Film Gangubai Kathiawadi Cermin Kehidupan Malam di Thailand, Mengandung Pesan Perbarui UU Prostitusi

- 19 Mei 2022, 10:24 WIB
Film Gangubai Kathiawadi Cermin Kehidupan Malam di Thailand, Mengandung Pesan Perbarui UU Prostitusi
Film Gangubai Kathiawadi Cermin Kehidupan Malam di Thailand, Mengandung Pesan Perbarui UU Prostitusi /tangkapan layar Youtube Mhjrs Bollywood TV/

TERAS GORONTALO - Film Gangubai Kathiawadi, Strong Woman of Mumbai merupakan film viral yang mencerminkan perjuangan para pelacur India yang menyebabkan banyak orang kembali melihat masalah prostitusi di Thailand pada masa lampau yang hingga saat ini masih belum terurus.

Film Gangubai Kathiawadi yang diperankan oleh Alia Bahtt tersebut kembali mengingatkan tentang masalah prostitusi di Thailand terutama tentang hak-hak wanita di negeri gajah putih itu.

Dilansir dari thairath, melalui Film Gangubai Kathiawadi ini, penonton generasi baru lebih waspada terhadap hak-hak PSK terutama tentang hak Thailand yang memiliki sejarah prostitusi yang buruk selama lebih dari 50-60 tahun.

Baca Juga: Nyata! Inilah Kisah Tragis Dibalik Sosok Viral film Gangubai Kathiawadi Ratu Germo Paling Berpengaruh di India

Meskipun ada banyak permintaan untuk memperbaiki UU prostitusi di masa lalu Namun pada akhirnya, mimpi mereka hancur dan hingga kini masalah tersebut belum dituntaskan oleh pemerintah.

Dengan munculnya Film Gangubai Kathiawadi yang menuai popularitas ini, hal mengenai pembaruan UU prostitusi di Thailand kembali bergema dengan sangat yang keras.

Film Gangubai Kathiawadi seakan memberi isyarat bahwa sudah saatnya masyarakat Thailand melalui pemerintah, untuk benar-benar merevisi UU prostitusi.

Baca Juga: Lady Boy Cantik Yoshi Rinrada Ikut Trend Film Gangubai Kathiawadi yang Viral di Negara Tangmo Nida

Masalah prostitusi di Thailand sangat mirip dengan yang ada di film-film India. Orang-orang dalam profesi ini pun sudah mencoba bertarung sejak lama namun selalu berkhir pada sebuah janji yang sebatas mimpi belaka.

Meski sebagian besar penjual telah membayar pajak ke negara agar mendapatkan perlindungan dan juga pengobatan medis secara legal, namun pekerjaan sebagai PSK ini belum dilegalkan.

Aliran Film Gangubai Kathiawadi ini membuat harapan karena mereka percaya bahwa masa depan generasi baru ini akan ada harapan dan secara bertahap mampu mengubah undang-undang untuk mendukung hak-hak pekerja seks di Thailand menjadi lebih sistematis.
Karena situasi pandemi virus corona, banyak pekerja menerima kompensasi selama istirahat, akan tapi para pedagang jasa tidak menjadikan hal ini sebagai sebuah masalah yang harus memberi mereka hak hukum.

Baca Juga: Kenang Tangmo Nida, Produser Film Thailand Akan Putar Drama Terbaik Tangmo Nida Selama Liburan Songkran

sedangkan "Thanadda Sawangduean" seorang pedagang yang juga penuis buku itu mengatakan bahwa film tersebut tidak menggambarkan rasa sakit seorang pelacur dalam kehidupan nyata.

Tapi Film Gangubai Kathiawadi kebanyakan memilih untuk menceritakan keindahannya saja. Terlepas dari kehidupan nyata.

Masalah lain yang ditunjukkan dalam film Gangubai Kathiawadi ini adalah
pemilik bisnis tetap memberikan sesuatu kepada pejabat. Sistem upeti yang harus dibayarkan oleh kepada penguasa masih berlaku hingga saat ini.

Hal ini kemudian menjadi masalah lain yang coba diperjuangkan oleh pedagang jasa prostitusi di Thailand. Namun itu sangat sulit sebab tidak ada hukum yang mendukung.

Perdagangan jasa di Thailand tidak kunjung usai. Meski berbagai tempat hiburan kini sudah tutup, namun anak-anak yang menjual pengelola tersebut beralih bekerja sendiri di kamar.

Mereka tak lagi menjual jasa melalui pendirian atau kelompok seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Hal ini kemudian membuat masalah semakin meluas dan sulit dikendalikan, tren film Gangubai Kathiawadi ini sekan beri pesan untuk melihat rasa sakit dan ingin melihat pekerja seks sebagai manusia untuk perlakuan yang sama dan tidak menindas mereka seperti dulu.

"Anna", seorang wanita transgender, telah melayani selama lebih dari 14 tahun, mengatakan bahwa negara tidak melegalkan pekerjaan ini.

Meski sering memberikan upeti kepada para penguasa, namun para pedagang jasa tertindas.

Hal itu terlihat dari beberapa dakwaan terhadap para pekerja yang ditangkap seringkali didakwa dengan aturan yang tidak masuk akal, seperti berpakaian seperti perempuan untuk menipu turis asing, biaya prostitusi pada hari-hari suci Buddhis, semua itu adalah hukum yang dibuat dengan sendirinya.

Film Gangubai Kathiawadi menjadi pengingat untuk membantu para PSK di Thailand melalui UU prostitusi agar mereka dapat melakukan pekerjaan ini, harus ada undang-undang yang mendukung profesi tersebut.

Karena ketika seorang tamu diserang, mereka sering dituntut untuk prostitusi. Sedangkan para tamu selalu pada posisi aman, maka dari itu harus ada solusi, sudah saatnya UU Prostitusi 1996 diubah menjadi lebih modern sesuia dengan perkembangan serta kebutuhan hukum di bidang tersebut.***

Editor: Agung H. Dondo

Sumber: Thairath


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah