Usai Membawa Jenazah Brigadir J di IGD, Supir Ambulans Heran Dirinya Disuruh Menunggu Sampai Subuh

- 7 November 2022, 18:34 WIB
Usai Membawa Jenazah Brigadir J di IGD, Supir Ambulans Heran Dirinya Disuruh Menunggu Sampai Subuh
Usai Membawa Jenazah Brigadir J di IGD, Supir Ambulans Heran Dirinya Disuruh Menunggu Sampai Subuh /Tangkapan layar PMJ News/Edited Teras Gorontalo/

TERAS GORONTALO - Seorang supir ambulans yang membawa jenazah Brigadir J turut memberikn kesaksian di PN Jakarta Selatan, 7 November 2022.

Supir ambulans tersebut yakni, Ahmad Syahrul Ramadhan dihadirkan sebagai saksi dalam sidang lanjutan 3 terdakwa diantaranya Bharada E, Bripka RR dan Kuat Maruf.

Supir ambulans ini yang membawa jenazah Brigadir J dari rumah dinas Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga.

Diketahui awal kesaksiannya, supir ambulans ini menceritakan momen saat dirinya diminta untuk datang ke lokasi penjemputan. 

Baca Juga: Musuh Utama Garp di One Piece Ternyata Bukan Bajak Laut, Misi Berbahaya Kuzan Terungkap

"Pukul 19.08 WIB saya dikirimin share location lokasi penjemputan, lalu saya prepare untuk jemput di lokasi. Saya belum tahu saat itu lokasi maps. Lalu jam 19.13 WIB ada nomor tak dikenal WA (WhatsApp) saya minta share lokasi, lalu jam 19.14 WIB saya kirim shareloc,” ujar Syahrul

Syahrul kemudian menceritakan saat kaca mobilnya diketuk orang tak dikenal dan diarahkan masuk ke Kompleks Polri Duren Tiga serta diminta untuk mematikan sirine dan protokol ambulans.

“Masuk komplek ada gapura, di situ ada anggota Provost, lalu saya disetop mau kemana dan tujuan apa. ‘permisi saya dapat arahan untuk jemput titik lokasi saya kasih unjuk lihat’. Katanya ‘ya sudah mas masuk aja lurus. Minta tolong sirine dan protokol ambulans dimatikan,” ucap Provost tersebut beber Syahrul. 

Selanjutnya kata Syahrul, sampai di titik penjemputan dirinya diarahkan parkir mobil ambulans di garasi.

"Mobil itu untuk masuk garasi, sesudah saya parkirkan di lokasi saya turun buka pintu belakang, dikarenakan disitu ada dua mobil, jadi tempat tidur ambulans enggak muat saya ambil tandu untuk evakuasi," ucapnya.

Baca Juga: Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ucapkan Permohonan Maaf Atas peristiwa Halloween di Itaewon

Syahrul kemudian mengaku langsung masuk ke dalam rumah sembari membawa tandu. Dia pun terkejut karena banyak orang di lokasi dan kamera. Syahrul berada di dekat kaca belakang kolam ikan rumah Ferdy Sambo berdiam disana dan berdiri menunggu arahan untuk melakukan evakuasi.

"Saya bilang yang sakit yang mana pak, katanya ikutin aja. Saya ikuti police line lalu saya terkejut di samping tangga ada jenazah," tuturnya.

Syahrul menceritakan kondisi jenazah masih tergeletak berlumuran darah. 

Dia kemudian diminta untuk mengecek nadi Brigadir J dan dipastikan sudah meninggal dunia.

Hakim pun menanyakan kepada Syahrul bagaimana kondisi jenazah saat dia hendak melakukan evakuasi. 

Menurut Syahrul jasad Brigadir J saat itu dalam posisi terlentang mengenakan baju dan masker.

"Iya yang mulia wajahnya ditutupi masker yang mulia (warna) hitam," kata Syahrul

Syahrul kemudian diminta untuk melakukan evakuasi jenazah menggunakan kantung jenazah bertuliskan Korlantas Polri. 

Saat proses evakuasi jenazah Brigadir J itu dia dibantu oleh tiga sampai empat orang.

"Kalo tidak salah 3 atau 4 orang lalu dimasukan itu jenazah, karena kakinya terlalu panjang gak muat di kantong jenazah saya lipat dikit baru masuk, saya resleting. Saya tarik dikit lalu saya ambil tandu. Saya bawa langsung saya masukin satu persatu. Lalu dibantu diangkat untuk ke mobil," beber Syahrul di depan Hakim.

Syahrul kemudian berencana menyalakan lampu sirine ambulans namun dilarang, diminta menunggu arahan dan akan dikawal.

"Lalu saya jalan, disitu ada mobil Provost Pajero saya di belakangnya. Lalu ada anggota Provost turun nanya kamu sama siapa, saya sendiri. Akhirnya saya ditemani di dalam mobil dan saya jalan," ucap Syahrul.

Tiba di RS Polri Keramat Jati, jenazah tidak langsung dibawa ke kamar jenazah melainkan ke IGD. Dia pun sempat menanyakan hal tersebut.

"Saya tanya pak izin kenapa dibawa ke IGD dulu, katanya saya juga tidak tahu mas. Saya ikut arahan," tuturnya.

Setibanya di IGD kata Syahrul posisi sudah ramai. 

Syahrul juga mengakui bahwa dirinya sempat menginap di RS Polri semalaman saat mengantar jenazah dari lokasi kejadian. 

Syahrul juga merasa heran lantaran saat tiba di RS tidak langsung ke kamar jenazah, tapi ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) terlebih dahulu.

“Pertama sampai itu gak langsung masuk forensik, Yang Mulia, ke kamar jenazah. Tidak (ke kamar jenazah, tapi) ke IGD. Dan saya bertanya sama yang temani saya ‘Pak, izin kok ke IGD dulu? Biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, ke forensik.’ Dia bilang ‘wah saya gak tahu mas. Saya ikutin perintah aja, saya nggak ngerti’,” ujar Syahrul.

Syahrul kemudian mendatangi IGD RS Polri dan bertemu dengan petugasnya yang menanyakan berapa jumlah korbannya dan diminta untuk membawanya ke kamar jenazah.

Setelah tugasnya selesai, Syahrul kemudian berpamitan dengan petugas polisi yang bersamanya. 

Namun ia pun diminta untuk menunggu terlebih dahulu hingga menjelang Subuh.

“Saya bilang saya izin pamit sama anggota di RS. Terus bapak-bapak tersebut katanya ‘sebentar dulu ya mas tunggu dulu’. Saya tunggu tempat masjid di samping tembok sampai jam mau Subuh, Yang Mulia,” ucapnya.

“Mau subuh saudara nunggu?” tanya Hakim.

“Iya Yang Mulia. Pas saya mau ke depan, ‘sudah mas di sini aja’. Terus saya bilang ‘pak izin saya haus’. Sembari menunggu saya dibelikan air dan sate,” jawab Syahrul.

“Kenapa saudara disuruh nunggu sampai subuh?” tanya hakim lagi.

“Enggak tahu,” jawab Syahrul. ***

 

Editor: Viko Karinda

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah