Janggal, Sopir Ambulans Tidak Dimunculkan Saat Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J

- 10 November 2022, 11:52 WIB
Janggal, Sopir Ambulans Tidak Dimunculkan Saat Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J
Janggal, Sopir Ambulans Tidak Dimunculkan Saat Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J /ANTARA/

TERAS GORONTALO- Sidang lanjutan pembunhhan Brigadir J terus menuai perhatjan publik.

Terbaru yang membuat tercengang adalah kesaksian sopir ambulans yang mengangkut jenazah Brigadir J usai kejadian pembunuhan.

Ahmad Syahrul Ramadhan, sopir ambulans yang membawa jenazah Brigadir J ke RS Polri Kramat Jati menjadi saksi dalam persidangan kasus pembunuhan ajudan Ferdy Sambo tersebut.

Baca Juga: 6 Kesaksian Susi Ini, Bikin Hakim Naik Pitam, Pantas ART Ferdy Sambo Disebut Mirip Orang Sakit Gigi

Dalam keterangannya, Syahrul melihat ada bolongan di dada kiri Brigadir J. Ia menyimpulkan, bolongan tersebut karena luka tembak. Selain itu, ia melihat masker warna hitam tiga layer yang dipakaikan pada jasad Brigadir J.

Eks Kabais TNI Soleman B Ponto mengatakan, seharusnya saat rekonstruksi disertakan juga adegan sopir ambulans.

“Tapi sebenarnya itu di rekonstruksi dulu harusnya sudah muncul. Tapi waktu rekonstruksi kan si ambulans nggak ada ini. Si ambulans baru muncul kemarin, 'oh ada ambulans ini menarik juga ceritanya dia', jadi terang kan. Dari situ, banyak yang bisa terlihat,” kata Soleman B Ponto dilansir dari Pikiran Rakyat.

Soleman B Ponto Merasakan Kejanggalan pada Keterangan Ajudan Ferdy Sambo saat Menjadi Saksi

Dalam kasus ini, Soleman B Ponto menyatakan pembunuhan berencana nampak jelas karena tersangka Ferdy Sambo sudah memakai sarung tangan, membawa pistol, dan ada perundingan soal pihak yang menembak.

Ponto berujar, orang dengan pangkat Bharada tidak boleh berpikir dan harus langsung menjalankan perintah.

Baca Juga: Terungkap Alasan Adzan Romer Keluar dari Garis Skenario Ferdy Sambo di Kasus Brigadir J

“Jadi, pertanyaan itu adalah perintah bagi dia. Mau nggak kau menembak, itu perintah sama dengan ‘kau tembak itu’ bagi dia. Makanya jawabannya saya tidak mampu menolak perintah jenderal,” ucap Ponto pada kanal YouTube Irma Hutabarat – Horas Inang.

Ponto menjelaskan, Ricky Rizal berani menolak karena sudah berpangkat Brigadir atau Sersan. Pangkat Brigadir sudah mulai berpikir lantaran punya anak buah.

Beda halnya dengan Bharada yang merupakan pangkat terendah dan pertanyaan itu sama artinya dengan perintah. Kemudian, Ponto membahas AKP Rifaizal Samual yang ditegur oleh Ferdy Sambo saat cecar Bharada E.

“Siapa yang nembak? Saya bang. Langsung dia (Ferdy Sambo) bilang, jangan keras-keras. Kan dipanggil, dek Akpol tahun berapa? Jangan keras-keras, ini kan perlindungan kepada Bharada E,” tuturnya menirukan kesaksian Rifaizal Samual di persidangan.

Saat itu, diketahui Ferdy Sambo bicara kepada Rifaizal bahwa Bharada E sudah membela keluarganya. Hal itu membuat Rifaizal bingung padahal ia ingin memperlihatkan kapabilitasnya sebagai serse untuk membongkar sosok yang menembak.

Ponto menilai wajar jika Rifaizal tegas mengingat yang ditembak adalah ajudan jenderal yang meninggal di rumah atasannya.

“Ya memang harus begitu. Tapi itu dia langsung seribu tanda tanya, kenapa. Harusnya dari situ sudah banyak yang bisa digali. Tapi kan berhenti sampai situ,” ujarnya.***

Editor: Viko Karinda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah