Marshanda Hilang Dua Hari di Los Angeles, Gangguan Bipolar Diduga Menjadi Penyebabnya

- 27 Juni 2022, 22:50 WIB
Marshanda Hilang Dua Hari di Los Angeles, Gangguan Bipolar Diduga Menjadi Penyebabnya
Marshanda Hilang Dua Hari di Los Angeles, Gangguan Bipolar Diduga Menjadi Penyebabnya /Instagram @marshanda99

TERAS GORONTALO – Sempat membuat kehebohan karena dikabarkan hilang selama dua hari, mantan istri dari Ben Kasyafani yakni Marshanda, akhirnya telah ditemukan.

Kabar hilangnya artis Marshanda ini pertama kali disampaikan oleh sahabatnya, Sheila Taly Salsabila, dokter sekaligus selebgram yang selalu menemani Marshanda.

“Dicari day 2,” begitu tulis Sheila dalam akun instagram miliknya.

Dia juga menuliskan bahwa ini pertama kalinya Marshanda menghilang selama mereka berada di Los Angeles.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Bipolar, Kondisi yang Diduga Dialami Marshanda Saat Hilang di Los Angeles

Sheila bahkan menambahkan catatan dalam postingannya :

“She is in a Manic Episode. (Psychosis : Altered state of Mind-Bipolar Disorder),” kata Sheila melalui Instastory.

Ibu dari Sienna ini memang sudah sejak lama didiagnosa menderita gangguan bipolar.

Nah, apakah Bipolar itu?

Dikutip dari WebMD, gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan mental yang ditandai dengan terjadinya perubahan drastis pada suasana hati penderitanya.

Baca Juga: Kabar Hilangnya Marshanda Dianggap Netizen tak Masuk Akal

Diketahui penderita penyakit ini dalam satu putaran waktu bisa merasa sangat bahagia tapi kemudian secara tiba-tiba berubah menjadi sedih.

Menurut data dari World Health of Organization (WHO) tahun 2017, diperkirakan sebanyak 45 juta orang di dunia mengidap gangguan ini.

Bahkan gangguan ini ternyata menjadi salah satu penyebab utama cacat dan kematian akibat bunuh diri.

Adapun yang menjadi gejala utama dari gangguan bipolar ini, umumnya adalah perubahan suasana hati (mood) yang drastis.

Baca Juga: Gempar! Artis Marshanda Hilang Di Los Angeles, Sempat Sebut Nama Dua Petinggi Negara Sebelum Hilang

Perubahaan mood ini bisa terjadi dalam hitungan bulan, hari, bahkan yang terparah adalah dalam hitungan jam saja.

Dalam pandangan medis, gejala gangguan bipolar ini dapat dikategorikan dalam dua fase, yaitu :

1. Fase Mania (Sangat Senang)

Fase ini ditandai dengan perubahan mood yang sangat dalam dan berlangsung selama kurang lebih satu minggu.

Baca Juga: Sebelum Hilang Marshanda Bicara Kacau Speechnya Sangat Incoheren

Hal ini ditandai dengan beberapa sikap berikut :

- Merasa sangat senang atau bahagia

- Memiliki kepercayaan diri yang berlebihan

- Menurunnya keinginan untuk tidur

- Sering berbicara sangat cepat, tapi tidak seperti keadaan normal

- Nafsu makan bertambah

- Sering membuat keputusan yang tidak realistis

Baca Juga: Jangan Asal Minum, Inilah Cara Memilih Obat Paracetamol untuk Menurunkan Demam Hingga Pereda Rasa Nyeri

Setelah fase mania ini, penderita akan kembali ke fase normalnya. Di mana dalam fase tersebut, mereka akan terlihat baik-baik saja, memiliki emosi yang stabil dan dapat melakukan ativitas seperti biasanya.

Namun meski demikian, hal ini tidak lantas berarti bahwa penderita telah sembuh. Karena setelah kurang lebih satu tahun dalam fase normal, penderita bipolar akan kembali memasuki fase yang berbeda.

2. Fase Depresif

Biasanya fase ini dialami oleh penderita gangguan bipolar selama kurang lebih dua minggu.

Umunya fase depresif ini ditandai dengan beberapa hal berikut :

- Gelisah

- Merasa sangat sedih hingga putus asa

- Mudah lelah

- Merasa enggan untuk beraktivitas

- Nafsu makan berkurang

- Selalu pesimis dengan segala hal

- Selalu merasa bersalah dan menganggap diri tidak berharga

- Merasa sulit untuk berpikir dan berkonsentrasi

- Mengalami gangguan tidur atau insomnia

- Munculnya keinginan untuk bunuh diri

Meski fase-fase tersebut di atas memiliki masa cooling down atau penurunan, namun ternyata penderita bipolar juga bisa mengalami kedua fase tersebut secara bersamaan.

Sebagai contoh seperti yang tadi sempat dijelaskan, yaitu penderita dapat merasa sangat bersemangat, tetapi selang beberapa saat kemudian, dia akan merasa sangat sedih.

Kondisi tersebut dikenal dengan gejala campuran atau mixed state.

Sementara itu, penyebab terjadinya gangguan bipolar ini belum dapat dijelaskan secara pasti.

Namun diduga, kondisi ini terjadi karena adanya faktor genetik, atau faktor lingkungan sekitar dan juga gaya hidup.

Beberapa metode pengobatan dapat dilakukan untuk mengurangi munculnya frekuensi gejala bipolar.

Hal tersebut dapat berupa pemberian obat-obatan dan melakukan psikoterapi secara rutin.

Tujuan utama dari pengobatan ini tentu saja adalah membantu penderita agar dapat beraktivitas lagi seperti biasanya, menurunkan resiko terjadinya gangguan kesehatan lain dan juga tentunya menghilangkan perasaan ingin bunuh diri.

Meskipun begitu, hingga saat ini, belum ada metode tepat yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan bipolar ini.

Seringnya penderita bipolar dianjurkan untuk mengkonsumsi obat-obatan tertentu sesuai resep dokter atau menjalani psikoterapi agar gejala kambuhnya berkurang.***

Editor: Sutrisno Tola

Sumber: Berbagi Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x