TERAS GORONTALO - Perkara kematian Brigadir J, di rumah dinas Ferdy Sambo menarik perhatian publik.
Pasalnya, fakta dalam kasus Brigadir J itu seakan-akan ingin ditutupi oleh Ferdy Sambo cs.
Namun, namanya barang busuk mau disimpan serapat apapun akan tercium.
Yah untaian kalimat itu, terbukti dalam kasus Brigadir J, setelah dihabisi nyawanya.
Ferdy Sambo cs, ingin membuat alibi atau pengkaburan fakta kasus pembunuhan berencana itu.
Banyak warga hingga pengamat menaruh perhatian atas kejadian Jumat berdarah, tepatnya 8 Juli 2022.
Kabar terbarunya Ferdy Sambo telah mengakui bahwa dirinya lah yang sebagai dalang pembunuhan Brigadir J.
Serta memerintahkan menghilangkan barang bukti, atau menghalangi penyidikan (obstruction of justice).
Hal itu dikatakan Ferdy Sambo, ketika diperiksa Komnas HAM.
"Ferdy Sambo mengakui dua hal itu," beber Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, Sabtu 20 Agustus dikutip dari PMJ News.
Terlepas dari kontroversinya kasus Brigadir J yang ingin ditutupi Ferdy Sambo cs.
Bila kita tarik kebelakang sedikit bahwa kasus Ferdy Sambo ini pertama kali dalam sejarah Kepolisian.
Dan ada kemungkinannya akan dikenang dan jadi sejarah panjang di kubu Kepolisian.
Kita flashback, jauh 77 tahun yang lalu tepatnya 17 Agustus.
Dimana hari itu adalah sejarah besar bangsa Indonesia, dalam menggapai kemerdekaan.
Namun dibalik itu semua banyak yang belum tahu tentang sebuah kisah adanya upaya menutup-nutupi hari bersejarah itu.
Hal itu terbukti dengan sedikitnya gambar atau foto sang Proklamator Soekarno.
Yah foto Presiden pertama kita Soekarno, saat membacakan teks Proklamasi di momen bersejarah itu sangat sedikit sekali.
Tahukah, anda kenapa foto Soekarno saat membacakan teks Proklamasi itu sedikit?.
Padahal, itu momen yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia itu.
Baca Juga: Detik Detik Hasil Autopsi Ulang Brigadir J Diumumkan, Ini Kata Dokter Forensik
Dilansir dari laman resmi kominfo.go.id Sumarto Frans Mendur dan Alex Impurung Mendur berhasil mengabadikan peristiwa sejarah tersebur melalui kamera Lecra miliknya.
Dua sudara Mendur itulah yang berhasil memotret momen Proklamasi bersejarah itu.
Namun, ternyata setelah peristiwa bersejarah itu tentara Jepang melakukan razia untuk menutup-nutupi atau pengkaburan fakta peristiwa Proklamasi.
Dimana, tentara Jepang itu melakukan razia agar berita Proklamasi Indonesia tidak tersebar ke luar negeri.
Saat razia tersebut kamera dan negative film milik Alex Mendur berhasil dirampas oleh tentara Jepang.
Beruntungny roll negative film milik Sumarto Frans Mendur berhasil diselamatkan.
Tiga buah roll negative film milik Frans Sumarto Mendur diselamatkan oleh Djamilah (istri Sumarto Frans Mendur).***