Cerita Kamaruddin Simanjuntak, Pernah menjadi PKL dan Tinggal Dibawah Jembatan

- 20 September 2022, 19:37 WIB
Cerita Kamaruddin Simanjuntak, Pernah menjadi PKL dan Tinggal Dibawah Jembatan
Cerita Kamaruddin Simanjuntak, Pernah menjadi PKL dan Tinggal Dibawah Jembatan /edit Pikiran Rakyat/

TERAS GORONTALO - Kamaruddin Simanjuntak menjadi perhatian publik karena keberaniannya mengungkap kasus pembunuhan yang melibatkan perwira Polisi.

Bahkan Kamaruddin Simanjuntak berani bersuara lantang kepada pemerintah Indonesia yang awalnya ia nilai hanya membiarkan kasus tersebut.

Sejak saat itu, sosok Kamaruddin Simanjuntak yang berprofesi sebagai pengacara, banyak mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia bahkan masyarakat luar.

Namun siapa sangka, dibalik keberanian dan ketenarannya itu, Kamaruddin Simanjuntak dahulu adalah pekerja keras, bahkan pernah tinggal dibawah jembatan.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap Senjata Pamungkas Milik Ferdy Sambo, Kapolri Diminta Waspada

Hal itu terungkap dalam ceritanya yang dilansir dari YouTube Irma Hutabarat.

Kamaruddin Simanjuntak menceritakan masa kecilnya yang dihabiskan bekerja diperkebunan keluarga di Siborong-borong untuk membantu orang tua.

"Masa kecil saya bahagia karena saya pemberani. Jadi pemberani dari saudara-saudara saya. Jadi karena kebun kami luas, maka saya ditugaskan untuk menjaga kebun karena dinilai pemberani," kata Kamaruddin.

Namun karena hasil dari perkebunan belum bisa meningkatkan perekonomian keluarga, sehingga ia memutuskan merantau ke Jakarta.

"Saya lulus tahun 1992 itu belum ada listrik, saya merantau ke Jakarta, setelah dijakarta lah 3 sampai 4 tahun kemudian baru ada listrik masuk desa saya. Masih jaman pemerintahan pak harto," ungkapnya.

Di Jakarta kata Kamaruddin, ia mencari nafkah dengan berdagang kaki lima.

"Saya ikut berdagang kaki lima di jembatan Klender. Disitulah saya seperti gembel, tidak punya rumah, tidak punya apa-apa," ucapnya.

Baca Juga: Terungkap, Hal Ini Dilakukan Ferdy Sambo Setelah Menghabisi Nyawa Brigadir J

Kamaruddin juga mengatakan bahwa ia sempat tinggal di kolong jembatan tempatnya juga berjualan.

"Jadi siang malam tinggal di kolong jembatan itu," katanya.

Tetapi untuk menghibur diri lanjut Kamaruddin, ia selalu mengatakan bahwa kita ini orang hebat sebab rumah kita siang malam dilewati kendaraan di atapnya.

"Selama tiga bulan tinggal di kolong jembatan Klender. Setelah berdagang kaki lima, satu ketika karena razia, jualan dompet hingga sabun saya dibakar oleh petugas," tambahnya.

Namun, Kamaruddin tidak pernah memberitahukan hal itu kepada orang tua bahwa ia tinggal di kolong jembatan.

"Jadi mereka tidak pernah tau penderitaan saya. Karena saya mengirimi uang terus kepada Ibu. Jadi tiap dapat kelebihan, kirim uang lewat pos wesel. Yang menerima adik-adik saya ada empat orang perempuan semua, agar mereka juga bisa bersekolah," tuturnya.

Baca Juga: One Piece: Munculnya Musuh Sejati Luffy, Sama-sama Ingin Jadi Raja Bajak Laut

Setelah itu kata Kamaruddin, ia mencoba melamar pekerjaan karena dagangannya sudah di razia.

"Melamar pekerjaan saya hanya sekali, tapi fol up nya yang berkali-kali. Itu tahun 1992, 1993," ucapnya.

Hingga kata Kamaruddin, dirinya bekerja disebuah Restoran sebagai tukang cuci piring.

"Manager saya lihat saya menangis sambil cuci piring. Kemudian manager saya memangil saya, lalu karna sesama orang batak kemudian dia naikkan level pekerjaan saya menjadi customer serfis setara kasir," ucapnya.

Kamaruddin juga mengungkapkan bahwa ia berpindah- pindah pekerjaan sampai 27 perusahaan, sambil menyekolahkan adik-adiknya sampai mereka sarjana.

Baca Juga: Nikita Mirzani Ancam Ungkap Identitas Hacker Bjorka, Bjorka: Saya Tidak Punya Waktu Meladeni Anda

"Seterusnya membangun rumah untuk ibu di kampung. Itu tahun 1996, 1997," jelasnya.

Namun kata Kamaruddin, di tahun 1998 dia mengalami kebangkrutan disebabkan tragedi Mei 98

"Saya bangkrut karena tragedi pembakaran tahun 1998, hingga saya mengalami kebutaan akibat marah berlebihan terkait tragedi itu," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, dia marah kepada Tuhan, kepada pemerintah, kepada mahasiswa, serta marah kepada semuanya kenapa itu dibakar.

"Dagangan saya semuanya dibakar. Karena saya marah kepada semua sehingga badan saya panas demam sehingga menyebabkan mata saya buta," tuturnya.

Sampai satu ketika ungkap Kamaruddin, ia diajak ibadah lalu didoakan oleh pendeta.

"Saya berlari ke altar itu tumpang tangan dan bisa melihat lagi. Padahal dia buta tidak lagi bisa membaca, disitulah saya melihat ternyata tuhan itu ada," ucap Kamaruddin.***

 

Editor: Abdul Imran Aslaw

Sumber: YouTube Irma Hutabarat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah