Malahayati, Laksamana Wanita Pertama di Dunia Yang Pimpin Ribuan Janda dan Permalukan Belanda

19 Februari 2023, 11:47 WIB
Malahayati, Laksamana Wanita Pertama di Dunia Yang Pimpin Ribuan Janda dan Permalukan Belanda /Jejak Tapak News youtube tangkapan layar/

TERAS GORONTALO - Sososk wanita cantik Laksamana Malahayati mungkin sering terdengar oleh seluruh warga Indonesia khususnya Aceh.

Malahayati merupakan seorang wanita cantik dan tangguh yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda hingga memalukan kerajaan Belanda.

Malahayati yang berparas cantik memimpin pasukan yang terdiri dari ribuan Janda yang gugur ditinggal kan para suami.

Lalu, siapakah sosok Malahayati sang wanita cantik dan Laksamana pertama dari seluruh Dunia?

Melansir dari Youtube Ruang Pahlawan Laksamana Malahayati dilahirkan di Aceh Besar pada tahun 1550 dengan nama lengkap Keumalahayati.

Ayahnya bernama  Laksamana Mahmud Syah dan kakeknya,Laksamana Muhammad Said Syah yang masing-masing berbakti sebagai panglima Angkatan Laut di kesultanan Aceh pada masanya.

sedangkan ayah dari kakeknya adalah Sultan Salahuddin Syah yaitu Sultan Aceh II.

Itulah mengapa semangat kelautan dan nasionalisme Malahayati sudah muncul sejak masih kecil.

Malahayati semasa kecilnya juga tidak terlalu suka bersolek, namun dirinya lebih gemar berlatih kegiatan ketangkasan yang didominasi oleh anak laki-laki seperti beladiri berkuda dan memanah.

Semangat dan bakat yang diturunkan ayah dan kakeknya ,maka tidak mengherankan jika pada masa remaja Malahayati memilih jalur militer sebagai pilihan hidupnya.

Malahayati kemudian memilih mengikuti jejak ayah dan kakek nya dengan menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan Bersenjata jurusan Angkatan Laut di Ma'had Baitul Maqdis yang tenaga pengajar dan instrukturnya banyak dari perwira Turki Usmani.

Dalam pendidikan tersebut, Malahayati juga berjumpa dengan seorang Perwira senior kesultanan Aceh yang di kemudian menjadi pasangan hidup nya.

Namun, sang suami harus gugur dalam pertempuran yang terjadi di selat Malaka melawan angkatan laut Portugis, meskipun Kesultanan Aceh menang

Setelah suaminya wafat, Malahayati mengunjungi para ulama besar di Aceh untuk meminta nasehat terkait keinginannya membuat laskar perempuan atau janda yang ditinggal gugur oleh suaminya.

Tujuan Malahayati adalah untuk memperjuangkan nasib warga Aceh pada umumnya, serta para janda yang dItinggal gugur suami di medan pertempuran.

Setelah mendapat dukungan dari para ulama Malahayati pun memberanikan diri untuk mengusul ke Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil, atau Sultan Aceh untuk membentuk pasukan tersebut.

Usulan tersebut ternyata mendapatkan sambutan baik dari Sultan, bahkan Malahayati tidak hanya di angkat menjadi pemipin pasukan, namun juga ditugaskan untuk menjaga dan melindungi pelabuhan pelabuhan dagang di Aceh.

Malahayati kemudian membntuk pasukan khusus wanita dan merekrut setidaknya 2000 janda prajurit.

Malahayati memberikan latihan secara fisik maupun strategi dalam perang serta memberikan semangat, sehingga mereka menjadi prajurit yang tangguh.

Malahayati memberikan semangat jika perempuan juga berhak atas kesempatan syahid di medan perang.

Pasukan Malahayati itu akhirnya dikenal dengan nama Inong Bale, yang memiliki arti "Inong" adalah wanita, sedangkan "Bale" yang memiliki arti janda.

Malahayati bahkan membangun pangkalan militer beserta menara pengawasnya di Krueng Raya, Lamreh, Aceh.

Malahayati juga membangun benteng setinggi 100 meter dengan lubang di dinding untuk moncong meriam yang mengarah ke laut.

Pada 1599, 2 kapal besar yang berbendera Belanda merapat ke pelabuhan Kesultanan Aceh.

Dua kapal besar tersebut dinahkodai 2 bersaudara yakni Cornelis dan Frederic De Houtman dalam upaya membuka hubungan perdangangan dengan Sultan Aceh.

Awalnya, kedatangan mereka disambut dengan baik, namun karena tabiat Belanda yang kurang baik dan kurang menghargai adat istiadat masyarakat lokal, ditambah keinginan untuk menguasai perdangangan , maka benih pertikaian pun mulai muncul.

Sultan Alauddin memerintahkan Malahayati untuk menyerbu 2 kapal Belanda yang masih bertahan di selat Malaka.

Petempuran sengit pun terjadi ditengah laut Armada Belanda kewalahan dalam menghadapi kekuatan pasukan Inong Balee yang berisi ribuan janda berani mati pimpinan Laksamana Malahayati.

De Houtman bersaudara berusaha untuk menjauh dari perairan Aceh namun berhasil di gagalkan oleh pasukan Malahayati.

Pasukan Malahayati berhasil melompat ke kapal pasukan Belanda hingga terjadi pertempuran di geladak Belanda.

Pertempuran itu menyisakan duel satu lawan satu antara Malahayati dan Cornelis de Houtman.

Malahayati dengan senjata rencong nya berhasil mengalahkan Cornelis dan mengalahkan Belanda dalam pertempuran.

Armada Belanda pun harus menerima kenyataan getir dimana harus dikalahkan dan kehilangan banyak pasukan oleh kekuatan pasukan janda.

Berita kekalahan Armada pasukan Belanda ini pun tersebar sampai ke Eropa dan mempermalukan kerajaan Belanda.

Dalam literasi Universitas Oxford, seorang delegasi Inggris yang pernah diutus ke Aceh merasa sangat kagum dengan cara Malahayati berdiplomasi.

Malahayati memiliki peranan yang sangat penting  serta legenda masyarakat Aceh dalam menghantarkan Kesultanan Aceh menuju puncak keemasannya.

Tercatat dalam buku "Peace In Aceh" dari Demien Kingsbury, Malahayati menjadi Laksamana Pertama di dunia, panglima Armada Inong Balee, komandan protokol istana badan rahasia Kesultanan, serta seorang diplomat.

Malahayati pun wafat setelah gugur melawan Portugis di perairan selat Malaka pada tahun 1606.***

Editor: Agung H. Dondo

Sumber: Youtobe Ruang Pahlawan

Tags

Terkini

Terpopuler