Cerpen: Berkah Penghujung Tahun

- 21 Juni 2022, 07:00 WIB
Cerpen: Berkah Penghujung Tahun
Cerpen: Berkah Penghujung Tahun /Pixabay/PIRO4D

 

TERAS GORONTALO - Pernah mendapatkan berkah akhir tahun? Atau mungkin “ditimpa” rezeki yang tak disangka?

Mungkin kejadian-kejadian seperti ini amat sangat jarang terjadi, tapi tidak menutup kemungkinan juga pernah kita alami meski hanya sekali seumur hidup.

Jadi, Teras Gorontalo hadir kembali membawakan sebuah cerita pendek atau Cerpen yang menceritakan tentang kisah seorang gadis muda yang mendapatkan berkah saat menyambut tahun baru.

Penasaran seperti apa ceritanya?

Yukk dibaca kisah selengkapnya di sini…

Baca Juga: Cerpen: Persahabatan Itu

BERKAH PENGHUJUNG TAHUN

Bisa mendapatkan berkah di akhir tahun pasti sudah menjadi impian setiap orang. Apalagi jika mendapatkan rezeki nomplok yang tak disangka-sangka.

Well, sedikit banyak apa yang banyak diharapkan setiap orang itu juga menimpa seorang gadis dari kota kecil yang ramah.

Ketika dihadapkan pada sebuah kebimbangan, tanpa disangka justru dia dipertemukan dengan seseorang yang mampu memahaminya.

“Assalamu’alaikum bie... Bagaimana kabarmu di sana? Aku kangen ngobrol sama kamu. Padahal semalam udah sempat telepon.”

Baca Juga: Cerpen: Mimpi yang Terasa Nyata

“Wa’alaikumsalam bae.. Alhamdulillah kabar baik. Iya sama, aku juga kangen. Sabar ajalah, kan kita udah ada planing pas tahun baru nanti.”

“Iya siy, tapi menunggu itu rasanya lama banget. Padahal tinggal beberapa hari lagi.”

“Lha, kan kamu bakal dapat libur 2 minggu setelah exam di sekolah tempat kamu kerja selesai. Jadi bisa ngabisin waktu sepuasnya sama aku.”

“Iya... iya… Tetap sabar kok. So, gimana kerjaanmu hari ini?”

“Boring... Rata-rata masih pada libur, jadi gak banyak yang harus aku kerjakan. Kamu sendiri gimana disana?”

Baca Juga: Cerpen: Sahabat untuk Selamanya

“Sama lah. Lagi exam gini aku banyak santai. Gak banyak siswa yang datang ke klinik.”

“Well, bagus buat kamu. Jadi gak perlu stress dengan siswa yang dikit-dikit ke klinik cuma untuk luka kecil demi mendapatkan izin pulang.”

“Bisa aja kamu. Paham banget sama kebiasaan mereka disini.”

“Lha, kan kamu sendiri yang cerita ke aku. Jadi aku udah tau banget lah.”

“Iya yah. Lupa aku.”

Baca Juga: Cerpen - Rindu Langit

Dan pembicaraan di antara dua anak manusia yang berbeda suku, ras dan tempat tinggal itu pun terus berlanjut.

Yah, siapa sangka, di tengah ketidakpastian yang dia jalani, justru membuat dirinya bertemu dengan sosok lelaki yang begitu sopan dan apa adanya.

Tak pernah dirinya meminta akan itu semua, tapi takdirlah yang justru menuntun langkah mereka.

Sama-sama pernah mengalami kegagalan dalam hubungan, dikhianati, diabaikan dan ditempatkan dalam ketidakpastian, membuat mereka mencari tempat persembunyian.

Tempat bagi hati mereka untuk sejenak melepaskan kebosanan dan kegundahan hati.

Baca Juga: Cerpen Inspiratif Berjudul The Little Hero, Kisah Seorang Anak Kecil yang Mampu Mengamalkan Tolong-menolong

Dalam persembunyian itulah mereka dipertemukan oleh sang takdir.

Awalnya baik satu sama lain tidak ingin saling jatuh cinta, mengingat trauma yang pernah mereka alami.

Namun seiring berjalannya waktu dan makin tingginya intensitas komunikasi mereka, maka tanpa disadari cinta itupun hadir.

Tumbuh perlahan dan akhirnya menjadi semakin kuat setelah mereka menyadarinya.

Tidak mudah memang karena salah satu dari mereka masih terikat dalam ketidakpastian yang menyiksa.

Baca Juga: Cerpen: Kisah Mesin Tik Tua yang Jatuh Cinta Kepada Pemiliknya

Tapi mereka sepakat untuk tetap berjuang, demi mewujudkan kebahagian yang telah mereka bangun sejak 3 bulan ini.

“Assalamu’alaikum... Mba Hana, tiket yang kemarin aku booking masih ready kan? Insya Allah hari ini aku transfer pembayarannya.”

“Wa’alaikumsalam… Iya mba Clair, masih ready kok ini. Kan deadline pembayarannya baru besok. Infoin aja kalo udah ditransfer pembayarannya.”

“Alhamdulillah… Yaudah mba, bentar aku kirim via WA bukti transfernya yah. Makasih lho.”

“Oke mba, ditunggu.”

Baca Juga: Cerpen: Hana si Teratai di Tengah Lumpur

Tak terasa perjalanan yang telah direncanakan selama 1 bulan ini sudah di depan mata. Baik Clair maupun Josh sudah memilih lokasi wisata di negara Filipina yang indah, untuk menjadi tempat pertemuan mereka.

Negara yang juga merupakan kampung halaman dari Josh, akan menjadi saksi bisu pertemuan pertama mereka setelah perkenalan selama beberapa bulan lewat media sosial.

Ada kekhawatiran yang terlintas tentunya, takut jika apa yang telah direncakan itu batal. Tapi dibalik itu, mereka tak pernah berhenti berdoa. Meletakkan harapan kepada Sang Khalik demi terwujudnya perjalanan itu.

Tidak mudah memang, karena tempat tinggal mereka yang berada di benua berbeda. Belum lagi waktupun ikut memisahkan jarak antara mereka.

Tapi mereka berusaha menepis itu semua & membuat rencana untuk bertemu di malam tahun baru.

Masing-masing dari mereka rela berkorban meski harus membayar tiket yang cukup mahal.

Yah, musim liburan tentu saja membuat sebagian besar daerah tujuan wisata menaikkan harga tiketnya. Belum lagi akomodasi selama stay disana. Namun itu semua tidak memupuskan usaha & harapan mereka dalam mewujudkan rencana itu.

***************

Pesawat yang membawa dia ke kota ini akhirnya mendarat juga. Jarak tempuh yang hanya 1 jam 45 menit hampir tidak terasa, karena pelayanan yang diberikan oleh para pramugari sangat baik.

Beberapa menit setelah mendarat, dirinya memilih untuk menunggu di ruang kedatangan. Berharap Josh sudah lebih dulu ada disana, menunggunya.

Satu jam berlalu, namun masih belum juga ada tanda-tanda dari Josh.

Panik? Tidak.

Cemas lebih tepatnya, karena dia berada di sebuah negeri asing yang tidak pernah didatangi sebelumnya.

“Assalamu’alaikum… Honey pie Clair, apa itu kamu?” sapa sebuah suara, membuyarkan lamunannya.

“Wa’alaikumsalam… Kamu Josh? My bae Josh?” suaranya terdengar gugup, ada keraguan dalam nada bicara itu.

“Yes it’s me. Apa kamu tidak percaya?”

“A-aku hanya merasa seperti mimpi, bisa bertemu denganmu secara langsung.”

“Sama aja kan? Gak jauh beda apa yang kamu lihat melalui video call kita selama ini.”

“Yah, sama. Gak ada yang berbeda.”

“Yaudah yuk ke rumah sepupuku. Dia sudah menunggu kita di sana.”

Mereka memilih untuk stay di rumah saudara sepupu Josh di Davo selama liburan. Kebetulan Josh juga sudah lama tidak datang berkunjung di sana.

Selain tempatnya yang indah, saudara sepupu Josh itu memiliki rumah yang cukup besar dengan banyak kamar kosong. Hingga lebih memudahkan bagi mereka untuk tinggal tanpa perlu membayar biaya hotel yang mahal.

***************

“Clair, udah siap? Bentar lagi acara tahun barunya mulai. Udah macet diaman-mana.”

“Udah kok. Yuk jalan.”

Benar kata Josh, baru beberapa menit mereka keluar dari kompleks peternakan milik sepupunya, sudah dihadang oleh macet. Bagaimana dengan keadaan di pusta kota nanti?

“Kita jalan kaki aja yuk, sambil menikmati pemandangan kota di malam hari. Lama aku gak kesini, jadi kangen.”

“Terserah kamu aja, aku ikut.”

Dan mereka pun melangkah menyusuri jalanan yang mulai ramai dikelilingi banyak orang yang berasal dari berbagai belahan dunia.

Keindahan kota Davao di malam hari memang sangat memikat. Pantas saja jika Josh memilih untuk berjalan kaki. Karena sangat sayang jika harus melewatkan semua pemandangan ini.

Beberapa penjaja cemilan dan aksesoris berseliweran di sana-sini. Belum lagi penjual terompet yang sesekali meniupkan benda itu, memeriahkan suasana menjelang tahun baru yang hanya tinggal 30 menit saja.

“Apa kamu bahagia?”

“Tentu saja. Bisa berada di kota seindah ini bersamamu merupakan saat yang paling membahagiakan bagi hidupku.”

“Terima kasih karena kamu mau memberanikan diri untuk datang. Padahal sebelumnya kamu tidak pernah sekalipun melakukan perjalanan ke luar negeri.”

“Aku yang seharusnya berterima kasih karena mendapatkan kesempatan ini dari kamu. Tak pernah sekalipun terlintas di pikiranku untuk bisa menemukan cinta dengan cara seperti ini.”

“Yah, takdirlah yang mempertemukan kita, Clair & aku sangat bersyukur karena orang itu adalah kamu.”

“Aku juga bersyukur karena orang itu kamu, Josh.”

“So, apa kamu masih mau menghabiskan setiap tahun di hidupmu bersamaku dengan cara seperti ini, Clair?”

Lama dirinya terdiam. Tak pernah menyangka jika Josh berani mengambil langkah besar untuk memperjuangkan cinta mereka.

Cinta yang dipertemukan oleh takdir. Cinta dari dua orang manusia yang sama-sama memiliki trauma pahit di masa lalunya.

Dirinya masih bimbang untuk memberikan jawaban, karena apa yang mereka miliki saat ini masih tergolong baru.

Namun hati kecilnya tak bisa berbohong. Ada sebuah kekuatan yang mendorongnya untuk meraih genggaman tangan kokoh itu & memberikan jawaban yang menjadi awal dari kebahagiaan mereka.

Karena dia tahu, bersama tangan ini, dia mampu untuk meraih apa yang dulu tampak mustahil baginya.***

Editor: Sutrisno Tola


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x