TERAS GORONTALO - Dugaan skandal terbaru ibu kandung Tangmo Nida viral di media sosial Thailand.
Panida yang merupakan ibu kandung mendiang Tangmo Nida terus menuntut uang kompensasi dari Por setiap hari.
Hal tersebut dianggap sebagai skandal sebab ibu Panida seakan menjual kematian Tangmo Nida.
Dugaan skandal itu seakan membuat keadilan bagi Tangmo Nida telah terkubur dan lebih mementingkan uang.
Baca Juga: Cantiknya Hijaber Senegara Tangmo Nida
Dilansir dari laman Komchadluek.net, seseorang mengatakan bahwa ibu Panida terus meminta uang kompensasi tersebut kepada Por setiap hari.
Kematian misterius Tangmo Nida hingga kini masih menjadi kasus yang sangat diminati oleh banyak orang yang menuntut keadilan di Thailand.
Bahkan setelah lebih dari 100 hari kasus ini belum terselesaikan dan sebaliknya terus memunculkan banyak kecurigaan bagi masyarakat Thailand.
Begitupun ibu Panida sebagai ibu kandung dari mendiang Tangmo Nida yang seharusnya memperjuangkan keadilan dari kematian putrinya justru terus menimbulkan banyak kontroversi.
Kontroversi tersebut bahkan memunculkan dugaan skandal terbaru dari ibu kandung mendiang Tangmo Nida itu.
Masyarakat Thailand kini berasumsi bahwa Panida seakan menjual kematian putrinya itu kepada 2 orang tersangka yakni Por dan Robert
Sebelumnya ibu Panida Siriyudyotin memutuskan untuk bergabung dengan Tae Mongkolkit dan Mr Genius serta pengacara lainnya dan sepakat akan menggugat kasus kematian putrinya sebagai kasus pembunuhan.
Hal itu ditujukannya untuk mengungkap kejadian sebenarnya sebab menurutnya kematian putrinya adalah kasus pembunuhan yang terselubung.
Baca Juga: BREAKING NEWS! Semua Gugatan Mr Genius Kasus Kematian Tangmo Nida Dibatalkan Pengadilan Thailand
Namun selang beberapa waktu kemudian, ibu Panida membuat keputusan yang membuat banyak orang terheran-heran.
Keputusan itu adalah untuk berubah pikiran dan tidak akan lagi menuntut kasus tersebut sebagai kasus pembunuhan.
Padahal beberapa waktu lalu ibu Panida seakan sangat yakin dengan Tae Mongkolkit dan Mr Genius bahwa kematian putrinya adalah pembunuhan dan keadilan harus diperjuangkan.
Bahkan ibu dari mendiang Tangmo Nida ini sempat mengirimkan ponsel milik putrinya kepada bang Jack untuk dipulihkan seluruh foto dan video yang telah dihapus oleh Gatick untuk mencari bukti yang baru.
Namun tetap saja Panida mengambil keputusan yang penuh kontroversi untuk tidak melakukan tuntutan atas kasus pembunuhan lagi.
Alasannya adalah karena barang buktinya tidak jelas dan dirinya takut setelah mengajukan gugatan dan tidak terbukti maka dirinya nanti akan bisa dituntut kembali.
Setelah kabar ini beredar luas, orang dalam yang dekat dengan kuasa hukum Por Tanuphat Lertawewit keluar dan mengungkapkan hal yang sangat mengejutkan.
Orang dalam itu membuka niat sebenarnya dari ibu Panida kepada seluruh wartawan dengan kesaksian yang disaksikan langsung.
Menurutnya beberapa waktu lalu dia menyaksikan bahwa pengacara dari Por telah dihubungi oleh seseorang yang mengaku utusan dari Ibu Panida.
Sang pengacara kemudian memberitahu kepada orang dalam itu bahwa Ibu Panida dan utusannya hamir setiap hari terus menelepon dan menanyakan uang kompensasi atas kematian Tangmo Nida yang telah dijanjikan oleh Por.
Pengacara itu juga telah menyatakan dengan jelas bahwa akan tetap membayar segala kerugian yang telah dilakukan oleh kliennya yakni Por Tanuphat.
Namun hal itu harus ada kejelasan dan tidak hanya berdasarkan kasus yang sampai saat ini belum ada kejelasan seperti ini.
Sebab dirinya masih tidak percaya jika ada orang yang tiba-tiba mengatasnamakan sebagai utusan dari ibu Panida dan meminta uang tersebut sebab uang kompensasi yang dijanjikan itu senilai 30 juta baht dan tidak hanya bernilai kecil.
Hal ini membuat kecurigaan masyarakat yang cukup besar kepada ibu Panida yang seakan mengubur keadilan bagi Tangmo Nida dan hanya mementingkan uang.
Tim dari Komchadluek.net menegaskan bahwa setelah berita ini dirilis, masih menjadi kabar yang belum pasti kebenarannya meskipun mereka mendapatkannya dari sumber berita langsung.
Tentu tidak ada yang tahu pasti hingga kini apakah itu benar atau tidak sebab hal ini harus adil bagi kedua belah pihak.***