Cerita Horor: Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 4, Bertemu Pendaki Lain

- 22 Juni 2022, 12:05 WIB
Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 4: Bertemu Pendaki Lain
Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 4: Bertemu Pendaki Lain /Facebook @Nurhidaya/

TERAS GORONTALO – Kisah Mistis Gunung Ciremai kembali berlanjut kini pada part 4 yang menceritakan tentang perjalanan Adi yang akan kembali mendaki untuk menyelesaikan hal yang menyebabkan Ayu berada di ambang kematiannya.

Sebelumnya pada part 2, Adi yang diselamatkan warga sekitar setelah mengalami kisah mistis  di Gunung Ciremai ketika hendak turun melihat Ayu yang kesurupan.

Kondisi ayu yang kesurupan ini membuat Adi mengkhawatirkan kondisi dari temannya.

Namun seorang warga menenangkan Adi dan mengatakan bahwa temannya yang dirasuki penunggu dari Gunung Ciremai ini bisa disembuhkan dengan syarat Adi harus kembali mendaki dan menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Ayu temannya.

Adi diminta untuk kembali mendaki oleh seorang warga tersebut pada malam itu juga.

Kisah Mistis Gunung Ciremai ini diceritakan masih dengan sisi orang pertama yang mengalami kejadian ini yang di mana merupakan cerita dari Adi, berikut lanjutan ceritanya.

Aku yang belum tentu setahun sekali melaksanakan sholat, magrib itu sholat dengan khusuk. Setelahnya aku berdoa hingga meneteskan air mata mohon perlindungan Allah.

Sehabis berdoa, si Bapak yang mengimami ku sholat magrib berbalik ke arahku.

"Jang, nanti habis Sholat Isya langsung berangkat. Tidak usah takut, Bismillah aja. Doa jangan putus ya?"

Aku cuma diam dan mengangguk.

"Setan apa aja tidak bisa mencelakai kalo Ujang ingat Allah. Cuma Allah sebaik-baiknya pelindung." Sambung si bapak lagi.

Setelah Isya. Aku mengisi carrierku dengan dua botol air mineral. Ku cek lagi headlamp juga senter. Semua siap. Ku tengok sekali lagi keadaan Ayu.

Dia sedang tertidur, dan masih ditemani si ibu tua. Ibu itu tersenyum kepadaku seperti memberi restu.

Di luar aku sudah ditunggu si Bapak. Aku mencium tangannya sekaligus minta dibantu doa.

Lalu si Bapak memberikanku sebuah bungkusan dari kain putih. Aku bertanya, "Apa ini pak? "

"Bungkusan ini isinya tanah. Nanti tanah ini kamu sebar di gubuk belakang Condong Amis ya. Kainnya kamu bawa. Nanti kalo ketemu yang kamu cari, kain ini buat bungkusnya. "

Sekali lagi aku mengangguk. Lalu dengan menarik nafas dalam, aku berangkat.

Seekor burung berkaok-kaok entah dimana mengikuti setiap langkahku.

Satu-satunya penerangan hanya cahaya senter yang ku arahkan ke tanah. Aku sengaja memfokuskan pandangan ke langkah kakiku.

Semakin jauh ku berjalan, bayangan horor malam itu kian menjadi nyata. Tapi tiap kali bayangan itu muncul segera kutepis jauh-jauh walau sia-sia.

Aku berhenti dibatas ladang. Di Depanku sekarang membentang hutan pinus. Aura mistis menjalar dari semua tempat. Dengan mengucap bismillah, aku melangkah.

Tiba-tiba aku mencium bau busuk yang sangat pekat. Bulu kudukku langsung berdiri. Cahaya senter bergoyang akibat tanganku yang gemetar hebat.

Aku tetap memaksa untuk maju walau pelan. Setiap kali aku ingin berbalik dan lari aku selalu diingatkan sosok Ayu yang sedang tertidur saat tadi kutinggal.

Bau busuk itu hilang, berganti bau melati. Sumber baunya begitu dekat, seakan-akan tepat di belakangku.

Bulu di seluruh tubuhku meremang membayangkan sosok apa dibelakang. Aku menunggu tangan sedingin es menyentuh tengkukku. Aku istighfar dan berjalan semakin cepat.

Dalam situasi seperti ini tiba-tiba aku teringat legenda Nini Pelet yang konon berkeliaran di antara pohon-pohon pinus di wilayah ini di waktu malam. Juga sosok Nyai Kembang, pengantin wanita yang mati saat tengah mengandung dan mayatnya dibangkitkan. Pikiran tentang Nyai Kembang dengan wajah pucatnya menyeringai di belakangku cukup membuatku langsung berlari panik.

Entah berapa lama aku lari tanpa mempedulikan jalan yang mulai menanjak. Bayangan Nyai Kembang yang menyeringai sungguh menerorku.

Hingga akhirnya aku tersungkur karena kakiku terkait akar pohon melintang. Sekitarku bukan lagi hutan pinus, melainkan pohon pohon tua raksasa.

Di depanku jauh ke atas nampak sebuah bangunan gubuk kayu.

Dari posisiku saat ini bayangan gelap bangunan itu yang diselimuti kabut tipis seakan memberikan peringatan untuk jangan coba-coba berani mendekat.

Dengan ragu ku arahkan senter ke bangunan kosong itu. Mungkin ini yang dimaksud gubuk condong amis yang dimaksud si bapak.

Pelan dan ragu aku mendekati bangunan di tengah hutan ini. Sosok gelap bangunan ini saja sudah cukup mengintimidasiku. Pohon-pohon hitam di sekitarnya dengan ranting kurus yang dalam pikiranku bagaikan tangan orang mati menjuntai disana sini.

Aku berhenti sepuluh meter di depannya, menyorotkan cahaya senter ke setiap pojok ruangan. Lega setelah tidak ada sosok apapun yang bersembunyi di kegelapan.

Tanganku merogoh kantong celana dan mengambil bungkusan putih berisi tanah. Warna putih kain itu langsung membuatku bergidik ngeri. Kubuka ikatannya, lalu kutuangkan tanah didalamnya ke tanganku.

Kutarik nafas langsung aku berlari ke belakang pondok ini lalu secepatnya kusebar tanah tadi sesuai permintaan si bapak. Aku sengaja melakukannya dengan cepat, karena ngeri membayangkan apa yang ada di belakang pondok itu.

Tiba-tiba muncul sebuah wajah putih muncul di antara semak, matanya membelalak lebar tepat didepanku. Aku langsung jatuh duduk sambil berteriak-teriak histeris.

Demikian cerita kisah mistis di Gunung Ciremai Part 3. Penulis akan melanjutkan kisahnya dalam waktu dekat. Cerita Kisah Mistis Gunung Ciremai Ini Dikutip  Tim TerasGorontalo.com dari Postingan Facebook @Nurhidaya.

Part sebelumnya bisa dibaca pada link berikut :

PART 1 : https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1964786416/cerita-horor-mencekam-kisah-mistis-gunung-ciremai-yang-viral-pada-2021-part-1

PART 2 : https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1964788929/kisah-mistis-gunung-ciremai-part-2-kedua-pendaki-diselamatkan-namun-teror-belum-berakhir

PART 3 : https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1964790326/cerita-kisah-mistis-gunung-ciremai-part-3-kembali-mendaki

Disclaimer: Cerita ini merupakan cerita mitos yang kebenaran dan kejadian peristiwa dalam cerita masih belum dipastikan terjadi didunia nyata atau hanya fiktif belaka.***

 

 

 

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Facebook @Nurhidaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah