Psikopat atau Pembohong? Ekspresi Wajah Bharada E Dicurigai, Eliezer Diduga Tahu Motif Terbunuhnya Brigadir J

- 19 Agustus 2022, 07:45 WIB
Psikopat atau Pembohong? Ekspresi Wajah Bharada E Dicurigai, Eliezer Diduga Tahu Motif Terbunuhnya Brigadir J
Psikopat atau Pembohong? Ekspresi Wajah Bharada E Dicurigai, Eliezer Diduga Tahu Motif Terbunuhnya Brigadir J /Tangkapan layar YouTube Anjas di Thailand

TERAS GORONTALO – Kasus pembunuhan di Duren Tiga, Jakarta Selatan, yang terjadi pada Brigadir J atau Brigadir Novriansyah Yosua Hutabarat, sepertinya masih akan memasuki ‘season kedua’ layaknya drama Korea.

Meski empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka, dengan disangkakan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, namun belum semua kebenaran terungkap.

Tidak hanya terkait motif pembunuhan yang masih simpang siur, yang membuat semakin banyaknya teori liar yang beredar di kalangan masyarakat.

Namun juga, pembuktian berupa DNA pada senjata api (senpi) yang diduga digunakan oleh Bharada E untuk mengeksekusi Briagdir, belum diumumkan ke publik.

Padahal itu merupakan bukti krusial yang diperlukan, untuk memperkuat pernyataan Bharada E selama ini.

Belum lagi reaksi datar yang kerap ditunjukkan oleh Bharada E, dalam setiap kesempatan.

Seolah-olah memperlihatkan bahwa sisi empati miliknya, sudah tidak ada lagi.

Padahal, orang yang meninggal ini adalah senior sekaligus rekan sesama ajudan, yang sering berada dalam satu kamar yang sama.

Parahnya lagi, wajah Bharada E seakan tidak memiliki sisi emosional, pada saat mengakui bahwa dia adalah orang yang menembak Brigadir J.

Padahal, almarhum yang meninggal ini notabene adalah temannya sendiri yang juga cukup akrab dengannya.

Dalam segmen analisa pada kanal YouTube Anjas di Thailand, disebutkan bahwa datarnya ekspresi dari seorang Bharada E ini sangat mencurigakan.

Seprofesional apapun seseorang, namun ketika dia harus menjadi seseorang yang membunuh temannya sendiri, pasti akan mengalami guncangan hebat (shocked).

Itu sudah menjadi satu hal yang normal terjadi dan pasti akan terlihat sangat jelas lewat penampilannya sendiri.

Anjas sendiri sempat berdiskusi dengan rekan-rekannya yang adalah ahli forensik, dan mereka sama-sama mencapai beberapa kesimpulan terkait keanehan pada sikap Bharada E.

Bharada E Sebenarnya Tidak Ikut Menembak?

Kecurigaan pertama ini, didasarkan pada bukti kuat penembakan yang hingga saat ini belum terungkap ke publik.

Hal tersebut adalah hasil tes DNA pada senjata api (senpi)/ pistol yang diduga digunakan oleh Bharada E untuk menembak Brigadir J.

Bahwa selama ini dia (Bharada E-red) menembak, itu datang dari pengakuannya sendiri.

Padahal untuk memperkuat pernyataan itu, perlu dukungan dari lima jenis alat bukti, yakni keterangan saksi, keterangan terdakwa, keterangan ahli, petunjuk dan surat.

Di sini, yang baru memberikan pernyataan bahwa Bharada E juga ikut menembak, selain datang dari pengakuannya, ada dugaan juga itu berasal dari pernyataan para tersangka lainnya.

Jadi untuk saat ini, bukti yang menguatkan bahwa Bharada E ini baru berupa kata-kata yang keluar dari mulut beberapa orang.

Akan tetapi, perlu untuk diingat permasalahan terbesar dari kasus ini, semua bersumber dari lidah para tersangka, yang sering mengubah-ubah pernyataan mereka.

“Dari fakta itu saja, harusnya kita gak bisa langsung percaya begitu saja, bahwa dia (Bharada E -red), adalah yang menembak Brigadir J,” tutur Anjas.

Anjas menilai bahwa yang bisa menguatkan pernyataan Bharada E ini adalah lewat jejak DNA.

Cukup dengan melakukan pengecekan terhadap senjata yang diduga digunakan untuk menghabisi nyawa Brigadir J, dan mencari jejak DNA di sana.

Kalau tidak ditemukan DNA Bharada E, maka ada dua kemungkinanan, yakni :

- Senjata tersebut sudah dibersikan sebelumnya
- Memang Bharada E sama sekali tidak melakukan penembakan.

Sedangkan untuk Ferdy Sambo sendiri, sudah terekam jelas pada CCTV bahwa ketika dia keluar dari rumah, sudah mengenakan sarung tangan.

Meskipun belakang diketahui, Ferdy Sambo mengakui bahwa sarung tangan tersebut telah dibuang dan dia pun lupa di mana tepatnya.

Menurut Anjas hal tersebut tidak masuk akal untuk dilakukan.

Jadi, dugaan terbesarnya, Ferdy Sambo sebenarnya tau di mana sarung tangan itu dan mungkin juga sebenarnya telah dihancurkan.

Bharada E, Psikopat atau Bukan Penembak Brigadir J?

Sikap tenang Bharada E ini, memicu berbagai reaksi beragam dari masyarakat.

Tak jarang bahkan ada anggapan bahwa Bharada E adalah seorang psikopat, seiring begitu datarnya ekspresi pada wajahnya itu.

Adalah hal yang aneh ketika setelah melakukan sebuah kejahatan, seseorang tidak dilanda kecemasan dan perasaan gelisah.

Sebagai contohnya ketika kita mengambil uang orang tua saat masih kecil, pasti akan ada perasaan takut dan gelisah yang kita rasakan.

“Menurut aku, ini adalah kejanggalan yang sangat nyata banget. Mudah-mudahan ada alat bukti lain, selain keterangan dari para saksi dan juga terdakwa,” jelas Anjas.

“Ada DNA, ada CCTV yang menunjukkan bahwa Bharada E memang menembak Brigadir J,” tambahnya.

Seorang psikopat, kata Anjas, apabila dilakukan rontgen pada otaknya, maka bisa langsung terlihat secara jelas.

Pada bagian otak akan terlihat jelas satu saraf yang terputus, yaitu saraf yang memberikan rasa empati seseorang terhadap orang lain.

Anjas menambahkan bahwa psikopat itu adalah seseorang yang profesional dan sangat manipulatif.

Di mana setelah membunuh seseorang, dia bisa bersikap tenang dan kalem, seakan tidak ada yang terjadi.

Atau, bisa jadi juga, itu karena dia adalah seorang sosiopat.

Tapi, sosiopat itu justru masih memiliki perasaan empati terhadap orang lain, sedangkan psikopat tidak.

Sikap Bharada E jadi Petunjuk Motif Pembunuhan?

Dalam segmen analisanya, Anjas menjelaskan dugaan adanya motif pembunuhan yang disembunyikan oleh Bharada E.

Menurutnya, kecil kemungkinan bahwa Bharada E ini memang ikut menembak Brigadir J.

Karena dalam setiap kesempatan, Bharada E seperti sengaja untuk mengucapkan berulang kali bahwa memang dialah pelakunya.

Seolah-olah Bharada E ingin menggiring opini masyarakat untuk ikut menyebarkan hal tersebut.

Menurut Anjas, ini mungkin ada kaitannya dengan hal yang ditutupi, karena Bharada E juga menyimpan rasa malu.

Seperti ada beban yang tengah dihadapinya dan sulit untuk diungkapkan ke publik.

Keganjilan tersebut kemudian dihubungkan Anjas kepada pernyataan mantan pengacara Bharada E, yakni Deolipa Yumara, yang beberapa kali secara eksplisit menyebutkan soal isu LGBT.

Dugaan adanya hubungan sesama jenis, turut dinilai Anjas sebagai sesuatu hal yang bisa saja menjadi alasan mengapa Bharada E keukeuh dengan pengakuannya, bahwa memang dialah yang menembak Brigadir J.

Dosen yang kini menetap di Thailand itu menilai lewat analisanya, bahwa Bharada E memiliki kecenderungan untuk menyembunyikan motif sebenarnya dari pembunuhan tersebut.

Meski sudah menjadi seorang Justice Collaborator, namun hingga saat ini, Bharada E selalu memberikan jawaban “saya tidak tahu” setiap kali ditanya soal motif.

Baik Anjas maupun rekan-rekan forensik yang diajaknya untuk berdiskusi, sama-sama menyimpulkan bahwa tidak mungkin dia (Bharada E-red) tidak tahu motifnya.

Sebab, Bharada E ini jelas terlibat dengan peristiwa di Magelang hingga ikut menjadi bagian dari skenario rencana pembunuhan berencana yang dibuat Ferdy Sambo.

Terlepas dari itu semua, Anjas menduga bahwa Bharada E sengaja pasang badan untuk menutupi sesuatu hal yang dianggap menjijikkan sekaligus memalukan bagi warga Indonesia, yaitu terkait isu LGBT yang tengah merebak.

Entah itu hubungan antara dirinya dengan Ferdy Sambo, atau mungkin dengan Brigadir J, belum ada yang tahu dengan pasti.

Karena sesuai dengan pernyataan dari Bareskrim Polri, bahwa semua hal tersebut baru akan diungkapkan di pengadilan.

Akui Tembak Empat Kali, Tapi Tak Tahu Siapa yang Menembakkan Peluru Kelima?

Analisa Anjas kemudian berlanjut ke surat pernyataan yang pernah ditulis oleh Bharada E, untuk mantan pengacaranya, Deolipa Yumara.

Dalam surat tersebut, Bharada E mengakui bahwa dia menembak Brigadir J atas perintah atasannya.

Tidak hanya itu saja, kepada mantan pengacaranya, Deolipa Yumara, Bharada E menceritakan bahwa selain dia, Ferdy Sambo juga ikut menembak.

Namun di sini, tidak dijelaskan secara detail maksud dari kata “Ferdy Sambo juga ikut menembak”.

Sebab seperti yang kita ketahui bahwa, untuk memuluskan skenario tembak menembak, Ferdy Sambo menggunakan pistol milik Brigadir J untuk ditembakkan ke dinding rumah, sebanyak tujuh kali.

Selain itu, ada hal lain yang dinilai Anjas sebagai bentuk kebohongan dari pernyataan yang diberikan oleh Bharada E.

Hal tersebut adalah pernyataan Bharada E yang mengatakan bahwa dia menembak sebanyak empat kali, tapi ketika dikonfirmasi soal peluru kelima, dia malah menjawab tidak mengetahui siapa yang menembakkan peluru itu.

Padahal faktanya, dia ada di lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP), jadi bagaimana bisa dia tidak menyadari adanya bunyi letusan senjata api?

Akan sangat janggal jika orang yang berada di lokasi TKP justru tidak mendengar ketika senjata api ditembakkan.

“Itu kan aneh. Suara tembakan itu pasti sangat kuat. Apalagi dia (Bharada E-red) sudah mengaku menembak empat kali, tapi yang kelima gak tau siapa, itu udah bohong banget. 99% bohong banget menurut opiniku,” pungkas Anjas.***

Editor: Siti Nurjanah

Sumber: YouTube Anjas di Thailand


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah