Jenderal Bintang Satu di Bareskrim Polri Bakal Dilaporkan ke Presiden, Imbas Rekon Tertutup Kasus Brigadir J

30 Agustus 2022, 19:31 WIB
Jenderal Bintang Satu di Bareskrim Polri Bakal Dilaporkan ke Presiden, Imbas Rekon Tertutup Kasus Brigadir J /Kolase : Facebook Kamaruddin, Facebook Humas Polri./

TERAS GORONTALO - Imbas dari diusirnya tim kuasa hukum keluarga Brigadir J saat rekonstruksi di rumah dinas Ferdy Sambo sepertinya akan berbuntut panjang.

Hal ini setelah kuasa hukum Brigadir J yakni Kamaruddin Simanjuntak menegaskan akan melaporkan salah satu jenderal di tubuh Bareskrim Polri ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sosok jenderal yang dimaksud Kamaruddin Simanjuntak adalah Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Brigjen Pol Andi Rian. 

“Kami dari pelapor enggak boleh melihat, jadi ini bagi kami nih satu pelanggaran hukum yang sangat berat,” kata Kamaruddin dikutip dari ArahKata.com

Baca Juga: Astaga! Ferdy Sambo Diduga Kembali Buat Skenario Bohong Kasus Pembunuhan Brigadir J, Begini Kata Refly Harun

“Tidak ada makna daripada equality before the law itu, jadi entah apa yang mereka lakukan di dalam kami juga tidak tahu," tambah dia. 

Akibat diusir dari lokasi rekonstruksi, tim kuasa hukum dari Brigadir J kemudian memilih untuk pulang. 

Karena mereka tak bisa melihat langsung rekonstruksi dari pembunuhan Brigadir J. 

“Kita kan pengacara korban, harusnya boleh lihat apakah itu betul atau tidak kan begitu, tetapi tadi Dirtipidum pakai acara pokoknya, pokoknya tidak boleh lihat," kata Kamaruddin. 

"Lalu dia gunakan tadi itu Kombes Pol untuk mengusir kita, daripada kita disuruh tidak berguna mending kita cari yang berguna toh,” timpah Kamaruddin.

Ia menegaskan akan berbicara dengan Presiden terkait perlakuan dari Dirtpidum Bareskrim tersebut. 

“Saya akan berbicara dengan Presiden dan atau oleh salah satu Menkonya, saya akan bicarakan ini rencana dalam waktu minggu ini, saya tadi sudah komunikasi, berarti harus ada ini yang segera diberhentikan dari jabatannya," ucap Kamaruddin. 

Baca Juga: Presiden Jokowi dan Kapolri Disebut Kena Prank Ferdy Sambo

Hal senada diungkapkan oleh pengacara Brigadir J lainnya yakni Johson Panjaitan. 

Ia menyatakan menyesalkan tidak transparannya proses rekonstruksi yang digelar Tim Khusus dalam kasus Brigadir J. 

Padahal menurutnya jika berbicara dari perspektif keadilan dalam hukum, pihaknya harusnya dilibatkan karena mewakili keluarga korban yakni Brigadir J. 

“Kami ini kan pengacara korban, masa diperlakukan begini, kok seolah-olah transparansi itu hanya milik Komnas HAM, LPSK, Brimob, Mabes Polri, Polda, korban nggak,” ucap Johnson.

“Oleh karena itu kita harus terus memperjuangkan ini ya, kalau rekonstruksi enggak transparan kayak begini ini artinya, kan omong kosong semua ini," kata dia. 

Johnson lebih lanjut pun mempertanyakan bagaimana tranparansi yang digadang-gadang Polri dalam kasus ini.

“Jadi kalau ditanya hukum, tanya hukum yang ngomong transparan itu akuntanbel itu apa, apakah akuntabel itu nggak ke publik dan enggak korban, apakah cara begini mereka memperlakukan kami,” ujar Johnson.

“Saya enggak mau pendekatannya normatif-normatif kita yang konkrit-konkrit sajalah," tegasnya. 

Ferdy Sambo Tersenyum

Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo melakukan adegan rekonstruksi kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan kondisi tangan terikat.

Ferdy Sambo dihadirkan dengan mengenakan baju tahanan seperti tiga tersangka lainnya yakni Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maaruf.

Tampak tulisan 'Tahanan Bareskrim Polri' pada baju bagian belakang yang dikenakan jendral bintang dua itu. 

Raut wajah Sambo terlihat sangat tenang dan sesekali tersenyum saat menjalani rekonstruksi.

Adapun adegan yang diperagakan oleh Sambo merupakan peristiwa yang terjadi di rumah pribadinya di Jalan Saguling, Jakarta Selatan.

Ferdy Sambo mengawali reka adegan itu dengan berjalan ke arah dalam rumah. 

Kemudian, ia terlihat duduk di sebuah ruangan.

Rekonstruksi peristiwa yang terjadi di Magelang, Jawa Tengah sebelumnya telah diperagakan oleh Putri Candrawathi bersama Bharada E, Bripka Riicky Rizal dan Kuat Maruf.

Diketahui, rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J digelar di rumah Saguling, Duren Tiga, hingga di Magelang, Jawa Tengah. 

Total ada 78 adegan yang akan digelar di rekonstruksi yang digelar hari ini Selasa 30 Agustus 2022. 

Baca Juga: Akhirnya Terungkap Alasan Polri Larang Kamaruddin Simanjuntak Saksikan Langsung Rekonstruksi Kasus Brigadir J

"Reka ulang meliputi peristiwa yang terjadi di rumah Magelang, rumah Saguling dan rumah Duren Tiga meliputi 78 Adegan," kata Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi.

Andi menyebut dari 78 adegan itu, sebanyak 16 di antaranya akan dilakukan di rumah Magelang. 

Adegan itu meliputi peristiwa pada tanggal 4, 7 dan 8 Juli 2022.

Isu Selingkuh dengan Om Kuat 

Hari ini Bareskrim Polri resmi melakukan rekonstruksi pembunuhan terhadap Brigadir J. 

Namun, ada fakta paling baru terungkap dari kasus kematian Brigadir J di rumah Ferdy Sambo. 

Fakta ini diungkapkan oleh mantan kuasa hukum Bhaarada E yakni Deolipa Yumara. 

Dikutip dari kanal YouTube TV One, Deolipa Yumara membongkar tentang kesaksian Bharada E mengenai hubungan tak biasa Kuat Ma'aruf dan Putri Chandrawathi. 

Menurut Deolipa, jika Bharada E menduga jika ada sesuatu yang tak biasa dari Om Kuat dan Putri Candrawathi saat di Magelang. 

Bahkan, Bharada E menduga jika Om Kuat dan Putri Candrawathi sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. 

"Jadi Bharada E atau Eliezer ini kan bilang, dan dia sudah merasakan. Eliezer ngomong 'Saya curiga bang, itu si Kuwaat ada main sama Putri'. Oh pantes, jawab saya," kata Deolipa. 

Maka dari itu, Deolipa Yumara pun menduga jika pembunuhan Brigadir J tak lain adalah skema menyembunyikan hubungan terlarang Putri Candrawathi dan Om Kuaat. 

"Jangan sampai nantinya, motif pembunuhan ini karena Yosua melecehkan Putri di Magelang, gak ada itu bohong kalau itu," ujarnya. 

"Yang ada adalah saat di Magelang itu, Kuwat dan Putri lagi making love, lalu ketahuan Yosua. Makanya Yosua yang dikejar dan dincar," kata Deolipa.

Hal ini kata Deolipa, diperkuat fakta, dimana saat dipergoki Brigadir J, Putri Candrawathi langsung menelepon Bharada E dan Bripka Ricky yang sedang mengantar makanan ke anaknya di sekolah Taruna Nusantara.

Sementara Om Kuat menelepon Ferdy Sambo.

Kuat Ma'aruf dan Putri kata Deolipa kompak melakukan itu untuk membuat skenario agar Ferdy Sambo marah dan memberikan 'pelajaran' ke Brigadir J.

"Jadi begitu ketahuan, itu makanya Putri nelpon Bripka RR lewat Bharada E, sementara Kuwat menelpon ke Sambo," ucapnya.

"Tujuannya menyamakan persepsi mereka disana, begini begini begini, agar hubungan Kuwat dan Putri gak tercium Ferdy Sambo," tuturnya. 

"Jadi seolah-olah Brigadir J pelaku pelecehannya. Jadi Yosua ini adalah korban," tegas Yumara.

Menurut Deolipa, adanya dugaan hubungan asmara antara Om Kuat dan Putri Candrawathi terjadi, karena Kuat Ma'aruf sudah lebih 10 tahun menjadi sopir Putri Candrawathi.

"Om Kuat ini ikut mereka sudah 10 tahun lebih sejak Ferdy Sambo masih AKBP. Ini kan orang dari Brebes, ikut Sambo sejak AKBP disana," katanya.

Deolipa Yumara menjelaskan dengan adanya pengaduan Om Kuat ke Ferdy Sambo yang menyatakan bahwa Brigadir J sudah melecehkan Putri Candrawathi, membuat Ferdy Sambo murka dan marah. ***

Editor: Gian Limbanadi

Sumber: Arah Kata YouTube TV one

Tags

Terkini

Terpopuler