Pantas! Ternyata Ini Alasan Mengapa Gas Air Mata Dilarang Penggunaannya di Stadion Sepak Bola oleh FIFA

3 Oktober 2022, 22:59 WIB
Ilustrasi. Pantas! Ternyata Ini Alasan Mengapa Gas Air Mata Dilarang Penggunaannya di Stadion Sepak Bola oleh FIFA /Unsplash/ev/

TERAS GORONTALO – Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam kemarin, telah membuat gempar publik Indonesia.

Tak hanya di dalam negeri, namun berita tentang Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan kurang lebih 130 orang itu, juga menjadi sorotan dunia.


Tragedi Kanjuruhan ini bahkan dinilai sebagai insiden terbesar kedua di dunia, sepanjang sejarah sepak bola selama ini.


Insiden berdarah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, itu terjadi pasca pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.


Kerusuhan ini bermula ketika Persebaya Surabaya mempermalukan Arema FC pada pekan ke-11 Liga 1 2022/2023, di kandang mereka sendiri.

Baca Juga: Waduh! Bareskrim Tunda Pelimpahan Tersangka Ferdy Sambo ke Kejaksaan Ditunda, Ada Apa?


Di mana ketika itu, Green Force menang 3-2 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu 1 Oktober 2022.

Para suporter Arema FC Malang yang dikenal dengan sebutan Aremania ini, ternyata tidak bisa menerima kekalahan tersebut, karena selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri, tim ini belum pernah dikalahkan oleh siapa pun.

 

Sehingga kemudian mereka turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari pada pemain serta ofisial, untuk melampiaskan kekecewaannya itu.

 

Siatuasi selanjutnya pun menjadi semakin ricuh dan sulit untuk dikendalikan, sehingga aparat keamanan pun harus melepaskan gas air mata untuk meredam kerusuhan.

 

Sayangnya, ternyata ada gas air mata yang turut dilemparkan ke tengah tribun tempat penonton berada, yang lalu memicu kepanikan.

 

Lemparan gas air mata itulah yang menyebabkan suporter maupun penonton berdesak-desakkan di pintu keluar, sampai mengalami sesak nafas bahkan terinjak-injak karena panik.

 Baca Juga: Akhirnya Kapolres Malang Dinonaktifkan Pasca Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Dedi: Kapolri Mengambil Keputusan

Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan ini tentu menjadi catatan terburuk, sepanjang sejarah sepak bola di Indonesia.

 

Tercatat sekitar 130 orang tewas akibat insiden ini, dan 180-an lainnya masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit.

 

Lantas seberapa berbahayanya gas air mata ini, jika memang ternyata pihak FIFA sendiri sudah melarang penggunaannya?

 

Sejarah Singkat Gas Air Mata

 

Dilansir dari kanal YouTube Hallo Apoteker, gas air mata atau yang kerap disebut CS, dengan rumus kimia 2-Clorobenzalden Malononitril adalah gas atau senyawa yang jika digunakan, dapat memicu keluarnya air mata atau iritasi di area mata dan juga pernapasan.

 

Gas air mata pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I, oleh Perancis dan Jerman sebagai senjata kimia.

 

Seiring berjalannya waktu, gas air mata digunakan oleh penegak hukum sebagai pengontrol kerusuhan.

 

Ada tiga jenis gas air mata yang saat ini umum digunakan, yaitu :

 

1. CS (chlorobenzylidenemalononitrile), yang mulai dikembangkan sebagai senjata penjinak kerusuhan sejak tahun 195-an.

 

2. CN (chloroacetophenone), saat ini masih ada dan sering dijual dengan nama Mace.

 

3. Semprotan Merica, biasanya digunakan sebagai senjata untuk pertahanan diri pribadi.

 

Kegunaan, Ukuran dan Bentuk Gas Air Mata

 

Gas air mata ini seringkali digunakan untuk tidak hanya melawan musuh, namun gas air mata juga dapat digunakan untuk menghadapi hewan berbahaya, ataupun saat menghadapi penjahat ketika dalam keadaan genting.

 

Ukuran gas air mata ini sendiri tidaklah besar, karena hanya memiliki panjang mencapai 10 cm, atau sebesar ukuran telapak tangan orang dewasa.

 

Umumnya gas air mata ini memiliki bentuk menyerupai peluru, dan ditembakkan dengan menggunakan pistol pelontar.

 

Setelah ditembakkan dan jatuh ke tanah, gas air mata akan mengeluarkan asap tebal berwarna putih.

 

Di mana jika manusia terkena asap ini secara langsung, maka organ tubuh seperti mata, hidung, dan mulut akan langsung memberikan reaksi.

 

Kandungan Utama Gas Air Mata

 

Umumnya kandungan utama dalam gas air mata ini adalah CN (chloroacetophenone) atau CS (chlorobenzylidenemalononitrile) dan untuk mendapatkannya sendiri dibutuhkan proses kimia yang rumit.

 

Sedangkan bahan-bahan lainnya antara lain Karbon, Kalium Nitrat, Silikon, Sukrosa, Potasium Klorat, Magnesium Karbonat, Chlorobenzalmonolonitrile.

 

Namun ternyata, gas air mata dapat juga dibuat dengan menggunakan bahan utama Oleoresin Capsicum (OC) yang umumnya terdapat pada buah paprika merah dan hijau.

 

Adapun senyawa lain yang turut digunakan atau disarankan untuk dipakai dalam campuran gas air mata ini antara lain bromoacetone, benzyl bromide, ethyl bromoacetate, xylyl bromide, dan α-bromobenzyl cyanide.

 

Jadi, gas air mata yang umum digunakan adalah oleoresin capsicum atau semprotan merica, yang memang belakangan ini sudah populer digunakan, untuk menggantikan bahan CN dan CS untuk penggunaan sipil, ditambah dengan benzoxazepine (CR), dan chloroacetophenone (CN).

 

Akan tetapi sampai saat ini, bentuk gas air mata yang paling sering digunakan adalah 2-chlorobenzalmonolonitrile (CS), yang ditemukan pertama kali oleh dua ilmuwan Amerika Serikat pada tahun 1928.

 

Efek dari Gas Air Mata

 

Efek yang diberikan oleh gas air mata ini sendiri bergantung pada konsentrasi senyawa dan durasi paparannya.

 

Jadi, konsentrasi yang tinggi dalam waktu singkat akan lebih berbahaya dibandingkan dengan konsentrasi rendah dalam waktu yang lama.

 

Mata dan sistem pernapasan adalah target utama paparan gas air mata, di mana timbulnya iritasi mata dan saluran pernapasan yang terjadi kurang lebih dalam 20-30 detik.

 

Salah satu zat yang terkandung dalam gas air mata, yaitu Chlorobenzalmonolonitrile dapat memberikan efek seperti rasa terbakar jika mengenai bagian tubuh manusia.

 

Sensasi terbakar ini dapat terasa baik itu di hidung, mata, tenggorokan, bahkan hingga kulit seseorang, yang dinilai menimbulkan efek yang cukup berbahaya bagi setiap orang.

 

Perlu untuk diketahui, semua senyawa yang menjadi bahan dasar dari gas air mata tadi, ketika bercampur dengan pelarut, ternyata akan menjadi gas yang dapat mengacaukan saraf-saraf dalam tubuh.

 

Saraf yang dimaksud itu seperti saraf sensorik pada penglihatan, organ hidung, hingga organ kulit.

 

Beberapa ahli bahkan berpendapat jika kandungan dalam gas air mata juga memberikan kontribusi pada lecetnya kornea.

 

Air liur yang terkontaminasi dan tertelan, juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan epigastrium (rasa sakit di ulu hati).

 

Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan usai terkena gas air mata ini, antara lain :

 

· Sensasi panas terbakar di mata

· Produksi air mata berlebihan

· Penglihatan kabur

· Kesulitan bernapas

· Nyeri dada

· Air liur berlebihan

· Iritasi kulit

· Bersin

· Batuk

· Hidung berair

· Sensasi tenggorokan tercekik

· Disorientasi

· Muntah-muntah

· Diare

 

Sebagian besar efek iritan biasnya akan sembuh dalam kurun waktu 10-30 menit, jika pasien segera diamankan di tempat terbuka.

 

Namun, beberapa efek yang terjadi seperti batuk dan gangguan fungsi pernapasan, dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama, di beberapa situasi tertentu.

 

Hidung berair dan keluarnya air liur mungkin akan berlangsung selama 12 jam, sedangkan sakit kepala bisa berlangsung selama kurang lebih 24 jam.

 

Iritasi atau eritema dermal (kemerahan pada kulit), umumnya akan reda dalam waktu 45-60 menit.

 

Sedangkan untuk kulit yang melepuh serta dermatitis kontak iritan, biasanya dapat disembuhkan dengan cara mengeringkan daerah yang melepuh selama 4 hari.

 

Pertolongan Pertama Bagi yang Terkena Gas Air Mata

 

Berikut bentuk-bentuk pertolongan yang dapat diberikan, bagi mereka yang terpapar dengan gas air mata, yaitu :

 

· Untuk iritasi yang terjadi pada mata, disarankan untuk membilasnya dengan air atau garam selama 10-20 menit, tapi jangan lupa untuk melepaskan lensa kontak terlebih dulu, bagi yang menggunakannya.

 

· Pertolongan bagi yang terpapar pada pernapasan, biasnaya cukup dibawa ke udara segar, karena mayoritas efek yang ditimbulkan ringan dan proses penyebuhannya termasuk cepat.

 

Akan tetapi jika ternyata konsentrasi gas air mata ini tinggi, dan periode paparan terjadi dalam waktu lama, maka efek yang ditimbulkan bisa cukup signifikan.

 

Sehingga dibutuhkan pemantauan serta dukungan fungsi pernapasan bagi pasien yang memiliki gejala.

 

· Bagi yang terkena paparan pada kulit, dapat diatasi dengan cara melakukan dekontaminasi secara menyeluruh menggunakan air mengalir dan sabun.

 

Wajah pun harus dibersihkan terlebih dulu menggunakan air mengalir, sebelum dipakaikan sabun.

Luka bakar kimiawi yang timbul juga harus dirawat dengan cara yang sama persis seperti luka bakar termal.

· Untuk yang mengalami iritasi pada saluran pencernaan, umumnya bisa secara spontan sembuh, terutama setelah yang bersangkutan muntah.

Namun jika seandainya muntah atau diare terus berlanjut atau menjadi lebih parah, maka dimungkinkan pasien membutuhkan perawatan untuk mengganti elektrolit yang hilang.

Cara Berlindung dari Gas Air Mata


Adapun cara untuk melindungi diri agar terhindar dari paparan gas air mata, antara lain sebagai berikut :

· Gunakan kacamata pelindung, di mana ini akan menjadi perlindungan terbesar yang bisa dimiliki. Sebagai contoh, dapat digunakan kacamata renang jika kacamata khusus untuk melindungi dari bahan kimia tidak tersedia.

· Untuk melindungi saluran pernapasan, baiknya dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan kain basah.

Namun jika sudah terlanjur terpapar dengan gas air mata, maka sebaiknya segera keluar dari kerumunan dan mencari tempat yang aman, dengan sirkulasi udara yang lancar dan bersih.

Atau bisa juga mencari tempat yang arah anginnya berlawanan dengan tempat gas air mata berasal, atau dapat juga dengan cara menghindar ke tempat yang lebih tinggi.

Jika sudah mencapai tempat yang aman, baiknya segera mencuci muka dengan air mengalir dan sabun, bahkan bila perlu, mandi serta mengganti pakaian yang telah terpapar sebelumnya, agar dapat langsung dicuci.

Terakhir, jika setelah terpapar dengan gas air mata kemudian pernapasan mengalami gangguan, maka bisa langsung ditangani dengan menggunakan oksigen, atau inhaler.***

Editor: Gian Limbanadi

Sumber: Youtube Hallo Apoteker

Tags

Terkini

Terpopuler