Ferdy Sambo 'Mengamuk' Saat Disinggung Magelang dan Sangguling, Karena Putri Candrawathi Digendong Brigadir J?

- 29 Agustus 2022, 17:47 WIB
Selain kasus pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo juga diduga menjadi pemimpin Konsorsium 303 atau judi online.
Selain kasus pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo juga diduga menjadi pemimpin Konsorsium 303 atau judi online. /kolase foto Tangkapan Layar YouTube Polri TV/

TERAS GORONTALO - Eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo murka setelah disinggung kejadian di Magelang dan Sangguling, apa karena aksi Brigadir J gendong Putri Candrawathi?

Dugaan perselingkuhan Putri Candrawathi dan Brigadir J menjadi motif paling kuat saat ini, diduga Ferdy Sambo marah karena sang ajudan menggendong 'nyonya besar'.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa motif pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J tidak keluar dari dugaan pelecehan atau perselingkuhan.

Dikutip dari Pikiran Rakyat, penegasan itu disampaikan Kapolri Sigit saat menghadiri pemanggilan Komisi III DPR RI, Jakarta pada Rabu 24 Agustus lalu.

Menurutnya, dugaan itu masih dalam pendalaman Timsus Polri.

Komisioner Komnas HAM RI M Choirul Anam mengatakan, bahwa keterangan yang disampaikan Kapolri sama dengan data pendalaman yang dilakukan Komnas HAM.

Di mana, Komnas HAM mendapat keterangan soal adanya motif pelecehan atau perselingkuhan dari sejumlah saksi yang periksa. Choirul Anam juga telah melakukan pemeriksaan terhadap kekasih Brigadir Yosua, Vera Simanjuntak.

Hasilnya, didapati ada nada ancaman pembunuhan yang menjurus ke arah motif yang diungkapkan Kapolri itu.

"Kayanya Pak Kapolri dengan Komnas HAM itu soal itu sama. Karena memang kata-katanya Josua ke Vera, 'jangan naik ke atas, kalau naik ke atas membuat Ibu sakit. Kalau buat Ibu sakit, diancam dibunuh' kurang lebih begitu," kata Choirul Anam.

Menurutnya, keterangan itu pula menjadi patokan dalam mendalami dugaan motif pembunuhan Josua.

Komnas HAM, kata Anam, juga melakukan pemeriksaan terhadap sopir keluarga Ferdy Sambo, Kuat Ma'ruf, asisten rumah tangga Susi dan para Adc.

Saat menggali keterangan kepada orang-orang tersebut, Komnas HAM mendengar soal kisah bermacam-macam di Magelang.

"Sebenarnya sejak awal indikasi ada isu yang dinyatakan Kapolri itu duluan Komnas HAM daripada Kapolri," terang Chorul Anam.

Ia juga mengungkapkan bahwa tersangka Ferdy Sambo sempat diperiksaan oleh Komnas HAM.

Anam menyebut, Ferdy Sambo terlihat sangat sedih dan menyesali perbuatannya.

Namun, saat disinggung soal peristiwa di Magelang, Jawa Tengah dan pembicaraan dengan sang istri Putri Chandrawathi di rumah Jalan Saguling III, Ferdy Sambo terlihat emosi.

Berdasarkan keterangan Kapolri, bahwa motif itu masih belum bisa dipastikan sebelum ada pemeriksaan lebih lanjut terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

"Ini tentunya akan kami pastikan besok setelah pemeriksaan terakhir. Jadi ini juga mungkin bisa mendapatkan gambaran secara lebih jelas," ujar Listyo Sigit.

Sementara ini, kata Sigit, Irjen Ferdy Sambo mengaku marah dan emosi lantaran dipicu permasalahan kesusilaan terhadap istrinya, Putri Candrawathi yang terjadi di Magelang.

Menurut Kapolri, hal itulah yang mendasari Irjen Ferdy Sambo melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

"Jadi ini juga mungkin bisa mendapatkan gambaran lebih jelas bahwa saudara Ferdy Sambo terpicu amarah dan emosinya pada saat saudari PC melaporkan adanya peristiwa yang terkait dengan masalah kesusilaan yang terjadi di Magelang," ucap Kapolri.

Putri Candrawathi Janjikan Hal ini Kepada Sang Ajudan, Kini Dituntut Ibu Brigadir J

Akhirnya terungkap Putri Candrawathi pernah janjikan hal ini kepada sang ajudan, Brigadir J.

Janji itu dikatakan Putri Candrawathijauh sebelum kasus pembunuhan Brigadir J.

Kini janji yang dikatakan Putri Candrawathi dituntut oleh ibu Brigadir J.

Sebagaimana diketahui, Putri Candrawathi telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Brigadir J.

Kasus kematian Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J hingga sekarang masih belum tuntas.

Telah berlangsung selama lebih dari sebulan, ada begitu banyak kejanggalan yang menyelimuti kematian Brigadir J.

Termasuk kejanggalan yang ditemukan pihak keluarga saat menerima jasad Brigadir J usai diotopsi pertama.

Tak puas dengan hasil otopsi pertama, pihak keluarga Brigadir J meminta jasad sang anak kembali diotopi untuk kedua kalinya.

Tak hanya itu, menerima kenyataan bahwa Brigadir J meninggal dengan cara yang tragis, tak heran jika psikis dari ibunda Brigadir J, Rosti terguncang.

Hal ini seperti disampaikan oleh aktivis Irma Hutabarat, bahwa Rosti kerap memanggil nama istri dari Ferdy Sambo yakni Putri Candrawathi (PC).

ibunda Brigadir J rupanya teringat dengan janji yang terucap dari istri Ferdy Sambo.

“Salah satu ratapannya itu dia bilang, mana tanggung jawabmu Putri, mana tanggung jawabmu Putri, mana tanggung jawabmu Putri, tiga kali berulang diulang-ulang (kata) Putri Sambo itu,” ucap dia, dikutip dari YouTube Uya Kuya Tv, Minggu, 28 Agustus 2022.

“Karena memang Joshua ini bekerja baik-baik, dan Putri Sambo itu (bahkan) minta sama mamanya (Yoshua) bahwa ‘kau yang melahirkan, aku yang mengurusi’ jadi itu kan dianggap anaknya,” sambungnya.

Irma melanjutkan, janji Putri itulah yang kemudian mengoyak hati ibunda Yoshua.

Sebab anaknya dikirim kembali dalam keadaan tak bernyawa dengan segala intimidasi dari Polri terhadap jenazah.

Dari mulai tak boleh dibuka petinya, tak boleh diurusi jasadnya sesuai kepercayaan dan tradisi Batak yang dianut, serta proses penggalian kembali, ekshumasi, hingga autopsi berkali-kali.

“Itu gak gampang lho ya. Gak bisa dia tidur tenang sampai dia melihat titik terang, dibuka sebuka-bukanya. Apapun yang kita lakukan Joshua tidak akan hidup kembali, tapi kan kepiluan hati seorang ibu tidak akan terhibur kalau dia tidak tahu siapa yang bikin anak dia mati,” ucapnya.

Menurut Irma, kepedihan paling berat yang menimpa ibu Yoshua adalah fitnah yang dilayangkan pada anaknya. Menurut Irma, melucuti kehormatan orang yang telah tiada adalah sebuah pidana.

Irma menambahkan, pelecehan seksual yang padahal telah dipatahkan oleh berbagai bukti tak lantas meluluhkan hati Putri Candrawathi untuk bicara selain itu.

“Walau sudah mati pun, orang yang menyerang kehormatan dan memfitnah kita itu bisa dituntut loh ya, karena hanya nama dan kehormatan yang ditinggalkan,” ucapnya lagi, dikutip Teras Gorontalo dari Pikiran Rakyat.

Kalau dua hal itu turut dihancurkan, menurut Irma, sementara almarhum sudah tak bisa membela diri kesedihan ibunya semakin bertubi-tubi.

Seperti diketahui, Kuasa Hukum PC, Arman Hanis menjelaskan, di pemeriksaan pertama pada 26 Agustus 2022, Putri Candrawathi mendapatkan 80 pertanyaan di sesi pemeriksaan pertama ini.

Hingga kini, kata Arman, Putri masih teguh pada pernyataan lalu, bahwa dirinya merupakan korban tindakan asusila atau kekerasan seksual dalam perkara yang diperiksa.

Semua keterangannya diarahkan sesuai dengan pernyataan-pernyataan Putri terdahulu, sedang terkait dugaan pembunuhan berencana bersama Ferdy Sambo, PC sepenuhnya membantah.

Daftar Kejahatan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi dalam kasus Brigadir J

1. Rekayasa Kronologi

Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo mengaku telah merekayasa kasus kematian Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Atas perbuatannya tersebut, Sambo meminta maaf kepada Institusi kepolisian (Polri) sampai Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Hal itu dikatakan oleh Irjen Sambo melalui kuasa hukumnya, Arman Hanis.

Arman menjelaskan pesan Sambo yang ditulis melalui handphonenya di rumah pribadi Sambo, Jalan Saguling III, Jakarta Selatan, Kamis 11 Agustus 2022.

Dalam pesan yang dibacakan Arman, Sambo mengaku telah melakukan perbuatannya tersebut demi menjaga dan melindungi marwah keluarganya.

"Saya adalah kepala keluarga dan murni niat saya untuk menjaga dan melindungi marwah dan kehormatan keluarga yang sangat saya cintai," tuturnya, dikutip dari PMJNews.

Sementara itu, dikutip dari ANTARA, Kapolri menyatakan bahwa kronologi awal terjadinya pelecehan yang mengakibatkan peristiwa tembak menembak di rumah dinas tidaklah benar. Terdapat upaya merekayasa TKP.

Listyo Sigit menegaskan bahwa peristiwa penembakan yang terjadi di Duren Tiga diduga dilakukan perencanaan terlebih dahulu oleh Ferdy Sambo di rumah Saguling yang diketahui oleh Putri Chandrawati dan Bharada E.

Bharada E melakukan penembakan Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo, disaksikan oleh Bripka R dan Kuat Ma’ruf, juga perannya untuk ikut membantu.

Setelah penembakan, Ferdy Sambo melakukan penembakan ke arah tembok.

Motif peristiwa ini, berdasarkan pernyataan Kapolri pada Rabu 24 Agustus 2022, terkait dengan kesusilaan yang masih belum dapat dipastikan apakah pelecehan atau perselingkuhan. Pihaknya baru bisa memastikan motif perencanaan setelah memeriksa Putri Chandrawati selaku tersangka.

2. Rekaman CCTV

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan sejumlah pelanggaran penanganan awal kasus tersebut berupa personel tak berkepentingan memasuki TKP hingga pengambilan dan perusakan rekaman CCTV di sekitar TKP.

"Ada beberapa yang menjadi catatan kami, masuk TKP yang seharusnya hanya boleh dilaksanakan oleh petugas TKP, kemudian tindakan-tindakan lain yang tentunya menjadi catatan-catatan kami," ucap Sigit dalam rapat di Komisi III DPR, Rabu 24 Agustus 2022.

Sigit juga mengungkap soal intervensi Divpropram Polri dalam ini.

Sigit menyebut perintah agar hard disk CCTV diganti datang dari personel Propam yang kala itu dipimpin Irjen Ferdy Sambo.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap personel Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri mengganti hardisk CCTV di lokasi pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat.

Listyo mengatakan, proses itu dilakukan usai mengarahkan penyidik Polres Metro Jakarta Selatan melakukan rekonsturksi perkara di lokasi kejadian di Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Hal itu diungkap Listyo saat melakukan rapat dengar pendapat (RDP) bersama dengan Komisi III DPR RI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu, 24 Agustus 2022.

"Personil Div Propam Polri disaat bersamaan menyisir TKP dan memerintahkan mengganti hardisk CCTV yang berada di pos security Duren Tiga. Hardisk CCTV ini kemudian diamankan personel Div Propam Polri," kata Listyo dikutip dari YouTube DPR yang tayang pada 24 Agustus 2022.

Menurut Listyo, personel Div Propam Polri juga telah melakukan intervensi kepada penyidik Polres Metro Jakarta Selatan terkait dengan berita acara pemeriksaan (BAP).

Hal itu dilakukan saat penyidik Polres Metro Jakarta Selatan hendak membuat BAP kepada saksi-saksi yakni Bharada Richard, Bripka Ricky dan asisten rumah tangga Kuat Ma'ruf.

"Penyidik hanya diizinkan merubah format berita acara interogasi yang (sudah) dilakukan Biro Paminal Div Propam menjadi BAP," kata Listyo.

3. Ponsel

Salah satu bukti vital kasus pembunuhan Brigadir J masih dicari oleh pihak Polri.

Bukti vital tersebut adalah handphone (HP) asli milik Brigadir J yang saat ini belum diketahui keberadaannya.

Oleh karena itu, Tim Khusus (Timsus) Polri melakukan pencarian handphone asli milik Brigadir J yang masih menjadi misteri.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menjelaskan timsus hingga sekarang masih belum menemukan handphone asli milik dari Brigadir J setelah peristiwa pembunuhan berencana tersebut.

"Ya betul, sesuai yang sudah disampaikan Kabareskrim dan Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim," ungkap Dedi Prasetyo yang dikutip dari PMJ News pada Rabu, 24 Agustus 2022.

Kadiv Humas Polri tersebut mengungkapkan meski polisi telah menyita dua handphone Brigadir J di Laboratorium Forensik (Labfor), ternyata keduanya bukan ponsel asli.

"Ya masih dicari oleh tim sidik," ujarnya.

4. Pistol

Dua pucuk Senpi, magasin, dan peluru baru diserahkan kepada penyidik Polres Jaksel pada Senin, 11 Juli 2022.

5. Baju Brigadir J

Dikutip dari PMJ, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa barang bukti berupa handphone dan pakaian milik Nofryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, ada di Labfor (laboratorium forensik) Polri untuk pemeriksaan.

"Sudah ada di Laboratorium Forensik Polri," kata Dedi Rabu 3 Agustus 2022.

Hal itu menjawab kritik atas keberadaan barang bukti ponsel dan pakaian yang sempat ditanyakan pihak kuasa hukum Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, karena merasa ada ditutupi.

Dedi menegaskan bahwa seluruh barang bukti tersebut dipastikan akan dibuka saat kasus sudah naik ke persidangan. Termasuk dengan handpone serta pakaian dari Brigadir J.

"Nanti akan dibuka di persidangan Pengadilan Negeri," Kata Jendral Bintang Dua ini.

6. Darah Brigadir J

Kapolri Listyo Sigit Prabowo membeberkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan personel Divpropam terkait penanganan kasus Brigadir J.

Pelanggaran itu adalah terdapat personel Propam masuk di tempat kejadian perkara (TKP) yang semestinya tidak boleh dilakukan untuk menjaga status quo.

"Seharusnya hanya boleh dilaksanakan oleh petugas TKP," ujar Sigit dikutip dari YouTube DPR tayang pada 24 Agustus 2022.

Pelanggaran selanjutnya adalah ada personel Divpropam Polri yang memerintahkan asisten rumah tangga Irjen Ferdy Sambo untuk membersihkan TKP setelah situasi mulai kosong.

Penyidik pada Direktorat Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri sampai saat ini menetapkan 5 tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J.

Para tersangka itu adalah Ferdy Sambo, Putri, Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR, dan asisten rumah tangga Putri bernama Kuat Maruf.

Kelimanya dijerat dengan sangkaan Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto pasal 55 dan Pasal 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara selama-lamanya 20 tahun.

Selain personel Polri tak berkepentingan masuk ke TKP, dugaan pelanggaran lain ialah adanya personel tidak berkepentingan yang ikut mengangkat jenazah Brigadir J sebelum olah TKP benar-benar selesai dilakukan.

Saat TKP mulai kosong, seorang personel Divpropam Polri juga memerintahkan ART di Duren Tiga untuk membersihkan darah dan serpihan kaca yang berserakan.

7. Ambulance Tanpa Sirine Bawa Jenazah Brigadir J

Melalui segmen podcast pada channel YouTube Polisi Ooh Polisi, Irjen Pol (Purn) Aryanto Sutadi mengatakan, berdasarkan keterangan dari salah seorang saksi di tempat kejadian tak ada ambulans jenazah yang membawa Brigadir J.

Terkait hal tersebut, Aryanto Sutadi sampai harus bertanya langsung kepada mantan anak buahnya, dan memperoleh jawaban bahwa ada ambulans yang didatangkan ke lokasi kejadian, tapi sirine memang sengaja tidak dibunyikan dengan alasan urusan internal.

Memangnya untuk angkut mayat korban penembakan dengan ambulans yang membunyikan sirine itu dilarang dalam Undang-Undang?

Sementara itu, Karopenmas Divisi Humas Brigjen Ahmad Ramadhan tidak memberi jawaban pasti terkait proses evakuasi jenazah Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J usai baku tembak di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo pada Jumat 8 Juli 2022.

Menurutnya, ambulans diperuntukkan untuk membawa orang sakit.

"Ya ambulance kan mobil orang sakit, ini kan jenazah.Nanti kita sampaikan ya. Sama seperti yang dijelaskan Pak Kapolres saja ya," kata Ramadhan di kantor BNN, Kamis 14 Juli 2022, dikutip dari chanel YouTube Aktual TV. ***

Editor: Siti Nurjanah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah