Network
TERAS GORONTALO - Kasus kematian seorang wanita cantik bernama Dini Sera Afrianti alias Andini (29) di Surabaya menghebohkan Indonesia.
Pasalnya, kasus kematian yang terjadi di Surabaya tersebut melibatkan seorang pria yang diduga anak dari anggota DPR RI.
Sebuah fakta terkuak ketika sosok Andini mengunggah video keluh kesahnya di akun TikTok yang diduga adalah firasat sebelum dianiaya hingga meninggal .
Melansir dari akun TikTok @meldaresandy_ berikut ini adalah 7 fakta dibalik kematian Dini yang tengah viral.
1. Pelaku adalah anak dari anggota DPR RI.
Pria berinisial R yang diduga menjadi pelaku dibalik kematian Dini merupakan anak dari anggota DPR, dan masih menjalin hubungan dekat dengan korban.
"R ini merupakan anak dari pejabat anggota dewan di DPR RI,"ungkap Dimas Yemahura yang merupakan pengacara korban.
2. Dini adalah seorang single parent
Dimas juga menambahkan jika Dini merupakan seorang single parent yang sudah memiliki 1 orang anak.
3. Sempat curhat di TikTok
Dini yang juga sering aktif di media sosial seperti tiktok, sempat curhat dengan firasat mengarah terkait problem kisah percintaannya.
"Cewek nya mati matian jaga hati buat jaga cowoknya, eh cowok nya mati matian buat matiin cowoknya, cuakks, "tulis Dini dalam video yang di unggah 3 hari sebelum ditemukan meninggal dunia.
4. Beredar video terduga korban terkapar.
Sebuah video beredar diduga sosok Dini yang, sudah dalam keadaan terkapar di basement Blackhole KTV Surabaya.
5.Sudah dianiaya sejak 5 bulan lalu.
Dimas membenarkan jika Andini, atau Dini sudah dianiaya oleh pelaku dalam jangka waktu 5 bulan yang lalu.
6. Korban disiksa dengan sadis
Dini mengalami penganiayaan yang berat sebelum akhirnya harus merenggang nyawa.
Pelaku menganiyaya Dini hingga kemudian di masukan di bagasi untuk di bawa ke sebuah apartement.
Ditemukan juga di tubuh Dini luka lebam hingga luka bekas tindisan ban.
7. Belum pulang kampung sejak 12 tahun.
Selain itu, diketahui Dini sudah belasan tahun tidak pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Terakhir saya melihat korban sekitar 12 tahun yang lalu, saat masih menjadi pelajar. Setelah itu, pergi dari rumah keluarganya di Kampung Gunung Guruh Girang, Desa Babakan, Kecamatan Cisaat dan tidak pulang-pulang. Sayangnya pas pulang sudah meninggal dunia," ungkap Saepudin, selaku Ketua RT 12 Kampung Gunung Guruh Girang, Sukabumi. ***
