan kisah nyata tersebut melalui Thread Twitter pribadinya, Diketahui kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari.

Sebagaimana dilansir Utara Times dari thread Twitter SimpelMan, berikut kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari

Diketahui kondisi nyata Ayu setelah menari mengelilingi hutan dalam cerita nyata KKN di Desa Penari.

Mbah Buyut masih mengaduk kopinya, memandang Widya yang tampak mulai kembali kesadaranya, "nyoh, di ombe sek" (nih, di minum dulu)

Widya menyesap kopi dari mbah Buyut, tiba-tiba rasa pahit yang monohok membuat tenggorokan Widya seperti di cekik, membuat Widya memuntahkanya, begitu banyak muntahan air liur Widya yang keluar, ia melihat mbah Buyut yang tampak mengangguk. seperti memastikan.

"koncomu, ngelakoni larangan sing abot, larangan sing gak lumrah gawe menungso opo maneh bangsa demit" (temanmu, melakukan pantangan yang tidak bisa di terima manusia, apalagi bangsa halus) kata mbah Buyut sembari geleng kepala. "paham ndok" (paham nak) Widya mengangguk.

"Sinden sing di garap, iku ngunu, Sinden kembar, siji nang cidek kali, siji'ne nang enggon sing mok parani wingi bengi" (Sinden yang kamu kerjakan, itu kembar, satu di dekat sungai, satu yang kemarin malam kamu datangi) "eroh opo iku sinden?" (tahu kegunaan Sinden?)

"mboten mbah" (tidak tahu mbah) "Sinden ku, enggon adus'e poro penari sak durunge tampil. nah, Sinden sing cidek kali, gak popo di garap, tapi, sinden sing sijine, ra oleh di parani, opo maneh sampe di gawe kelon"

(Sinden itu tempat mandinya para penari sebelum tampil, nah, sinden yang di dekat sungai tidak apa-apa di kerjakan, tapi, sinden yang satunya, tidak boleh di datangi, apalagi di pakai kawin)

"Widya ngerti, sopo sing gok Sinden iku?" (Widya tahu siapa yang ada di sinden itu) Widya diam lama, sebelum mengatakanya. "Ular mbah" "nggih. betul" "sing mok delok iku, ulo-anak'e Bima karo" (yg kamu lihat itu, adalah anaknya Bima sama) "Ular itu mbah" mbah buyut mengangguk

"iku ngunu, mbah sing kecolongan, Widya mek di dadekno Awu awu, ben si mbah ngawasi Widya, tapi mbah salah, koncomu iku sing ket awal wes di incer karo" (itu, mbah yang kecolongan, Widya cuam di jadikan pengalih perhatian, biar si mbah ngawasi kamu, tapi mbah salah, dari awal,yang di incar sama)

mbah Buyut diam lama, seperti tidak mau menyebut nama makhluk itu. " "ngantos, yo nopo mbah, Ayu kale bima saget mbalik?" (lalu bagaimana mbah, apa Ayu sama Bima bisa kembali?) "isok isok" kata mbah Buyut, "sampe balak'e di angkat"

"balak'e di angkat mbah" (bencananya di angkat) kata Widya, bingung. "Bima ambek Ayu wes kelewatan, sak iki, kudu nanggung opo sing di lakoni" (Bima sama Ayu sudah kelewatan, sekarang, dia harus menanggung apa yang dia perbuat) "Ayu sak iki, kudu nari, keliling Alas iki)

(Ayu sekarang harus menari mengelilingi Hutan ini) "sak angkule nari, sadalan-sadalan" (tampil, menari, di setiap jengkal tanah ini) "Bima mbah?" "Bima, yo kudu ngawini sing nduwe Sinden" (Bima ya harus mengawini yang punya Sinden) "Badarawuhi mbah" Mbah buyut kaget.

"oh ngunu" (oh begitu) "wes eroh jeneng'e" (sudah tahu namanya)

"Badarawuhi, iku salah sijine sing jogo wilayah iki, tugas Badarawuhi iku nari, dadi bangsa lelembut iku yo seneng ndelok Badarawuhi iki nari, nah, sak iki, Ayu kudu nanggung tugas Badarawuhi nari"(Badarawuhi itu salah satunya yang jaga di wilayah ini, tugasnya ya menari, jadi bangsa lelembut suka melihat tarian dari Badarawuhi, sekarang, Ayu harus menggantikanya)

"Bima, kudu ngawini Badarawuhi, anak'e iku wujud'e ulo, sekali ngelahirno, isok lahir ewonan ulo"(Bima harus mengawini Badarawuhi, anaknya itu berwujud ular, sekali melahirkan, bisa lahir ribuan ular)

"salah kancamu, wes ngelakoni hal gendeng nang kunu, dadi kudu nanggung akibate" (salah temanmu sendiri, jadi sekarang mereka harus tanggung jawab)"Badarawuhi iku ngunu ratune ulo, bangsa lelembut sing titisan aji sapto, balak'e ra isok di tolak opo maneh di mendalno, mene isuk, tak coba'e ngomong apik-apik'an, wedihku, koncomu ra isok balek orep2"

(Badarawuhi itu ratunya ular, bangsa lelembut yang sudah tak terbendung, kutukanya, gak bisa di tolak apalagi sampai di buang, besok pagi, biar tak coba ngomong baik-baik, takutnya, temanmu tidak bisa kembali hidup2) mbah buyut pergi, Nur, Wahyu dan Anton melihat Widya sendirian di pawon, duduk, sembari termenung. (Ahmad Damanhuri/Utara Times)

 

Editor: Viko Karinda

Sumber: Utara Times

Tags

Terkini

Terpopuler