Cerita Horor Mencekam, Kisah Mistis Gunung Ciremai yang Viral Pada 2021 (Part 1)

- 20 Juni 2022, 12:57 WIB
Ilustrasi Gunung Ciremai
Ilustrasi Gunung Ciremai /Facebook @Nurhidaya/

TERAS GORONTALO - Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kisah dan cerita mitos yang beredar di masyarakat.

Tak sedikit pula cerita tentang penjelajahan sebuah hutan atau gunung yang memiliki suasana mistis dan horor.

Seperti halnya cerita mistis pendakian Gunung Ciremai yang terletak di antara Kabupaten Kuningan dan Majalengka Provinsi Jawa barat ini.

Gunung Ciremai yang memiliki kisah mistis ini merupakan gunung yang memiliki ketinggian yang tertinggi dari semua gunung di Jawa Barat.

Nama gunung ini diambil dari nama suatu tumbuhan yang memiliki buah kecil yang banyak terdapat di gunung ini bernama Cereme.

Baca Juga: Viral, Mempelai Wanita Dianiaya di Depan Tamu Undangan Pernikahannya, Sosok Pelakunya Tak Disangka-sangka

Disebut Gunung Ciremai dikarenakan daerah di sekitar gunung mistis tersebut banyak yang memiliki nama dengan awalan ‘Ci’, sehingga nama Cereme berubah menjadi Ciremai.

Cerita Mistis yang beredar di gunung ini adalah tentang 2 orang pendaki seorang cowok dan teman ceweknya yang menjajal ketinggian Gunung Ciremai ini yang berakhir mengerikan.

Dilansir TerasGorontalo.com dari Akun Facebook @Nurhidaya yang membagikan postingan tentang cerita ini pada 2 Juni 2021, beginilah awal cerita dari kisah mistis Gunung Ciremai.

Sisi cerita ini diambil dari pandangan cerita kedua orang yang mengalami kejadian kisah mistis Gunung Ciremai.

Tidak ada yang salah selama kita naik, sampai puncak juga berkemah.

Masalah baru muncul menjelang kita turun di Pengasinan, Ayu haid.

Setelah memasang pembalut, kita langsung turun. Pamit sebentar dengan pendaki Wonosobo yang kemarin sempat berdiskusi di puncak.

Mereka menyarankan ngecamp semalam lagi karena sudah mulai sore.

Tapi karena besok kita berdua kerja, ngecamp semalam lagi jelas tidak mungkin.

Masuk hutan lagi, Ayu jalan duluan kemudian aku dibelakangnya biar bisa mengawasi. Kita berjalan pelan. 

Jalur Linggarjati agak bahaya untuk dilalui dengan cara berlari. Beberapa kali Ayu minta istirahat. Mungkin pengaruh haid.

Keanehan mulai terasa ketika kita melewati pos Sanggabuana, kita tidak bertemu satu pendaki pun yang naik. Padahal ramainya pendaki inilah yang membuat saya berani turun walau kesorean.

Jam 5 sore kita sampai di Pos Batu lingga. Ada sedikit tanah lapang buat kita istirahat. Disini kita masak mie dan nyeduh kopi.

"Gimana di, udah sore banget. Ngecamp lagi apa gimana?" Kata Ayu. Mukanya capek dan khawatir.

"Lanjut aja Yu, sekalian cape," kataku.

Setelah dirumah barulah aku tahu, kesalahan fatal dibuat disini dan di Sanggabuana. Ayu cerita, waktu di Sanggabuana, dia sebel banget harus bentar-bentar berhenti karena kasih jalan pendaki yang mau naik.

Dia sempat ngomel, "Andai tidak ada yang naik lagi, enak nih turun, tidak terganggu."

Entah kebetulan atau tidak, memang betul kami tak pernah lagi berpapasan dengan pendaki lain.

Kesalahan kedua, dan yang paling fatal. Di Batu lingga Ayu membuang bekas pembalut nya ke kerimbunan semak. Mulai dari sini sampai bawah adalah teror.

Beres-beres peralatan, packing ulang, kita langsung jalan. Hari sudah gelap karena menjelang Magrib. Ayu di depan, aku di belakang berjalan mengikutinya.

Bulu kuduk mulai berdiri rasanya di antara semak, di balik pohon, di setiap tempat yang gelap ada yang mengawasi. Kepalaku mulai nyeri. Berdasarkan pengalamanku, kepala yang nyeri biasanya ada aktifitas mistis.

Di belokan hutan, aku kaget melihat Ayu berhenti dan badannya menghadapku. Suaranya gemetar, dia bilang, "Di, lu jalan duluan ya. Gw pegangan keril lu ya."

Aku mengangguk jadi sekarang aku jalan duluan, sementara Ayu pegangan carrierku dibelakang. Jalanan sudah gelap total. Penerangan cuma dari cahaya headlamp.

Dari sudut mata aku melihat ada bayangan hitam yang berdiri di pohon, tapi waktu aku menoleh tidak ada siapa pun.

Lalu ada suara bisik-bisik yang jelas sekali, yang tadinya kupikir pendaki yang naik, nyatanya jalur di depan cuma kosong dan gelap tidak ada siapa pun. Di sini aku berdoa dalam hati mohon perlindungan.

Tiba-tiba Ayu menangis, dia jatuh terduduk, kepalanya disembunyikan di lututnya. Dalam sesenggukannya dia berulangkali menyebut pocong... Pocong .. Pocong.

Mendengar itu bulu kudukku berdiri total. Kulihat segala arah dengan panik, namun sosok itu tidak ada. Aku membujuk Ayu untuk berjalan lagi sambil mengingatkan untuk berdoa.

Akhirnya Ayu mau berjalan lagi setelah matanya kututup dengan buff. Cara ini membuat Ayu tidak lagi histeris, tapi jalan kami jadi luar biasa lambat. Sepanjang jalan aku masih terus melihat kelebatan-kelebatan hitam.

Kadang semak-semak yang bergoyang sendiri. Suara-suara dalam bahasa sunda yang aku tidak mengerti artinya terdengar di telinga entah siapa yang terdengar itu atau mungkin suara pendaki yang terbawa angin.

Badanku gemetar ketika ada sebuah bayangan di ujung jalan, dia jongkok di bawah pohon. Kali ini bayangan itu tidak hilang. Aku istighfar semakin kencang, Ayu memegang tanganku dengan erat.

Baca Juga: Selain Admiral Ryokugyu, Inilah Kizaru dan Fujitora 2 Admiral dengan kekuatan yang Lebih Dahsyat

Semakin mendekat, kami terpaksa melewatinya karena sosok itu tepat di pinggir jalur. Nyaliku habis, Aku terdiam di tempat Gemetar dan keringetan.

Kali ini Ayu sudah memelukku. Dia walau tidak melihat apa-apa tentu merasa ada yang ganjil. Lama aku berdiri berharap sosok itu hilang, sehingga kami bisa lewat. Tapi dia tetap disana. Tiba-tiba punggungku ada yang menepuk.

Seorang pendaki yang sedang turun. Alhamdulillah kami selamat, aku lega.

Dia melambaikan tangan mengajakku jalan. Aku langsung bergerak. Sosok itu sudah hilang. Aku mengikuti pendaki ini hingga tiba-tiba dia hilang di kegelapan. Sebuah suara pelan terdengar, "Jalan lurus aja bang, jangan tengok kekiri.”

Cerita kisah mistis Gunung Ciremai yang dialami oleh kedua orang ini sangatlah panjang. Maka penulis membagikan cerita ini menjadi beberapa bagian dan akan melanjutkan cerita dalam waktu dekat.

 

Disclaimer : Cerita ini merupakan cerita mitos yang kebenaran dan kejadian peristiwa dalam cerita masih belum dipastikan terjadi di dunia nyata atau hanya fiktif belaka.

 

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Facebook @Nurhidaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah