Sehingga kemudian mereka turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari pada pemain serta ofisial, untuk melampiaskan kekecewaannya itu.
Siatuasi selanjutnya pun menjadi semakin ricuh dan sulit untuk dikendalikan, sehingga aparat keamanan pun harus melepaskan gas air mata untuk meredam kerusuhan.
Sayangnya, ternyata ada gas air mata yang turut dilemparkan ke tengah tribun tempat penonton berada, yang lalu memicu kepanikan.
Lemparan gas air mata itulah yang menyebabkan suporter maupun penonton berdesak-desakkan di pintu keluar, sampai mengalami sesak nafas bahkan terinjak-injak karena panik.
Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan ini tentu menjadi catatan terburuk, sepanjang sejarah sepak bola di Indonesia.