KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu, Ternyata Begini Ceritanya (Bagian 1)

- 4 Juli 2022, 13:28 WIB
KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu
KKN di Desa Penari Versi Nur Teman Bima dan Ayu /MD Picture/

TERAS GORONTALO - KKN di Desa Penari Versi Nur teman Bima dan Ayu memiliki pandangan yang sedikit berbeda dengan cerita KKN di Desa Penari yang beredar sekarang ini.

KKN di Desa Penari menceritakan kisah mengenai ke enam mahasiswa yang mengikuti KKN di sebuah desa terpencil di Pulau Jawa.

KKN di Desa Penari adalah judul yang viral melalui Twitter yang diceritakan oleh akun SimpelMan. Ayu, Nur, Widya, Bima, Anton dan Wahyu.

Kisah KKN di Desa Penari terbagi menjadi 2 versi yaitu versi Widya dan versi Nur.

Dikesempatan ini kita akan mengangkat sudut pandang cerita KKN di Desa Penari versi Nur.

Baca Juga: Hesti - Erika Carlina Menang Tanding Badminton Lawan Raisa - Anya Geraldine di Tepok Bulu Vindes 2022

Satu malam Ayu dan teman satu fakultas membahas mengenai KKN di satu desa.

Ayu menceritakan bahwa Ia telah menemukan tempat yang cocok untuk kegiatan KKN mereka.

Nur ikut dalam observasi pengenalan lokasi KKN,Nur  kemudian berangkat bersama Ayu ke desa yang dimaksudkan Ayu.

Dalam perjalanan ke desa KKN di persimpangan ada seorang kakek-kakek seakan memandangi Nur dengan tatapan yang prihatin.

Sang kakek tidak hanya menatap Nur, tapi Ia menggelengkan kepalanya seakan memberi isyarat Nur untuk tidak melanjutkan perjalannya.

Tapi, Nur tidak bisa mengurungkan niatnya karena dia telah berjanji untuk melakukan observasi kepada teman-temannya.

Ketika menempuh perjalanan 4 jam lebih mobil yang ditumpangi Nur berhenti di sebuah Rest Area yang sepi.

Nur kemudian melanjutkan perjalanan, di tengah hutan Nur mendengar ada yang memanggil namanya.

Setelah sampai di satu titik Nur dan Ayu turun lalu menunggu jemputan motor dari warga desa.

Kemudian mereka naik motor tersebut. Dalam perjalanan tiba-tiba Nur melihat wanita yang menari di atas batu, seakan menyambut dirinya yang dating di desa tersebut.

Penari itu kilatan matanya tajam, dengan paras elok dan cantik. Nur memalingkan pandangan ke tempat lain kemudian Nur melihat ke arah sang wanita tapi wanita tersebut sudah tidak ada.

Setelah sampai ke desa, mereka bertemu dengan Pak Prabu. Mereka menyampaikan maksud kedatangan ke desa untuk meminta izin melaksanakan KKN.

Pak Prabu menolak mereka tapi mereka memohon dan akhirnya pak prabu mengijinkan mereka untuk melaksanakan KKN di desa tersebut.

Saat mengelilingi desa, Nur terdiam melihat sebuah batu yang di tutupi kain merah. Di bawahnya ada sesajian bau kemenyan.

Nur melihat diata batu tersebut berdiri sosok hitam dengan mata tajam, menyala merah. Meski hari siang bolong.

Nur bisa melihat jelas kulitnya yang ditutup oleh bulu dan juga memiliki tanduk kerbau.

Tak lama mata mereka saling bertatapan. Nur langsung mengajak Ayu untuk segera pulang.

Mereka langsung menaiki motor lalu sebelum keluar desa, Nur melihat lagi sosok Genderuwo yang meyeramkan.

Kemudian Nur dan teman-temannya menyusun Proker dan siap untuk melaksanakan KKN di desa tersebut.

Ketika mereka membicarakan mengenai KKN, Widya menceritakan bahwa ibunya memiliki firast buruk terhadap tempat KKN mereka.

Nur hanya diam karena di dalam dirinya Nur Juga merasakan hal yang sama.

Keesokan harinya mereka berangkat menuju desa tersebut dengan mobil, Nur hanya bisa berdoa semoga mereka pergi bersama dan kembali juga bersama.

Dalam perjalanan mereka berhenti di sebuah lampu merah dan tiba-tiba saja seorang kakek tua menggebrak kaca mobil. Nur terkejut sampai tersentak mundur dari kursi mobil.

Sopir kaget dan emosi kemudian melemparkan uang recehan kepada orang tersebut.

Baca Juga: Wow 10 Tempat di One Piece ini Ada di Dunia Nyata Loh, Penggemar One Piece Wajib Kunjungi!

Dari bibir orang tua tersebut Nur melihat Ia berucap Jangan berangkat nak. Suaranya terdengar familiar seperti suara wanita tua.

Namun, mereka tidak menghiraukannya. Hingga mereka tiba di tempat pemberhentian di rest area. Kemudian melihat cahaya motor mendekat yang ternyata adalah warga desa.

Nur mengatakan itu orang dari desa yang menjemput kita kwan.

Dalam perjalanan di tengah hutan terdengar suara khas gamelan Jawa, Nur mengamati termpat tersebut kemudian tercium aroma bunga melati menyengat di hindungnya.

Nur kemudian melihat sosok perempuan yang melengok-lengokan lehernya tepat di seberang jalan setapak dan dilanjutkan dengan ayunan gerakan tangan dan lengannya.

Baca kelanjutannya di Bagian 2.***

 

 

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah