Rasakan Sensasi Wisata Mistis di Desa Trunyan di Bali, Mayat Dibiarkan di Atas Tanah

- 1 Desember 2023, 21:00 WIB
Rasakan Wasata Mistis di Desa Trunyan di Bali, Mayat Dibiarkan di Atas Tanah
Rasakan Wasata Mistis di Desa Trunyan di Bali, Mayat Dibiarkan di Atas Tanah /Tangkap layar/indonesia.go.id

TERAS GORONTALO -- Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, yang tradisi pemakaman di desa itu berbeda dengan proses pemakaman lainnya.

Pemakaman di Desa Trunyan, mayat dibiarkan di atas tanah, namun tidak mengeluarkan bau busuk pada mayat itu.

Bahkan, tradisi di Desa Trunyan tersebut mampu memikat para wisatawan untuk melihat keunikan mayat dibiarkan di atas tanah.

Dilansir TerasGorontalo.com dari kanal YouTube Pen History berjudul Legenda Desa Trunyan Bali- Cerita Gambar - Cerita Bergambar, mengulas tentang sejarah Desa Trunyan terbentuk.

Lantas seperti apa sejarah di desa tersebut, berikut ulasannya :

Desa Trunyan Lahir dari Pengembara Empat Putera Raja Surakarta

Asal mula Desa Trunyan dan dua desa lainnya, yakni Desa Kedisan dan Desa Panggung, berkaitan dengan pengembaraan empat orang Putera Raja Surakarta ke Pulau Bali.

Kisahnya dalam cerita legenda asal mula Desa Trunyan, Raja Solo yang bertahta di Kerajaan Surakarta, mempunyai empat orang anak, laki-laki dan seorang anak perempuan yang paling bungsu.

Pada suatu hari tiba-tiba mereka mencium bau harum yang sangat menyengat, dan pangeran sulung yang mencium bau tersebut langsung mencari sumber dari bau harum itu.

Dirinya mengajak ketiga bersaudara mencari sumber bau harum yang menyengat tersebut.

Setelah menyiapkan keperluan dan mendapat izin dari sang ayah mereka pun mengadakan perjalanan menuju kearah arah Timur.

Semakin jauh mereka ke Timur, bau harum kian menyengat. Setelah berbulan-bulan berjalan dengan menyusuri hutan lebat, menyeberangi sungai dan Selat Bali akhirnya mereka tiba juga di Pulau Bali.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga ke perbatasan Pulau Bali di sebelah timur yaitu perbatasan antara Desa Kilo Karangasem dan Desa Tepi yang terletak di kaki Gunung Batur.

Singkat cerita ketiga pangeran melanjutkan peralanan ke Danau Batur yang curam di sebelah Timur.

Setelah tiba di sebuah dataran rendah mendapati seorang dewi yang cantik jelita sedang duduk sendirian di bawah pohon Taru Menyan.

Pangeran sulung rupanya amat terpesona pada kecantikan sang dewi dan berniat untuk melamarnya.

Ketika pangeran medekat bau harum semakin menyengat, dan rupanya bau harum tersebut berasal dari Pohon Taru Menyan.

Rupanya pohon inilah sumber bau harum itu, pangeran sulung pun semakin mantap untuk melamar sang dewi.

Kemudian pangeran memberanikan diri untuk menyampaikan lamaran itu ke kakak sang dewi.

Tak ayal, lamaran itu diterima oleh sang kakak, dengan satu syarat harus menjadi pemimpin di desa tersebut, dan pangeran sulung menyetujuinya.

Akhirnya pesta perkawinan Pangeran sulung dan sang dewi dilangsungkan dengan meriah, setelah itu pangeran sulung dinobatkan sebagai pemimpin desa yang dikenal dengan nama Desa Trunyan.

Nama desa itu diambil dari nama pohon Taru Menyan, Taru berarti pohon dan menyan berarti harum. ***

 

Editor: Budyanto Hamjah

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah