Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. Akhir - Permainan Takdir

- 19 Juli 2022, 19:45 WIB
Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. Akhir - Permainan Takdir
Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. Akhir - Permainan Takdir /Pixabay/DBUK/

TERAS GORONTALO – Takdir memang kadang tidak bisa kita ramalkan akan seperti apa datangnya.

Bisa saja takdir akan membawa kita pada suatu kebahagiaan, namun bisa juga menggiring kita pada kesedihan yang mendalam.

Sama halnya dengan cinta, yang tida bisa diprediksi kapan akan tiba dan seperti apa akhirnya.

Perjuangan Micha dalam membantu ayahnya untuk menemukan tante Salsa akhirnya memasuku titik akhirnya.

Episode akhir Cinta Dua Benua kali ini hadir, dengan sebuah permainan takdir yang tak terduga.

Apakah Micha berhasil menyatukan keduanya kembali?

Ataukah Micha harus ikhlas merelakan jika tante Salsa malah membatalkan kedatangannya ke galeri?

Simak detik-detik terakhir permainan takdir hidup mereka dalam cerita bersambung berikut ini...

duia benuaBaca Juga: Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 7, Micha Temukan Sebuah Buku Dongeng Usang Favoritnya

CINTA DUA BENUA EPS. AKHIR
PERMAINAN TAKDIR

Akhirnya hari ini tiba juga. Meski berusaha untuk tidak terlalu tegang, toh tetap saja aku masih gelisah sendiri.

Iya memang persiapan pembukaan pameran sudah aman. Pun undangan untuk para tetamu penting sudah disebarkan.

Tata letak galeri dan dekorasi juga sudah rampung sejak 2 hari sebelum pembukaan. Terus kenapa harus gelisah?

Pasalnya di hari ini juga wanita itu akan datang.

Yah, wanita yang menjadi sumber kebahagiaan Ayah akan menghadiri pembukaan pameranku.

Wajar jika aku gelisah sebab sampai detik ini aku belum mengatakan apapun pada Ayah.

Aku takut Ayah tidak suka dengan apa yang kulakukan, atau bahkan mungkin akan marah kepadaku.

Baca Juga: Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 6 - Usaha Tidak Mengkhianati Hasil

Sudah sejak tadi aku berusaha menghubungi Eric, tapi nomornya selalu sibuk. Chat WA saja sampai sekarang belum dia baca.

Aku benar-benar dibuat pusing karenanya, sebab hanya Eric yang tahu wajah wanita itu. Jadi memang hanya dia juga yang bisa membantuku dalam hal ini.

"Kak Micha, kok gelisah gitu? Apa ada yang kurang dari persiapannya?" suara centil Athena menganggetkanku dari rasa panik yang mulai melanda.

"Bukan itu dek, tapi kakak lagi pusing karena Eric gak bisa dihubungi. Nomornya sibuk melulu." jawabku sambil mondar-mandir.

"Ohh... Soal wanita itu yah, kak? Kakak sabar aja, kak Eric pasti gak akan lupa. Kan kalian udah lama saling kenal. Masa kakak gak bisa percaya sama dia?" ujar Athena, menenangkan.

Memang aku sudah menceritakan soal Ayah kepadanya beberapa hari lalu. Tentu saja dia terkejut dan tidak pernah menyangka akan kenyataan pahit dibalik senyum Ayah selama ini.

Dia bahkan sempat menangis tersedu-sedu saking tidak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Baca Juga: Cerbung: Cinta Dua Benua Eps. 5, Kejahilan Adik Perempuan

"Kakak percaya kok, dek. Cuma kakak khawatir sebelum Eric tiba, wanita itu justru malah sudah ada di sini."

"Kakak coba tenang dulu. Tarik nafas dalam-dalam. Beri waktu 5 menit sebelum kakak meghubungi kak Eric lagi. Mungkin sekarang dia memang lagi sibuk."

"Iya deh, kakak tungguin kalo gitu. Kamu temenin Ayah aja sana, kakak gak apa-apa kok kalo ditinggal."

"Ya sudah, aku kesana dulu yah,kak. Kalo ada apa-apa langsung WA aja."

Hanya anggukan kepala saja yang dapat kuberikan sebagai jawaban. Kepalaku masih pusing karena memikirkan soal rencana pertemuan ini.

Semoga saja bisa berjalan dengan lancar tanpa ada satu hal pun yang menghalangi.

"Micha..." sebuah suara bariton yang khas terdengar di dekatku, diiringi tepukan halus di pundak.

"Eric... Ya ampun, kenapa baru datang? Dari tadi aku telepon kamu tapi sibuk terus. WA juga gak kamu baca sama sekali. Acaranya udah dimulai lho." tanyaku bertubi-tubi.

Baca Juga: Cerbung Episode 4: Cinta Dua Benua, Micha Putuskan Mengelabui Takdir

"Iya maaf, Mich. Tadinya aku mau datang lebih awal, tapi tiba-tiba aku ditelepon sama teman ayahmu itu. Dia minta dijemput karena katanya gak terlalu familiar sama jalanan di sini." jelas Eric.

Deg...

Jadi wanita itu datang bareng Eric? Lantas di mana dia sekarang? Kenapa Eric justru di sini sendirian?

Aku memang sudah menceritakan hal yang sebenarnya kepada dia, saat dia mengatakan tidak mau melanjutkan penyelidikan itu dengan data yang sangat minim.

Aku sadar, tidak akan mungkin menjadikan alasan tante yang hilang sebagai motif agar dilakukan penyelidikan, karena Eric terlalu pintar untuk bisa aku bohongi.

"Katanya bareng? Terus sekarang orangnya mana? Kamu kok ke sininya malah sendirian?"

"Lha kan udah dianterin ke tempat duduk khusus tamu, Mich. Gak mungkin lah aku bawa ke sini. Secara studiomu ini berantakan banget, mau duduk di mana dia?"

Baca Juga: Cerbung Episode 3: Cinta Dua Benua, Perdebatan Micha dan Ayahya

Ingin kugeplak kepalanya dengan high heels milikku saat mengatakan studio ini berantakan.

Tapi urung kulakukan karena pikiranku sekarang fokus pada keberadaan wanita itu.

Otakku berputar, mencari cara agar bisa mempertemukan Ayah dengannya tanpa ada kesan disengaja. Murni suatu kebetulan semata.

"Bisa kamu tunjukkan di mana dia duduk? Supaya lebih mudah nanti bagiku dan Ayah untuk datang menemui dia."

Tanpa banyak bicara Eric pun langsung menarik tanganku untuk mengikutinya.

Setelah tiba di ballroom tempat pembukaan diselenggarakan, dia pun menunjuk ke salah 1 baris di mana wanita itu duduk.

Aku celingak-celinguk melihatnya, sambil berusaha membandingkan jarak antara tempat duduk Ayah dengan wanita itu.

Alhamdulillah, ternyata cukup dekat. Bisa diatur agar Ayah duduk tepat di sampingnya tanpa beliau sadari.

Tak perlu menunggu waktu lama, langsung kukirimkan chat WA kepada adikku.

Baca Juga: Cerbung (Cerita Bersambung) - Cinta Dua Benua Eps. 2

Dia paling pintar dalam urusan begini. Jadi aku serahkan semua kepadanya sekarang, sebab aku harus kembali fokus dengan acara ini.

Terserah cara apa yang akan dia gunakan untuk membujuk Ayah pindah dan duduk di barisan yang sama dengan wanita itu.

Dapat kulihat mereka berdua beranjak dari tempat duduk sekarang. Tapi kok malah berjalan ke arah toilet yah?

Ahh...

Aku tahu ide apa yang dijalankan adikku itu. Benar-benar tidak salah jika kuserahkan urusan seperti ini kepadanya.

Pasti dia sengaja pura-pura minta ditemani ke toilet dan saat kembali dari toilet, dia akan langsung menggiring Ayah untuk duduk di barisan yang sama dengan wanita itu. Pintar juga ternyata dia.

****************

Menjelang selesainya acara pembukaan, masih belum juga ada tanda-tanda Ayah mengenali siapa wanita yang duduk di sebelahnya.

Beliau malah terlalu fokus menatap ke panggung depan, tempat MC bicara.

Cara apalagi yang harus kulakukan supaya Ayah mau untuk sedikit saja menoleh ke arah sebelah kanannya?

Baca Juga: Cerbung (Cerita Bersambung) Cinta Dua Benua Eps. 1

"Dek, kakak butuh bantuan sekali lagi nih. Entar pas pembukaan selesai dan kalian akan beranjak dari tempat duduk, bisa gak kamu sedikit mendorong tubuh Ayah?"

"Dorong apanya, kak? Nanti kalo Ayah jatuh gimana?"

"Tenang aja, kamu cukup bikin Ayah tanpa sengaja menyenggol tas wanita itu. Biar orangnya kaget. Dengan begitu kan pasti akan ada percakapan di antara mereka."

"Oke, kak. Siap laksanakan."

Seperti biasa, ketika sebuah acara ditutup, tanpa menunggu komando pasti para tetamu akan langsung beranjak dari duduknya.

Meski harus berdesak-desakan, mereka tetap tenang saat berjalan perlahan keluar menuju galeri tempat lukisan di pajang.

Aku yang sejak tadi hanya bisa melihat dari jauh, berusaha mendekati tempat Ayah dan Athena duduk, berharap bisa menyaksikan momen saat kedua insan itu dipertemukan.

"Ohh... Maaf, gak sengaja." ucap Ayah, ketika tangannya sukses menyenggol tas wanita itu hingga terjatuh (terima kasih atas tindakan cerdas adikku untuk hal ini).

Beliau pun berusaha menunduk, untuk mengambil tas tersebut.

"Iya, gak apa-apa. Namanya di acara seperti ini, yah pasti desak-desakan." balas wanita itu.

Dapat kulihat tubuh Ayah tiba-tiba diam tak bergeming. Sepertinya beliau mengenali suara wanita itu.

Meski jarak dan waktu memisahkan mereka bertahun-tahun lamanya, mungkin suara wanita itu tetap sama, tidak ada perubahan.

Serta-merta beliau langsung berdiri tegap, menghadap ke arah datangnya suara.

Apa yang kulihat di sana benar-benar membuatku terharu. Sorot mata Ayah menjadi teduh tatkala mengenali wanita yang ada di hadapannya.

Wanita itu sendiri sepertinya kaget karena tidak menyangka jika akan bertemu Ayah di sini.

Aku dan Athena hanya bisa bertukar pandang dari jauh sambil tersenyum, sambil berusaha merekam momen ini tanpa Ayah sadari.

"Sal-salsa... Ini beneran kamu?" tanya Ayah terbata-bata.

"Zachri... Kok kamu bisa ada di sini? Bukannya dulu kamu udah balik ke negara asalmu?" suara tante Salsa terdengar mencicit, seolah tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

"Iya memang aku sempat kembali ke sana. Tapi hanya untuk mengurus beberapa berkas. Setelah itu aku balik lagi ke sini dan gak pernah pulang lagi."

"Terus anak-anak kamu gimana? Masa kamu tinggalin mereka begitu aja."

"Aku gak ninggalin mereka, kok. Komunikasi kami tetap jalan. Mereka juga sepertinya mulai paham apa yang terjadi saat itu."

"Lantas apa yang kamu lakukan di pembukaan galeri? Kamu kan bukan lulusan seni?"

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di pembukaan pameran dari anakku?"

"Jadi Micha itu anakmu, Zachri?"

Dapat kulihat perasaan bingung terpampang di wajah mereka, satu sama lain.

Masing-masing bergumul dengan pikirannya, merasa takjub namun juga heran dengan keajaiban yang menimpa mereka.

Mungkin mereka berpikir ini adalah salah satu permainan takdir bagi hidup mereka.

Sepertinya ini waktuku untuk menampakkan diri dan menjelaskan semuanya kepada mereka.

"Halo tante Salsa. Aku Micha, anaknya Sir Zachri. Mungkin tante lupa, tapi dulu aku sempat menghubungi nomor tante..." perkataanku terpotong oleh gelegar suara Ayah.

"Ya ampun, Micha. Jadi ini bagian dari rencana kamu yah? Pantas aja kamu ngotot banget Ayah harus hadir. Padahal kamu tahu Ayah baru aja balik dari luar kota," ujar beliau, tanpa dapat menyembunyikan kekagetannya.

"Iya, maaf Ayah. Kurang lebih sudah 2 bulan ini, dengan dibantu Eric, aku memang mencari keberadaan tante Salsa. Maaf karena tidak meminta izin darimu, Ayah. Tapi aku cuma ingin membawa kembali kebahagiaan di hidupmu yang sudah lama hilang."

"Iya, Ayah, jangan marah sama kak Micha. Kak Micha melakukan semua ini buat Ayah. Aku juga ikut membantu, meski cuma sedikit sih. Kami cuma ingin melihat Ayah bahagia lahir dan batin."

"Udah Zachri, kamu gak usah marah sama mereka. Aku paham kok dengan apa yang sebenarnya menjadi tujuan mereka," kali ini tante Salsa yang bicara dengan begitu lembut. Seolah ingin mencegah jangan sampai emosi Ayah meningkat.

"Ayah gak marah, nak. Justru Ayah ingin berterima kasih, karena putri-putri Ayah ternyata begitu perhatian. Kalian sampai rela melakukan semua ini demi Ayah."

"Apapun itu, selama bisa melihat Ayah tersenyum bahagia, pasti akan kami lakukan. Nah, sekarang silahkan Ayah nikmati waktu bersama pelangi Ayah di sini. Aku dan Athena pamit dulu."

Tanpa menunggu balasan dari Ayah, aku langsung berlalu meninggalkan dua insan itu sendirian.

Athena sendiri sepertinya masih ingin mengabadikan momen-momen indah itu, namun urung dia teruskan setelah mendapat larangan dariku.

Sebab aku ingin memberikan waktu bagi mereka melepas kerinduan yang ada.

Bisa kembali melihat binar cinta di mata Ayah sudah merupakan kebahagiaan terbesar bagiku.

Aku berdoa semoga usahaku ini tidak berakhir sia-sia dan Ayah bisa kembali merajut kebahagiaannya yang tertunda bersama tante Salsa.

Karena aku sudah dapat bocoran dari Eric, kalo sampai detik ini, tante Salsa masih sendiri.

Sepertinya beliau pun menunggu keajaiban yang bisa mempertemukannya kembali dengan cinta sejatinya.


S.H.E
~ Manado, 28 Januari 2020 ~

Editor: Sutrisno Tola


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x