Jadi Sosok Dominan, Ternyata Ini Peran Fadil Imran di Kasus KM 50 dan Brigadir J, Alvin Lim : Dia Suruh Orang…

- 21 September 2022, 06:41 WIB
Sebagai Sosok yang Dominan, Ternyata Ini Peran Fadil Imran di Kasus KM 50 dan Brigadir J. Alvin Lim Sebut Dia Tak Pernah Ingin Mengotori Tangan Sendiri,
Sebagai Sosok yang Dominan, Ternyata Ini Peran Fadil Imran di Kasus KM 50 dan Brigadir J. Alvin Lim Sebut Dia Tak Pernah Ingin Mengotori Tangan Sendiri, /Twitter @CindyBexter/ Edited Teras Gorontalo/

TERAS GORONTALO – Nama Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran masih menjadi sorotan publik.

Apalagi kuat dugaan Fadil Imran sering disebut-sebut kasus kematian ajudan Ferdy Sambo, pada 8 Juli 2022 lalu.

Hal itu karena tak lama setelah tragedi berdarah di Duren Tiga, Jakarta Selatan itu terjadi, sebuah video yang memperlihatkan Fadil Imran memeluk hingga mencium kening Ferdy Sambo menjadi viral di tengah masyarakat.

Banyak spekulasi yang beredar jika orang nomor 1 di Polda Metro Jaya ini sebenarnya tahu, kebenaran dibalik pembunuhan berencana yang direncanakan oleh juniornya itu.

Baca Juga: Akhirnya Kekuatan Kakak Asuh Ferdy Sambo Terkuak, Suami Putri Candrawathi Jumawa, Profesor Muradi: Warning

Tak sedikit juga yang menuding jika Fadil Imran tidak hanya tahu, namun juga turut ambil bagian dalam skenario yang telah disusun oleh Ferdy Sambo.

Belakangan, nama Fadil Imran semakin menjadi sorotan, setelah film dokumenter peristiwa KM 50 dirilis oleh salah satu majalah berita terlawas tanah air.

Film dokumenter ini menceritakan tentang peristiwa berdarah, yang menewaskan 6 Laskar FPI di jalan tol Jakarta-Cikampek, KM 50.

Dalam film dokumenter KM 50 ini, terlihat sosok Fadil Imran tengah bersama Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, yang saat itu masih menjabat sebagai Pangdam Jaya, Humas Polda Yusri Yunus dan eks Karo Paminal Divisi Propam Polri, Hendra Kurniawan.

Dikatakan jika Fadil Imran sengaja mengundang Jenderal Dudung Abdurachman yang menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya untuk ikut dalam konferensi pers tersebut.

Diduga hal itu dilakukan agar Kapolda Metro Jaya ini mendapatkan dukungan penuh dari TNI, keluarga besar TNI dan masyarakat kebanyakan.

Baca Juga: Kebohongan Lain Putri Candrawathi Dibongkar! Kamarudin Simajuntak: KPK cuma penonton!

Keempat orang aparat hukum tersebut terlihat tengah berbincang dalam sebuah konferensi pers, terkait kasus KM 50

Di mana Fadil Imran bersama tiga orang lainnya, meletakkan senjata api dan senjata tajam yang diduga digunakan oleh 6 Laskar FPI untuk menyerang anggota kepolisian.

Kapolda Metro Jaya ini juga memaparkan kronologi bahwa 6 Laskar FPI yang tewas itu sangat berbahaya, dan merupakan anggota khusus bersenjata tajam.

Akan tetapi, kronologi yang dipaparkan oleh mantan Kapolsek Metro Cengkareng ini, belakangan terbantahkan oleh kesaksian seorang sopir, yang ikut ditayangkan dalam film dokumenter KM 50 itu.

Kronologi yang disampaikan Fadil Imran itu ternyata berbeda dengan pernyataan sopir derek dalam kasus KM 50.

Sopir mobil derek bernama Dedi Mardedi, justru menyebutkan jika 6 Laskar FPI itu masih hidup, meski dua di antaranya mengalami luka tembak yang serius.

Terkait hal ini, Alvin Lim yang notabene adalah Ketua Pengurus LQ Indonesia Law, turut angkat bicara.

Dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, dia menyebutkan jika kasus KM 50 ini memiliki kemiripan dengan kasus pembunuhan Brigadir J dan Kebakaran Kejaksaan Agung (Kejagung).

Baca Juga: Percaya Diri Lakukan Perlawanan, Ternyata Ferdy Sambo Dapat ‘Bantuan’? Guru Besar UNPAD : Ada Dukungan Dari…

“Saya melihat kesamaan antara kasus Brigadir J dengan KM 50 dengan kebakaran di Kejagung, yaitu orang dan timnya Ferdy Sambo. Jadi tim penggebuk di KM 50 itu timnya Jerry Siagian. Antara Jatanras (Kejahatan dan Kekerasan) sama Kamneg (Keamanan Negara),” ucap Alvin Lim.

Dia mengatakan, seandainya saja Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Merah Putih tidak dibubarkan, maka kemungkinan besar tim itu akan dipimpin oleh Jerry Siagian.

Karena menurut Alvin Lim, eks Wadirreskrimum Polda Metro Jaya itu, memiliki karakter yang mirip dengan atasannya, Ferdy Sambo.

“Beliau itu memiliki karakter yang sama dengan Ferdy. Tegas, kejam,” ungkapnya.

Adapun terkait informasi jika kasus KM 50 ini adalah operasi yang melibatkan Jatanras, Kamneg dan Resmob Polda Metro Jaya, diperolehnya berdasarkan bocoran dari informan.

“Teman-teman saya polisi juga, jadi mereka cerita sama saya. Jadi saya dapat informasi itu tahu sendiri,” jelas Alvin Lim.

Dijelaskan jika sebelumnya, sudah ada tim yang menangani kasus yang diduga menyeret mantan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab.

Tim yang dipimpin oleh Irjen Nana Sudjana ini dikatakan seolah-olah ‘tumpul’ saat menghadapi mantan Imam Besar FPI itu.

“Nah (tim operasi KM 50) seolah-olah timbul sebagai pahlawan, bisa menyelesaikan. Makanya kan mereka pada dinaikkan pangkat. Nana Sudjana dipindah, Fadil Imran masuk,” bebernya.

Tak hanya itu, dia juga menilai jika Fadil Imran ini sangat pintar, karena lebih sering menyuruh orang lain untuk melakukan ‘pekerjaan kotornya’.

“Tapi Fadil Imran ini pintar. Fadil ini gak pernah ngotorin dirinya sendiri, dia suruh orang selalu. Gitu loh,” kata Alvin Lim.

Alvin Lim menilai jika dalam kasus Brigadir J ini, Fadil Imran sebenarnya telah diberitahukan terlebih dulu oleh juniornya, Ferdy Sambo.

Itu sebabnya atas sepengetahuan Fadil Imran, eks Kapolres Metro Jakarta Selatan Budhi Herdi Susianto, diutus untuk menangani tempat kejadian perkara (TKP).

“Jadi kalo yang kayak contoh kasus Brigadir J, itu sebenarnya dia udah dikasih tahu dulu sama Ferdy Sambo. Ferdy juga gak bodoh. Dia kan tahu kalo misalnya dia telepon Kapolres, pasti kan ditanya, ‘udah ijin belum sama atasan saya’. Dia udah. Justru diutuslah si Budhi Herdi, Kapolres Jakarta Selatan untuk ke TKP. Ya, pasti sepengetahuan, perijinan Kapolda,” jelas Alvin Lim.

Yang lebih mengejutkan lagi, apa yang disampaikan olehnya ini, ternyata bukan sekedar common sense atau dugaan belaka, namun berdasarkan informasi dari temannya, yang dihubungi oleh Budhi Herdi.

Di mana disebutkan jika eks Kapolres Metro Jakarta Selatan itu komplain, karena dirinya dijadikan tumbal dalam kasus Brigadir J.

“Ini tadi ada teman saya juga yang ditelepon sama Budhi Herdi. Budhi Herdi ini komplain. Dia bilang dia tuh jadi tumbal, karena dia merasa si Kapolda ini pintar. Suruh dia yang jalan, makanya dia yang kena disitu. Sehingga si Kapolresnya ini kan akhirnya dicopot, karena dia dan timnya yang jalan,” pungkas Alvin Lim, dikutip oleh Teras Gorontalo dari kanal YouTube Refly Harun, Senin, 19 September 2022.***



Editor: Gian Limbanadi

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah