MENOLAK LUPA! Lika-liku Mardoto Ayah Akseyna Mencari Tahu Identitas Jenazah Tenggelam di Danau Kenangan UI

2 Maret 2023, 21:06 WIB
MENOLAK LUPA! Lika-liku Mardoto Ayah Akseyna Mencari Tahu Identitas Jenazah Tenggelam di Danau Kenangan UI /istimewa/

TERAS GORONTALO -- Kasus kematian Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Akseyna Ahad Dori, sempat menghebohkan publik.

Terlebih, jenazah Akseyna ditemukan tenggelam di danau Kenangan UI, pada 2015 lalu.

Selama masih hidup, Akseyna dikenal dengan sosok mahasiswa yang mempunyai segudang prestasi, di bidang biologi.

Dilansir Teras Gorontalo dari kanal YouTube Nadia Omara, mengulas tentang lika-liku orang tua Akseyna, untuk mencari tahu identitas jenazah Akseyna, yang tenggelam di danau kenangan UI.

Diketahui, Akseyna lahir di Yogyakarta, pada 2 Juni 1996, ayahnya Kolonel Mardoto dan ibu Karimatul Ummah. Dia merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara.

Kakak perempuan bernama Arfilla dan adik laki-laki bernama Arrifky dan Arrafy. Sejak kecil Akesyna dikenal sebagai anak cerdas.

Dia menorehkan ada banyak sekali prestasi, khususnya di bidang biologi. Kecintaan Akseyna terhadap biologi, mengantarkan dirinya di berbagai kejuaraan.

Dia pernah menjadi juara 1 olimpiade biologi tingka provinsi pada 2012 di Yogyakarta, juga menoreahkan prestasi juara 2 olimpiade biologi tingkat SMA se Jawa-Bali, yang diadakan di Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Akseyna juga pernah meraih juara 3 nasional OSN biologi SMA pada 2102 di Jakarta.

Nah, bidang biologi inilah yang menjadi pilihan Akseyna, untuk melanjutkan pendidikan setelah SMA.

Di mana pada 2013, Akyesna lolos seleksi UI, pada program studi biologi, Fakultas MIPA.

Dengan memudahkan kuliahnya, Akseyna ngekos tidak jauh dari kampusnya, tepatnya di Wisma Widya nomor 208, Depok.

Selama kuliahnya, Akseyna ini dikenal sebagai mahasiswa yang sangat pintar, baik dan juga cenderung pendiam.

Meskipun tinggal terpisah dari kedua orangtuanya, komunikasi antara Akseyna dan keluarganya di Yogyakarta, tetap terjalin sangat lancar.

Dalam beberapa kesempatan, kedua orangtua Akseyna sering menyempatkan diri untuk menjenguk sang anak di kosnya.

Pada Sabtu, 21 Maret 2015, kebetulan semua keluarganya Akseyna ini, lagi berlibur ke Borobudur.

Tapi, Akseyna tidak bisa ikut, karena dia masih berada di Depok. Pas lagi kumpul keluarga di Borobudur, ada yang kurang tanpa kehadiran mahasiswa tersebut.

Akhirnya, sembari beristirahat di salah satu restoran, orangtua Akseyna ini pun memutuskan untuk menelepon sang anak.

Saat melakukan komunikasi antara kedua orangtua sang anak, Akseyna meminta kepada ayah dan ibu untuk dibelikan sepeda.

Akseyna sempat menolak penawaran dari orangtuanya untuk dibelikan motor, agar mempermudah aktivitasnya di kampus UI.

Meskipun komunikasi tersebut terasa hangat dan menyenangkan, tidak ada yang mengira bahwa itu akan menjadi kontak terakhir antara orangtuanya dengan sang anak.

Karena, setelah telepon itu ditutup, Akseyna menghilang dan tidak bisa dihubungi kembali.

Keesokan harinya, orangtua Akseyna masih menunggu foto yang akan dikirimkan sang anak,namun tak ada respon dari sang anak.

Orangtuanya pun berinisiatif untuk menelepon Akseyna, tapi sampai 25 Maret 2015, tetap nggak ada balasan dari sang anak.

Berhari-hari kemudian, balasan tersebut tidak kunjung hadir, orangtua Akseyna pun sudah mulai panik.

Ditambah lagi, handhpone Akseyna sudah tidak aktif. Sampai pada Kamis, 26 Maret 2015, melalui pemberitaan online, keluarga Akseyna tanpa sengaja mendengarkan kabar tentang penemuan jenazah laki-laki di danau kenangan UI.

Meskipun peristiwa itu terjadi di kampus anak mereka, orangtua Akseyna tidak merasa curiga sama sekali.

Mereka tetap menunggu kabar sang anak melalui handphone, karena Akseyna masih belum bisa dihubungi, akhirnya kedua orangtuanya meminta adik mereka juga sanak keluarga yang tinggal di Depok, untuk mengecek langsung kondisi sang anak.

Berangkatlah mereka pada Minggu 29 Maret 2015,tempat Akseyna kos. Pada jam 11.00 Wita, kerabat orangtua sudah sampai di kos Akseyna,

Sayangnya, mereka tidak dibolehkan masuk, mereka dikasih tahu penjaga kos kalau Akseyna ada di kos. 

Kemudian, handphone milik aksyena tiba-tiba aktif, ibunya langsung buru-buru menelepon ke sang anak.

Bukan sang anak yang mengangkat melainkan seorang laki-laki bernama Jibril.

Merasa ada hal yang janggal, pada 30 maret 2015, Pak Mardoto, ayah Akseyna berangkat ke Jakarta untuk mencari informasi terkait keberadaan anaknya.

Sesampainya di Jakarta, om sama tantenya yang ada di Depok itu, tidak hanya menyarankan Pak Mardoto untuk mencari Akseyna saja.

Tapi, mereka juga menyarankan Pak Mardoto untuk mengecek jenazah ditemukan di danau kenangan UI.

Pak Mardoto pun langsung berangkat ke RS Polri Kramat Jati, sesampainya di sana, sang ayah kesulitan mengenali jenazah, karena wajahnya menghitam dan banyak luka lebam.

Karena kedatangannya ke RS Polri Kramat Jati, belum membuahkan hasil, Pak Mardoto pun segera pindah ke Polsek Beji.

Soalnya pakaian dan perlengkapan milik jenazah yang ada di RS Polri Kramat Jati, diamankan di Polsek beji.

Pak Mardoto ingin mengecek, apakah ada barang-barang milik dari Akseyna.

Sayangnya, kedatangan sang ayah tidak membuahkan hasil, gegara Pak Mardoto tidak diizinkan memeriksa barang milik jenazah.

Karena, foto Akseyna yang ditunjukan kepada polisi, dianggap tidak cocok dengan korban yang tenggelam di danau kenangan UI.

Di sisi lain, pada hari yang sama sekira pukul 15.00 WIB, ibu Akseyna mencoba menghubungi handphone sang anak.

Tapi, meskipun handphone Akseyna dalam keadaan aktif, tidak ada yang mengangkat telepon tersebut.

Sang ibu bernisiatif menghubungi penjaga kos dan mengabarkan kalau anaknya belum juga pulang di wisma tersebut.

Penjaga kos pun memberi kabar kalau, ada banyak temannya Akseyna yang datang dan masuk ke kamar anaknya.

Mengetahui hal itu, sang ibu pun meminta penjaga kos unutk memberitahu temannya Akseyna, kalau dia ingin berbicara dengan anaknya.

Melalui sambungan telepon tersebut, teman-temannya Akseyna mengatakan, kalau barang milik mahasiswa tersebut masih ada di kamar.

Termasuk, lapop handphone masih ada di dalam kamar, bahkan jaket-jaket milik Akseyna masih ada. Kecuali jaket bertuliskan Universitas Indonesia.

Melalui sambungan telepon itu juga, barulah diketahui, bahwa ternyata teman-teman Akseyna ini sudah menginap selama beberapa hari di kamarnya.

Hal itu pun sempat menjadi tanda tanya, kenapa rekan-rekan Akseyna menginap di kamar tersebut, kala sang pemilik sedang tidak berada di tempat.

Pada hari yang sama sekira pukul 16.00 Pak Mardoto, memutuskan melanjutkan pencarian Akseyna dengan mendatangi gedung Fakultas Mipa.

Pada saat itu, Pak Mardoto bertemu dengan 2 pengajar dari jurusan biologi dan 2 mahasiwa yang mengaku sebagai teman Akseyna.

Salah satu 2 mahasiswa tersebut, bernama Jibril, temannya Akseyna yang pertama kali mengangkat telepon milik sang anak.

Petemuan antara Pak Mardoto dan Jibril, menyisakan tanda tanya besar, karena tiba-tiba Jobril menyerahkan sepucuk surat yang mereka temukan di kamar Akseyna.

Pas dibuka, ternyata surat itu berisi kata-kata dalam bahasa Inggris, yang ditulis oleh Akseyena sebagai surat perpisahan.

Surat tersebut bertuliskan "Will not return for etertinitiv, please don't seach for existence, my apologies for everything,"

Pas lihat surat itu, firasat Pak Mardoto malah makin tidak enak lagi, di situ beliau mikir, kalau memang Jibril menemukan surat tersebut di kamar Akseyna, kenapa pada Minggu malam saat sang ibu nelepon di handphone Akseyna, kok tidak bilang apapun surat ini.

Meskipun banyaknya hal yang menjanggal tentang surat tersebut, Pak Mardoto memilih diam dan surat tersebut disimpan untuk diberikan ke aparat kepolisian.

Setelah mendatangi kampus UI, Pak Mardoto disarankan kembali lagi ke Polsek Beji. Pada saat itu, Pak Mardoto ditemani oleh Biro Keamanan UI dan Dosen Prodi Biologi.

Nah, pada kedatangan kedua tersebut, Pak Mardoto diizinkan untuk melihat barang-barang milik jenazah yang tenggelam itu.

Setelah Pak Mardoto melihat barang itu, betapa terkejutnya beliau menyadari bahwa pakaian korban adalah pakaian yang dibelikan olehnya kepada Akseyna.

Mengetahui hal itu, jelaslah, jenazah yang ditemukan tenggelam di dana kenangan UI, pada 16 maret 2015 merupakan anak yang selama ini mereka cari-cari setelah hilang kontak beberapa hari.

Jenanzah tersebut terindentifikasi sebagai Akseyna Ahad Dori. ***

 

Editor: Sitti Marlina Idrus

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler