Pemerintah Daerah Harus Bersiap Kemungkinan Terburuk Dari Bencana Alam Akibat Perubahan Iklim

19 Agustus 2021, 16:32 WIB
Ilustrasi kota bencana alam /pixabay

TerasGorontalo – Pemerintah daerah Kabupaten/kota diminta untuk mempersiapkan seluruh kemungkinan terburuk dari bencana alam, akibat perubahan iklim.

Konsep persiapan bencana alam itu harus disiapkan sejak awal oleh pemerintah daerah, mengingat terus terjadinya perubahan iklim di Indonesia, beberapa waktu belakangan.

Pemerintah juga diminta untuk bisa beradaptasi dengan perubahan iklim, dengan mempersiapkan langkah penanganan bencana alam.

Baca Juga : Waspada, BMKG Minta Penyedia Tranportasi Tidak Sepelekan Informasi Cuaca

Hal itu disampaikan oleh pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seraya meminta komitmen penuh pemerintah daerah dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Peran pemerintah daerah dinilai sangat penting, karena laju pembangunan di daerah yang terjadi sangat masif.

"Aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim butuh komitmen politik karena harus dimulai dari kepala daerah yang diwujudkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, sebagaimana dikutip dari situs BMKG, Kamis 19 Agutusus 2021.

Baca Juga : Sudah Ditonton 2,3 Juta Kali, Novia Bachmid Asal Boltim Trending 2 di Youtube

Menurut Dwikorita, pemerintah kabupaten/kota harus mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk dari bencana alam serta dampak perubahan iklim.

Adapun sejumlah bencana alam tersebut seperti kejadian badai tropis, banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan kekeringan yang diprediksi akan lebih sering terjadi dengan intensitas yang lebih kuat.

Selain itu, mencairnya es di puncak Jaya Wijaya Papua, yang diprediksi oleh BMKG akan punah di tahun 2025, dan naiknya muka air laut diminta untuk diwaspadai.

Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah mendesak harus dilakukan segera untuk mencegah risiko dan kerugian yang lebih besar.

Baca Juga : Direncanakan 3 Sesi Per Hari, Ini Info Terbaru Dari BKN Untuk Jadwal Pelaksanaan SKD CPNS se Indonesia

Dwikorita Karnawati menyebut kalau untuk mengatasi persoalan perubahan iklim adalah tugas yang cukup menantang, sebab membutuhkan komitmen gotong royong dan koneksitas yang kuat dari level pusat hingga daerah, dengan usaha-usaha yang komprehensif dan nyata.

Salah satu langkah antisipasi mitigasi bencana tersebut adalah lebih menggencarkan penghijauan secara tepat, pengendalian tata ruang secara lestari, pencegahan masif terhadap karhutla, menggalakkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan energi fosil, menerapkan transportasi dan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.

"Jika komitmen hanya dilakukan satu daerah saja, maka hal tersebut, menjadi kurang berarti. Kita harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim ini adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama, karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi. Masyarakat juga harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah," ujarnya.

Baca Juga : CPNS Lulusan Tahun 2019 Akan Dilibatkan Sebagai Tim Pengawas CAT Dalam SKD

Dwikorita membeberkan sejumlah fakta yang dirilis World Meteorological Organization (WMO) dimana suhu tahun 2020 menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat meski terjadi La Nina.

elain itu, temperatur rata-rata global permukaan bumi saat ini sudah mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dari pada tahun 1850-an.

Di Indonesia sendiri, lanjut Dwikorita, berdasarkan pengamatan BMKG, tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua dalam catatan.

Pengamatan dari 91 stasiun BMKG menunjukkan suhu rata-rata permukaan pada tahun 2020 lebih tinggi 0,7°C dari rata-rata periode referensi tahun 1981-2010.

Baca Juga : POPULER HARI INI: Siswa Asal Gorontalo Pimpin Tim 8 Paskibraka Hingga Alffy Rev Sukses Meriahkan HUT RI

Situasi ini, kata dia, memicu pergeseran pola musim dan suhu udara yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi.

Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kekeringan yang ekstrem, tetapi juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara.

"Saya berharap fakta-fakta ini dapat perhatian kita bersama guna mencegah pemanasan global semakin parah," pungkasnya.

Baca Juga : Putra Asli Gorontalo Jadi Irup Peringatan HUT RI ke 76 Dari Bosnia Herzegovina

BMKG pun berkomitmen untuk terus meningkatkan kecakapan SDMnya dan keandalan teknologinya untuk observasi, processing, analisis, prakiraan, prediksi, proyeksi dan peringatan dini, agar tren dan anomali iklim dan cuaca serta potensi kejadian ekstrem dapat terdeteksi lebih dini, sehingga upaya antisipasi dan mitigasi bersama semua pihak dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan akurat.  ***

Editor: Muhamad Junaidi Amra

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler