Inneke bukannya takut malah takut, ketawa dia kencang sekali. Tapi, suara tertawa ini bukan bahagia, melainkan tertawanya ini seperti orang depresi.
Jadi, Inneke itu tertawa sembari mengeluarkan air mata. "Kasihan kau Inneke, jangan seperti itu. Ketawa-ketawa juga ikut nangis," ujar baba.
Dan Inneke ini, semacam mencabut gunting yang ada di tubuhnya dan berjalan ke arah bia sama baba.
Bia pun panik, baba pun mulai mengumandangkan suara adzan. Karena, waktu baba melantunkan ayat Al Quran, Inneke juga fasih menirunya.
Suara adzan ini pun perlahan membuat suara ketawanya Inneke memudar.
Baba kencangkan suara adzan hingga, akhirnya dia merasa sudah tidak ada lagi bia di sampingnya.
Adzannya terputus pada saat baba mendengar bia kesakitan. Dengan cepat baba membawa bia ke rumah sakit.
Saat perjalanan ke rumah sakit, baba melihat bia sudah dalam kondisi pingsan.
Baba melihat rok kuning yang dipakai bia kondisinya sudah diselimuti darah.
Sesampainya di rumah sakit, bia ditangani oleh dokter, di sinilah baba mendapatkan kabar duka.