Kisah Oma Evelin Mengais Rezeki di Tepi Pantai Jiko Boltim, Jarang Disentuh Pemerintah: 'Saya Malu Menuntut'

- 19 Februari 2023, 22:03 WIB
Kisah Oma Evelin Mengais Rezeki di Tepi Pantai Jiko Boltim, Jarang Disentuh Pemerintah: "Saya Malu Menuntut"
Kisah Oma Evelin Mengais Rezeki di Tepi Pantai Jiko Boltim, Jarang Disentuh Pemerintah: "Saya Malu Menuntut" /Teras Gorontalo/

TERAS GORONTALO -- Oma Evelin Baharama (65). Sosok perempuan yang kesehariannya mengais rezeki jualan kebutuhan pokok di pinggiran Pantai Jiko, Boltim, menarik disimak.

Oma Evelin, harus bertahan hidup dengan menjual kebutuhan pokok masyarakat sekitar, di Desa Jiko, Kecamatan Nuangan, Boltim.

Letak tempat berjualan Oma Evelin pun sangat memprihatinkan. Dia hanya menggunakan lokasi di tepi Pantai Jiko, berukuran 4 x 4, beratapkan pitate dan dinding tripleks.

Di tempat Oma Evelin berjualan sudah multi kompleks. Di situ tempat makan dan istirahat siang, sekaligus dapur mini untuk dirinya memasak.

Barang-barang yang dijualnya pun hanya seadanya saja. Hanya ada berbagai jenis shampoo sachet, rempah dapur dan lainnya.

Kepada Teras Gorontalo, Minggu 19 Februari 2023, Oma Evelin berujar, kalau dia hanya hidup sebatang kara, kala ditinggal sang suami meninggal dunia pada 6 tahun silam.

Hasil perkawinan antara Oma Evelin dan sang suami (Alm) Abdullah Lantemona, memiliki 2 anak perempuan.

Kedua anak perempuan dari Oma Evelin ini, tak tinggal dengannya. Anak pertama menetap di Bitung, sedangkan kedua sudah berdomisili di Likupang, Sulawesi Utara.

"Anak-anak sudah kawin semua dan saya tidak mau merepotkan mereka," ujar wanita berambut pendek ini.

Untuk bertahan hidup, Oma Evelin harus bersaing dengan warung-warung besar yang berada di Desa Jiko itu.

Tak ayal, dia hanya pasrah terhadap hasil jualannya itu. "Biasanya saya hanya mengandalkan pembeli dari nelayan yang ingin pergi melaut. Syukur (penghasilan, red) cukup untuk kehidupan hari-hari," ujarnya.

Sang wanita yang sudah berumur 65 tahun ini menceritakan bagaimana dia berjuang agar bisa memulai usaha jualannya itu.

Dia mengaku, harus meminjam dana yang mirip koperasi dan ditagih setiap minggu.

"Kalau mau beli cash saya tidak punya uang. Jadi, harus pinjam dengan bunga tinggi. Setiap minggunya saya setor Rp20 ribu," ujarnya.

Mirisnya, tempat dia berjualan tersebut, tepat berada di tepi Pantai Jiko, yang merupakan milik pemerintah.

Dia hanya bisa pasrah, kalau nantinya ada pembangunan ataupun akan dipakai oleh pemerintah, lokasi tempat berjualannya itu.

"Saya sadar diri. Kalau sudah mau dipakai (pemerintah) harus pergi," ujarnya dengan nada pasrah.

Parahnya lagi, wanita paruh baya ini tidak memiliki tempat tinggal di desa tersebut.

Untuk tidur saja, dirinya pergi ke rumah tetangga yang seumuran dengannya.

"Ada teman saya, dia hanya sendiri. Jadi, sambil nonton saya tidur di rumah dia," ujarnya sembari menunjuk arah rumah tersebut.

Dirinya menceritakan, wanita paruh baya ini tidak bisa beristirahat di tempat jualannya. Karena, ketika air laut naik akan masuk ke warungnya.

"Kalau air naik sampai ke lutut kaki saya," katanya.

Dia mengaku, selama tinggal di desa tersebut, jarang mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Menurutnya, hanya pada 2022 lalu, dia hanya mendapatkan bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) yang diterima sekira Rp200 ribu setiap bulan, selama 3 bulan.

"Tahun lalu, saya dapat bantuan PKH," katanya.

Dirinya pun hanya bisa pasrah dan tidak mau mengemis ke pemerintah untuk mendapatkan bantuan.

"Malu saya menutut terus," ***

   

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Teras Gorontalo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah