Intip Desa Coklat di Bolmong yang Sukses Budidaya Kakao

- 30 Agustus 2021, 17:22 WIB
Roni Kobandaha saat berada di kebuny kakao
Roni Kobandaha saat berada di kebuny kakao /

TERAS GORONTALO – Deretan pohon kakao atau coklat terlihat jelas menyambut saya ketika memasuki Desa Konarom, Kecamatan Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).

Di desa berpenduduk kurang lebih 900 jiwa ini, pohon coklat terlihat ada dimana saja. Di kebun, belakang rumah, hingga puncak bukit.

Waktu itu, saya datang di masa buah coklat masih muda. Saya disapa hangat oleh seorang warga bernama Amir.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG di Sulut Minggu 29 Agustus 2021, Manado dan Bolmong Ditandai Peringatan Dini

Dia berkata saya salah datang. Jika datang di musim panen, pasti saya akan melihat tanaman coklat dijemur di depan semua rumah warga.

"Anda salah datang. Jika datang di musim panen, anda akan melihat buah coklat dijemur di depan semua rumah disini," kata Amir.

Desa Konarom dikenal sebagai desa "coklat". Dari data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Dumoga Barat, hampir 90 persen warga Konarom adalah petani coklat.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG di Sulut Selasa 24 Agustus 2021, Kotamobagu dan Bolmong Ditandai Peringatan Dini

Harga coklat yang cukup tinggi yakni 30 ribu perkilo, membuat petani Konarom hidup sejahtera.

Secara kasat mata, terlihat rumah warga desa tersebut semuanya terbuat dari beton. Beda dengan rumah desa sekitar, yang sebagiannya terbuat dari kayu.

Pemukiman bersih, drainase tertata rapi, bahkan sepeda motor dan mobil parkir di depan rumah atau garasi. Ini mengisyaratkan bahwa masyarakat di desa ini hidup sejahtera.

Pengakuan Roni Kobandaha, salah satu pegiat tanaman coklat, bahwa sudah banyak warga Konarom yang naik haji.

Baca Juga: 3 Sungai di Kabupaten Bolmong Tercemar Merkuri

Demikian anak-anak mereka sekolah di perguruan tinggi. Semua itu karena hasil dari coklat.

"Anak - anak mereka sekolah di perguruan tinggi. Semua karena coklat," kata dia.

Roni termasuk pelopor tanaman coklat di desa itu. Ia menuturkan, dulunya desa itu miskin. Warga umumnya bertani sawah.

Halaman:

Editor: Agung H. Dondo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah