Letnan Jenderal TNI, Ahmad Yunus Mokoginta Disebut Panglima Pembasmi PKI di Sumatra

1 Maret 2022, 22:14 WIB
Letnan Jenderal TNI, Ahmad Yunus Mokoginta Disebut Panglima Pembasmi PKI di Sumatra /tangkapan layar facebook viga mokoginta/

TERAS GORONTALO – Letnan Jenderal TNI, Ahmad Yunus Mokoginta. Panglima pembasmi PKI di Sumatra adalah Jendral TNI yang lahir di Kota Kotamobagu pada 28 April 1921.

A.Y. Mokogintaa atau Ahmad Yunus Mokoginta selain dikenal sebagai panglima pembasi PKI di Sumatra juga menjadi salah satu penanda tangan Petisi 50 bersama dengan Jenderal Nasution, Kapolri Hoegeng Imam Santoso dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.

Ahmad Yunus Mokoginta, sebelum dikenal sebagai pembasmi PKI di Sumatra adalah putra keturunan Raja Bolaang Mongondow yang tinggal di tanah jawa mengikuti ayahnya, Abraham Patra Sugeha.

Baca Juga: Polemik Tuhan Bukan Orang Arab, Jendral Dudung di Bela Menag

Sebagai Panglima Komando Antar Daerah (Koanda) di Mendan, Sumatra. Ahmad Yunus Mokoginta memiliki peran sebagai Panglima yang terlibat dalam penumpasan PKI di Sumatra.

Ahmad Yunus Mokoginta memiliki kesamaan dengan kebanyakan orang Masyumi di Sumatra yang sangat benci dengan komunis yang saat itu diwakilkan oelh Prtai Komunis Indonesia atau PKI.

A.Y. Mokoginta memiliki seorang kakak yang bernama Bua Hadidjah Lena Mokoginta atau Magdalena Mokoginta yang menikah dengan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Pertama yakni Raden Said Soekanto.

Baca Juga: Jendral Hoegeng, Salah Satu Peraih Nominasi Polisi Paling Jujur Menurut Gus Dur

Saat itu Ahmad Yunus Mokoginta dan Magdalena Mokoginta ikut tinggal di pulau jawa bersama ayah mereka Abraham Patra Mokoginta yang merupakan Jogugu (Petinggi Kerajaan Bolaang Mongondow) yang diasingkan oleh pemerintah kolonial belanda karena mendukung Gerakan Serikat Islam (SI) di Kotamobagu.

Dilansir Teras Gorontalo dari Kanal Youtube Inspirasi Sejarah, ternyata Ahmad Yunus Mokoginta adalah orang yang memiliki peran penting sebagai penglima pada penumpasan PKI di Sumatra.

Setelah lulus di AMS B Semarang, Ahmad Yunus Mokoginta yang memiliki taraf pendidikan yang cuckup tinggi pada masa itu, sempat menjadi Polisi Umum bahkan sempat dikenal sebagai polisi yang keras.

Sebelum Jepang menguasai Hindia Belanda, Ahmad Yunus Mokoginta juga sempat belajar di Akademi Militer Kerajaan di Bandung pada tahun 1941.

Ahmad Yunus Mokoginta adalah salah satu mantan Tentara KNIL yang bergabung dengan Republik setelah Indonesia merdeka dan mendapat pangkat Kapten juga pernah menjabat sebagai Kepala Polisi Militer di Komando Jawa saat Nesution menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando Jawa, (1948).

Tidak hanya itu, Ahmad Yunus Mokoginta juga tercatat pernah menjabat sebagai Sekretaris Kepala Staf Umum Markas Besar Tentara Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo (1945) dan Kepala Staf Brigade Kian Santang di Purwakarta, (1946-1947).

Dalam kurikulum belajar Sekolah dasar hingga menegah keatas, nama Ahmad Yunus Mokoginta dicatat sebagai Kolonel CPM yang ditahan oleh anak buah Andi Azis dalam pemberontakan serdadu KNIL di Makasar tahun 1950.

Ahmad Yunus Mokoginta pernah ditunjuk sebagai Panglima Tentara dan Teritorium VII Wirabuana.

Selain itu, Ahmad Yunus Mokoginta juga Adalah Komandan Seskoad pertama dan setelah lama di Kementrian Pertahanan, Ahmad Yunus kemudian diangkat menjadi Panglima Koanda I di Sumatra tahun 1964.

Pada masa meletusnya G30S, Ahmad Yunus Mokoginta berada di Medan dan sering melakukan koordinasi dengan Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Brigadir Jenderal Ishak Djuarsa di Aceh dan Panglima Kodam II/Bukit Barisan, Brigadir Jenderal Darjatmo yang berwenang atas Pulau Sumatra bagian tengah.

Pada masa 1960-an, banyak sekali kaum buruh di Sumatra yang rentan di dekati Partai Komunis, ditengah ramainya kampanye Konfrontasi Ganyang Malaysia dan meletusnya G30S menjadi pembasmian Komunis di Sumatra yang terbilang keras.

Saat itu Ahmad Yunus Mokoginta menjabat sebagai Panglima Komando Mandala Siaga I (Kolaga I) di Sumatra. dia mencanangkan Operasi Singgalang dalam rangka melawan kaum komunis. kala itu orang-orang sipil dilibatkan dalam operasi tersebut.

Ahmad Yunus Mokoginta kala itu mengumumkan lewat radio agar seluruh perintah dari Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mator Jenderal Suharto untuk dapat di patuhi.

"Segenap anggota Angkatan Bersenjata untuk secara tegas, menumpas kontra revolusi dan segala bentuk penghianatan dan semacamnya sampai ke akar-akarnya" perintah Ahmad Yunus Mokoginta lewat radio, 1 Oktober 1965.

Aksi penumpasan PKI saat itu berhasil menumpas populasi komunis pada 1965 hingga 1966 , termasuk di wilayah yang menjadi tanggung jawab Ahmad Yunus Mokoginta.

Meskipun jasa-jasa Ahmad Yunus Mokoginta dalam penumpasan PKI di Sumatra tampak kurang diakui namun Panglima Koanda I tetap dikenang sebagai Panglima Pembasmi PKI di tanah Sumatra bagi kebanyakan rakyat Indonesia.

Ahmad Yunus Mokoginta memilih aktiv diluar struktur kemiliteran setelah selesai dalam jabatannya menjadi Dubes di Republik Persatuan Arab, Sudan, Libanon dan Maroko pada tahun 1967 hingga 1970.

Setelah itu Ahmad Yunus Mokoginta menjadi Direktur PT. Wahana Samudra yang sebelumnya pernah juga menjabat sebagai Direktur Utama PT. Tri Usaha Bakti serta aktiv dalam Lembaga Pembina Usahawan dan Kadin Pusat.

Ahmad Yunus Mokoginta dikenal sebagai orang yang aktif dan kritis terhadap penguasa orde baru, dia tercatat aktif dalam Forum Study Komunikasi (Fosko) yang isinya kebanyakan perwira yang kritis pada rezim Suharto.

Ahmad Yunus Mokoginta termasuk pensiunan Jenderal yang berani berseberangan di masa pemerintahan Orde Baru serta menjadi salah satu pendanda tangan Petisi 50 pada 05 Mei 1980.

Pada tanggal 11 Januari 1984, Ahmad Yunus Mokoginta meninggal dunia tepat 38 tahun yang lalu.***

Editor: Agung H. Dondo

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler