Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 6

- 24 Juni 2022, 18:21 WIB
Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 6
Cerbung (Cerita Bersambung) - Toxic Relationship Part 6 /

(“Sekarang ini waktuku. Aku bisa memanfaatkan kepergian bang Adit untuk bicara dengan tante Diana. Aku harus bisa meminta tolong dia untuk mengeluarkanku dari sini. Hanya dia satu-satunya kesempatanku supaya bisa selamat.”)

“Nah, Kinara, sampai di mana kita tadi?” suara tante Diana kembali terdengar, setelah mobil bang Adit meninggalkan gerbang rumah.

Aku beringsut mendekat kepadanya, berharap bisa mendapatkan sedikit kekuatan sebelum melanjutkan pembicaraan kami.

Aku melihat ke dalam tatapan matanya. Ada ketulusan di mata itu. Ketulusan yang sama, seperti sebelumnya, ketika aku menceritakan tentang sikap anaknya kepadaku.

Tanpa kusadari, cerita itu akhirnya mengalir dari mulutku. Kisah cinta yang baru 2 tahun kujalani bersama anaknya, tapi serasa berabad-abad lamanya. Kisah yang justru lebih banyak dipenuhi dengan derai airmata, bahkan meninggalkan luka yang sulit untuk disembuhkan.

“Sudah sejak lama tante minta kamu untuk tinggalin Adit, kan. Bukan karena tante tidak merestui hubungan kalian, tapi lebih kepada keselamatanmu sendiri. Tante paham betul gimana Adit. Sejak kejadian ditinggal pergi sama wanita yang baru dia nikahi dalam kurun waktu 24 jam itu, Adit jadi berubah. Dia jadi sulit untuk percaya sama yang namanya wanita. Apalagi wanita itu kabur bersama mantan pacarnya sendiri. Dia jadi sering menyakiti diri sendiri, bahkan sering melakukan percobaan bunuh diri. Tante aja sampai gak bisa kerja karena harus jagain dia.”

Aku hanya bisa terdiam mendengarkan penuturan tante Diana. Untuk kesekian kalinya aku kembali mendengarkan perihal masa lalu bang Adit ini.

Aku tau, kejadian itu merupakan trauma besar baginya. Itu yang membentuk bang Adit menjadi sosok seperti sekarang ini.

Lembut diluar, tapi beringas ketika dia mulai curiga terhadap sesuatu. Sangat menyayangi pasangannya, tapi posesif dan tanpa dia sadari, justru itulah yang menjadi senjata pembunuh jiwaku selama ini.

Aku juga tau, pengobatan yang dilakukan terhadapnya belum 100% berhasil. Tak jarang aku sering ikut menemani dia saat harus datang dalam sesi terapinya.

Halaman:

Editor: Gian Limbanadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah