Apsifor Indonesia Bongkar Kebiasaan Keluarga yang Tewas di Kalideres

- 10 Desember 2022, 21:07 WIB
Apsifor Indonesia Bongkar Kebiasaan Keluarga yang Tewas di Kalideres
Apsifor Indonesia Bongkar Kebiasaan Keluarga yang Tewas di Kalideres /

TERAS GORONTALO- Misteri kematian keluarga yang disebut tewas karena kelaparan di Kalideres mulai menguat ke public.

Salah satu anggota keluarga di Kalideres tersebut disebut menyukai sesuatu yang berbau klenik.

Hal ini diungkapkan oleh Reni Kusumowadhani yang merupakan Ketua Aosisasi Psikologi Forensik (Apsiffor) Indonesia.

Menurut Reni, salah satu korban punya guru spiritual sejak SMA dan suka dengan hal berbau klenik.

Adapun, anggota keluarga yang Reni maksud adalah Budyanto Gunawan, yang merupakan paman dari satu keluarga tewas di Kalideres.

"Profil psikologi Budyanto ini memang ciri kebribadiannya khas. Dia memiliki strategi koping dengan mencari alternatif-alternatif bukan pengobatan medis," ujarnya.

"Begitu juga dia meyakini sesuatu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya, termasuk finansial," katanya lagi dikutip dari PMJ News, Sabtu, 10 Desember 2022.

Baca Juga: Kurohige Bisa Memiliki Lebih Dari Satu Buah Iblis, Berikut Keunikan Sosok yang Disebut Licik di One Piece

Akan tetapi, sambung Reni, sesuatu yang diharapkan Budyanto melalui cara tersebut tak kunjung datang dan membuat yang bersangkutan menjadi putus asa.

"Ada pergeseran dari situasi berharap (hope) yang kemudian ke putus asa (hopeless)," ujarnya.

Kondisi fisik dan mental korban menurun karena ini. Menurut Reni, psikologis korban mencapai pada titik ketidakberdayaan setelah berupaya menjual aset yang sudah tidak ada lagi untuk menolong kondisi finansial keluarga.

"Intinya, bapak Budyanto ini meninggal dalam situasi ketidakberdayaan keyakinan yang tidak lazim namun hasil tidak seperti yang diharapkan," ucapnya

Salah seorang anggota keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres, Jakarta Barat disebut menyukai hal yang berbau klenik.

Ini diutarakan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia, Reni Kusumowardhani. Menurut penuturannya, hal bersifat klenik ini sudah dilakukan korban sejak SMA dan korban disebut memiliki guru spiritual.

Adapun, anggota keluarga yang Reni maksud adalah Budyanto Gunawan, yang merupakan paman dari satu keluarga tewas di Kalideres.

Baca Juga: Plot Twist One Piece! Kizaru Malah Membantu Luffy di Egghead, Alasannya Mencengangkan

"Profil psikologi Budyanto ini memang ciri kebribadiannya khas. Dia memiliki strategi koping dengan mencari alternatif-alternatif bukan pengobatan medis," ujarnya.

"Begitu juga dia meyakini sesuatu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya, termasuk finansial," katanya lagi dikutip dari PMJ News, Sabtu, 10 Desember 2022.

Akan tetapi, sambung Reni, sesuatu yang diharapkan Budyanto melalui cara tersebut tak kunjung datang dan membuat yang bersangkutan menjadi putus asa.

"Ada pergeseran dari situasi berharap (hope) yang kemudian ke putus asa (hopeless)," ujarnya.

Kondisi fisik dan mental korban menurun karena ini. Menurut Reni, psikologis korban mencapai pada titik ketidakberdayaan setelah berupaya menjual aset yang sudah tidak ada lagi untuk menolong kondisi finansial keluarga.

"Intinya, bapak Budyanto ini meninggal dalam situasi ketidakberdayaan keyakinan yang tidak lazim namun hasil tidak seperti yang diharapkan," ucapnya.

Baca Juga: Prediksi Skor dan Link Live Streaming Inggris vs Prancis di Babak 16 Besar Piala Dunia 2022 Qatar

Salah seorang anggota keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres, Jakarta Barat disebut menyukai hal yang berbau klenik.

Ini diutarakan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Indonesia, Reni Kusumowardhani. Menurut penuturannya, hal bersifat klenik ini sudah dilakukan korban sejak SMA dan korban disebut memiliki guru spiritual.

Adapun, anggota keluarga yang Reni maksud adalah Budyanto Gunawan, yang merupakan paman dari satu keluarga tewas di Kalideres.

"Profil psikologi Budyanto ini memang ciri kebribadiannya khas. Dia memiliki strategi koping dengan mencari alternatif-alternatif bukan pengobatan medis," ujarnya.

"Begitu juga dia meyakini sesuatu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya, termasuk finansial," katanya lagi dikutip dari PMJ News, Sabtu, 10 Desember 2022.

Akan tetapi, sambung Reni, sesuatu yang diharapkan Budyanto melalui cara tersebut tak kunjung datang dan membuat yang bersangkutan menjadi putus asa.

"Ada pergeseran dari situasi berharap (hope) yang kemudian ke putus asa (hopeless)," ujarnya.

Kondisi fisik dan mental korban menurun karena ini. Menurut Reni, psikologis korban mencapai pada titik ketidakberdayaan setelah berupaya menjual aset yang sudah tidak ada lagi untuk menolong kondisi finansial keluarga.

"Intinya, bapak Budyanto ini meninggal dalam situasi ketidakberdayaan keyakinan yang tidak lazim namun hasil tidak seperti yang diharapkan," ucapnya.

"Bukan karena kecelakaan, tetapi karena kematian yang wajar," ujarnya memungkasi.***

Editor: Viko Karinda

Sumber: Pikiran Rakyat PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x