Sosok Pahlawan Baru Indonesia Dimasa Pandemi Covid-19

10 November 2021, 21:00 WIB
Petugas kesehatan /Teras Gorontalo/

TERAS GORONTALO – Siapa Pahlawan yang terlintas dipikiran kamu saat Peringatan Hari Pahlawan ke-76 Republik Indonesia tahun 2021, yang diperingati di tengah pandemi virus corona saat ini?.

Nah, jika melirik pada pengertian yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu arti kata pahlawan adalah “orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran”.

Namun jika dilihat dari pandangan orang secara umum, hampir semua mengungkapkan “Pahlawan” adalah “orang-orang yang berjasa besar bagi negara ini, dengan mengorbankan dirinya demi kepentingan bangsa dan negara”.

Tepat pada Rabu, 10 November 2021, saya berkeliling di Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang (RSUD-DB) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).

Iseng-iseng saya bertanya kepada pengunjung dan pasien di sana, siapa pahlawan mereka?. Ada yang menjawab Dr. Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman, Mohammad Hatta, Wolter Monginsidi dan sebagainya.

Saya pun tersenyum. Ternyata benar kata pepatah, kelinci di seberang sungai kelihatan, tapi gajah di pelupuk mata tak kelihatan. Mereka tak menyadari bahwa sosok pahlawan sangat dekat dengan mereka.

Memang benar, jasa mereka patut untuk dihormati. Karena, jasa yang telah mereka lakukan terbilang sangat besar bagi seantero negeri ini. Namun, yang ada dibenakku banyak pahlawan yang terlahir dengan sendirinya dimasa krisis seperti ini.

Petugas kesehatan misalnya, seperti dokter, perawat, tenaga farmasi, bidan, dan lainnya yang termasuk pasukan garda terdepan dalam menanggulangi virus corona.

Bagaimana tidak, mereka termasuk orang-orang terpilih dan telah terbukti berjasa besar, dengan mengorbankan segala sesuatu yang dimiliki demi kepentingan umum bangsa dan negara. Tentunya, apa yang telah mereka lakukan layak mendapat penghargaan dari khalayak luas.

Muzakir Suadu dan dr Anastashia Baharutan

Dokter Anastashia Baharutan misalnya. Dokter yang berparas cantik ini merupakan satu di antara Dokter Triase yang bertugas di RSUD-DB. Saat ditemui Teras Gorontalo, tepat dihari peringatan Pahlawan, Rabu, 10 November 2021.

Dokter yang kerab dipangil Tasya ini terlihat tak berkurang awasnya. Meski mengenakan alat palindung diri (APD) lengkap, ia melayani permintaan untuk wawancara.

Bak pejuang di medan perang, entah sudah berapa luka yang ia terima?, bahkan sudah beberapa kali diisolasi gara-gara dibohongi pasien.

Namun tak mengurungkan niatnya untuk tetap menjadi garda terdepan dalam menghadapi virus corona.

Hal itu terlihat jelas dari tatapan matanya. Walau ia mengunakan APD, tapi tampak jelas bukan hanya virus corona yang mereka lawan, tapi juga rasa lelah.

Diakuinya, beberapa temannya sempat mencicipi ganasnya virus corona saat bertugas menangani pasien.

Dimasa “penjajahan” virus corona seperti saat ini, petugas kesehatan seperti dokter, perawat, tenaga farmasi, bidan, dan lainnya adalah pejuang garis depan sekaligus garis akhir. Tiada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tak ada pengorbanan yang sia-sia.

“Ada pasien yang sampai memalsukan tanda tangan. Petugas kesehatan dimasa pandemi seperti ini tantangannya luar biasa,” kata Tasya.

Tasya yang berdomisili di Kota Kotamobagu, mengaku lebih banyak menghabiskan waktu di RSUD-DB, dimasa pandemi virus corona.

Ia sangat ingin pulang ke rumah saat hari spesial keluarga, seperti hari ulang tahunnya, tapi di sisi lain ia juga harus melindungi keluarganya.

“Jarak tempuh dari rumah saya di kota Kotamobagu ke RSUD-DB kurang lebih satu jam perjalanan. Jarak ini tergolong dekat untuk saya, tapi saya tak ingin mengambil risiko sekecil apapun buat keluarga saya. Untuk melepas rindu dengan ibu dan bapak saya, biasanya saya mengunakan fitur pangilan video dari aplikasi WhatsApp untuk bertatap muka dan melihat langsung kondisi orang tua,” ucapnya.

Tasya bercerita, beberapa kali nafasnya terasa sesak saat melihat ada pasien baru yang terjangkit virus corona, apalagi melihat ada teman sesama petugas kesehatan yang terjangkit.

Lebih hampa lagi, saat mengantar pasien di tempat peristirahatan terakhir. Tapi, ada hari-hari membahagiakan saat melihat pasien yang sembuh dan diizinkan pulang.

“Terkadang di dalam lelap saat bertugas, saya selalu berharap ketika membuka mata nanti keadaan sudah tidak seperti ini. Semoga dihari kemerdekaan ini, Indonesia bisa bebas Covid-19,” harapnya.

Sesekali ia pulang ke rumah orang tuanya di Kota Kotamobagu jika merasa benar-benar aman. Di jalan pulang, ia sering kecewa melihat segelintir orang yang abai, dan sudah ramai ke luar seolah pandemi virus corona sudah berlalu.

Orang-orang mulai berkerumun di tempat wisata, toko, tempat makan dan tempat lainnya, karena pemberlakukan kebiasaan baru (New Normal).

“Andai mereka berkunjung ke rumah sakit, mereka pasti melihat apa yang saya lihat, dan teman-teman hadapi,” sebutnya.

Ia juga menyadari banyak orang yang harus bertahan hidup dimasa pandemi virus corona. Menurutnya, dimasa pandemi virus corona seharusnya masyarakat selalu mentaati protokol kesehatan, seperti pakai maskar, jaga jarak, selalu cuci tangan atau membawa hand sanitizer, serta hindari beraktivitas di luar rumah yang tidak penting.

“Sering saya kesal melihat orang ke luar dan berkerumun tidak mengunakan masker. Andai mereka ke rumah sakit, mereka bisa melihat perjuangan petugas medis menjaga dan menyembukan orang yang terjankit virus corona. Ingat, walau kamu merasa sehat, tapi biasa saja kamu menjadi pembawa virus dalam keluarga dan teman-teman kamu,” pesan Tasya.

Ia berkata jika masyarakat yang mematuhi imbauan pemerintah terkait protokol kesehatan, juga dianggap sebagai pahlawan di tengah pandemi.

Sebab, mereka-mereka yang mau mengorbankan rasa egoisnya demi kepentingan bersama dan negara, dengan mengikuti imbauan pemerintah layak untuk disebut sebagai pahlawan di tengah pandemi seperti sekarang ini.

“Saya berharap semua bisa menjadi pahlawan dihari kemerdekaan Indonesia yang ke-75 ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Muzakir Suadu, selaku Kepala Runagan Isolasi Penanganan virus corona saat bersama Tasya, juga mengungkapkan baru dua kali bertemu keluarga saat pandemi virus corona mulai masuk di Indonesia sejak Januari 2020.

Menurutnya, menjadi tim medis memang harus selalu bersiap jika harus menghadapi situasi terburuk dalam menangani pandemi virus corona.

Hal tersebut yang membuat banyak para petugas medis sulit bertemu dengan keluarga. Banyak petugas medis yang lebih memilih untuk menjaga jarak dengan orang terkasih mereka, lantaran mereka adalah sosok yang terjun langsung menghadapi virus corona.

“Karena pekerjaan saya bersentuhan langsung dengan pasien terpapar virus corona. Saya tidak tahu, apakah di badan saya kumannya ada atau tidak. Memang usai lelah bekerja, yang ada dibenak saya hanya ingin melihat anak dan keluarga, tapi mau bagimana lagi?. Saat ini, menjaga jarak dari orang tersayang adalah bentuk kasih sayang,” katanya.

Dalam merawat pasien yang terinfeksi virus corona, berbagai kekhawatiran dan ketakutan sering melintas dalam pikiran, sampai dibayang-bayangi oleh kematian, karena harus berkontak langsung dengan pasien positif virus corona.

Kekhawatiran muncul saat berangkat bekerja. Namun, kecemasan itu tak bisa ia tampakkan di depan keluarganya.

Tak hanya rasa takut dan khawatir yang menyelimuti, perasaan tidak nyaman sempat dia rasakan ketika mengenakan pakaian hazmat (APD), yang memang dikenal membuat gerah. Keringat selalu mengucur saat mengenakannya.

“Saat melakukan video call dengan keluarga, berbagai kekhawatiran dan ketakutan selalu melintas di kepala, tapi harus dikuatkan. Begitu pula dengan kecemasan yang sering muncul saat mau masuk ruangan isolasi,” kenang Muzakir.

Memang, kekhawatiran itu lama-lama hilang, dan ia menjadi lebih santai dalam bertugas. Ia selalu berpikir, dengan niat tulus dalam bertugas pasti akan dilindungi oleh yang Maha Kuasa.

“Saya bertugas dengan niat baik. Lagi pula, rumah sakit tempat saya bekerja menyediakan APD lengkap. Jadi ibarat perang, peralatan kita sudah lengkap, itu juga salah satu alasan membuat saya tenang,” ujarnya.*** 

Editor: Agung H. Dondo

Tags

Terkini

Terpopuler