Cerita Horor: Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 5, Teror Wewe Gombel

- 22 Juni 2022, 13:30 WIB
Cerita Horor: Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 5, Teror Wewe Gombel
Cerita Horor: Kisah Mistis Gunung Ciremai Part 5, Teror Wewe Gombel /Facebook @Nurhidaya/

TERAS GORONTALO - Pada part 4 sebelumnya kisah mistis Gunung Ciremai berakhir ketika Adi dikejutkan sosok yang keluar dari balik semak-semak.

Sebelum peristiwa itu terjadi Adi melakukan pesan yang disampaikan seorang bapak yang menyuruhnya untuk menyebarkan tanah dalam bungkusan putih pada sebuah gubuk yang ada di jalur pendakian Gunung Ciremai ini.

Adi melakukannya dengan cepat karena takut dengan hal mistis yang ada di Gunung Ciremai ini. Ketika Adi sedang menaburkan tanah merah itu tiba-tiba sosok wajah putih muncul dari arah semak-semak, Adi yang ketakutan dan terkejut pada saat itu terjatuh dan berteriak sekencang-kencangnya.

Berikut ini lanjutan cerita horror, kisah mistis di Gunung Ciremai part 5.

Cerita ini diambil dengan pandangan orang pertama yang mengalami kejadian horor ini.

Ketika aku memberanikan diri membuka mata, sosok itu berdiri di sana. Bertolak pinggang. Aku masih dalam keadaan jatuh terduduk. Sosok itu mengeluarkan suara yang anehnya terdengar normal.

"Apa-apaan wey! "

Aku langsung menguasai diri. Sosok ini ternyata manusia biasa. Pendaki! Aku masih bengong tak percaya melihat manusia normal berdiri dihadapanku. Sosok itu bicara lagi, kali ini tangannya menunjuk ke kolong gubuk.

"Apa-apaan. Mie gua jadi ga bisa dimakan wey! "

Aku terpana. Mataku bolak balik melihat sosok itu dan mie yang baru direbus di atas kompor portable kotak. Benar mie itu sudah bercampur tanah merah yang tadi kulempar.

Ketika makin tenang, baru aku menyadari sosok itu memang manusia biasa yang memakai kemeja lapangan warna hitam, celana pdl dan sepatu running. Kulihat sekali lagi, sepatu runningnya menapak ke tanah. Dia benar manusia.

Dia mengulurkan tangan serta meraih tanganku dan menolongku berdiri. Aku ditatap dari atas ke bawah ke atas lagi.

"Apa-apaan barusan? " katanya lagi.

"Eh, anu, maaf bang. Saya beneran tidak tahu ada orang disini. " Aku minta maaf.

"Naik berapa orang? " tanyanya lagi.

"Sendiri," jawabku.

Sekarang aku bisa melihat dengan jelas orang ini. Tingginya sama denganku. Usianya mungkin menjelang 50 tahun tapi sosoknya tampak lebih muda. Cahaya memantul dari kacamata bulatnya. matanya penuh selidik memandangku.

"Tidak dianjurkan jalan malam sendiri di Ciremai. " katanya, "emang dapet ijin naik tadi dibawah."

"Iya bang. Dapet. " Jawabku, sengaja tidak terus terang alasanku naik.

"Ya udah, istirahat dulu aja. Mau mie? Gw masak dulu. Yang tadi harus dibuang gara-gara lu. "

Barulah aku sekarang melihat dengan jelas. Di belakang gubuk ini dia menggelar matras. Carrier besar berdiri menyandar di tiang kayu.

"Siapa nama lu? Dari mana? " Katanya sambil menyalakan api di kompor.

"Saya Adi bang. Dari Jakarta. Kalo abang? " Jawabku. Sambil tetap membelakangiku, sibuk dengan kompornya dia menjawab "Gw Moka. "

Aku sama sekali tak peduli dia dari mana. Aku sangat bersyukur bukan hanya aku sendiri di gunung ini. Rasa aman dan tenang menguasai dadaku. Setelah mie matang. Dia mengeluarkan mangkok plastik dari carriernya. Menuang sebagian mie itu untuk ku makan.

Sedang dia sendiri memakan mie tadi langsung dari misting. Sambil makan dia terus-terusan memperhatikanku. Setelahnya dia mengeluarkan rokok kretek dari kantong bajunya, lalu menghisapnya dalam.

"Jadi lu orangnya ya.. " katanya seakan berbicara pada diri sendiri.

"Gimana bang maksudnya?,” tanyaku, tak yakin arah pertanyaannya.

Dia memandangku dengan tatapan kesal. "Kalian tuh semua pendaki sama aja. Bisanya cuma ngotorin gunung. Tidak punya rasa hormat. " Aku terperangah "abang udah tau ya.. "

"Mak Ncep nitipin lu ke gua. Dia yang cerita semua. Mulai dari sini sampai atas lu bareng gw. " katanya lagi

"Mak Ncep? Mak Ncep siapa bang?,” tanyaku bingung.

"Bocah memang tidak ada hormat-hormatnya sama orang tua. Mak Ncep yang dari kemarin nolongin lu sama temen lu. Kalo ngga ada Mak Ncep, temen cewe lu pasti udah lewat dibawa ke alam lain,” jawabnya ketus.

Rupanya ibu tua yang terus-terusan menjaga Ayu di Cibunar itu namanya Mak Ncep. Aku memang sama sekali tidak bertanya nama ibu tua itu, juga bapak yang menjagaku. Ada rasa menyesal menyadari betapa kurangnya sopan santun kepada orang yang sudah beberapa hari ini menolongku dan Ayu.

"Mak Ncep juga yang ngejagain lu melewati hutan pinus. Makanya lu bisa aman sampe sini. Kalo tidak lu bisa dimakan setan penganten tadi."

"Tapi saya jalan sendiri tadi bang. Mak Ncep? Setan penganten?," aku bertanya bingung.

Tapi dia tidak menjawab. Dia cuma tersenyum sinis sambil membereskan carriernya. Aku bergidik mengingat rasa dingin yang menjalari tengkuk ku tadi. Mungkin setan penganten itu tadi benar-benar ada di belakangku. Selesai packing carrier, dia berjongkok dan berkata serius.

"Mulai dari sini perjalanan kita ngga akan gampang. Lu cukup ngikutin gw. Baca doa-doa yang lu tau. Pikiran jangan kosong. "

"I.. Iya bang." Jawabku.

"Kita bakal disambut semua penghuni Ciremai. Dari yang bentuknya abstrak sampe solid. Dari yang nyaru jadi manusia sampai yang mukanya berantakan. Siapin mental lu. Kalo lu ngga selamat di sini, temen lu di bawah juga tidak bakal selamat."

Iya bang. " Jawabku lagi.

"Lu inget dua ini : kalo tiba-tiba muncul suara gending gamelan. Apapun yang terjadi kita harus diam. Jangan bergerak. Paham lu? "

"I.. Iya bang. Yang keduanya apa bang? "

"Lu bakal ngeliat banyak penampakan nanti. Tapi ada satu penampakan yang paling berbahaya. Penampakan Kalong wewe! "

"I.. Itu yang gimana bang? Terus saya harus gimana kalo ada gituan? " Pikiranku langsung kalut.

"Kalong wewe itu bentuknya perempuan telanjang. Rambutnya awut-awutan. Lehernya miring kayak patah, lidahnya menjulur keluar. payudaranya panjang menggantung sampai ke paha."

Aku menelan ludah membayangkan sosok itu.

"Kalo dia muncul. Lu harus pura-pura tidak melihat. Apapun yang dia lakukan walau mukanya nempel dimuka lu, lu harus pura-pura tidak liat. Kalo ngga... "

"Kalo ngga gimana bang... "

"Kalo dia sampe tau lu bisa liat dia. Lu bakal ditarik ke atas pohon, artinya lu ditarik ke alamnya. Dan lu ga bakal bisa balik lagi."

"I.. I... Iya bang. " Badanku mulai gemetar.

"Yah doa aja makhluk itu tidak muncul. Susah menolong orang yang udah diculik Kalong wewe. Lu harus waspada kalo lu nyium bau khasnya. kalo bau itu muncul, kemunculannya dijamin pasti. "

"Bau apa bang? " tanya ku.

"Bau pandan."

Demikian cerita kisah mistis di Gunung Ciremai Part 5. Penulis akan melanjutkan kisahnya dalam waktu dekat.

Kisah Mistis Gunung Ciremai Ini Dikutip  Tim TerasGorontalo.com dari postingan Facebook @Nurhidaya.

Part sebelumnya bisa dibaca pada link berikut :

PART 4 : https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1964804994/cerita-horor-kisah-mistis-gunung-ciremai-part-4-bertemu-pendaki-lain

Disclaimer: Cerita ini merupakan cerita mitos yang kebenaran dan kejadian peristiwa dalam cerita masih belum dipastikan terjadi di dunia nyata atau hanya fiktif belaka.***

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: Facebook @Nurhidaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah