Namun, saat Widya mencoba pergi, tangannya sudah dicengkeram sangat kuat.
"Kerasan nak nang kene (betah tinggal di sini)?"
Widya tidak menjawab sepatah katapun, suaranya mengingatkannya pada neneknya sendiri, benar-benar melengking.
"Yo opo cah ayu, wes ngertos badarawuhi (gimana anak cantik, sudah kenal sama penunggu di sini)?"
Widya mulai menangis.
"Lo, lo, lo, cah ayu ra oleh nangis, gak apik (anak cantik gak boleh menangis)."
Matanya masih melotot, pergelangan tangan Widya dicengkram dengan kuku jari Nur.
"Cah lanang sing ngganteng iku ae wes kenal loh kale Badarawuhi (anak ganteng itu saja sudah kenal sama dia)."
"Nur," ucap Widya sembari tidak bisa menahan takutnya lagi, suasana di ruangan itu benar-benar baru kali ini bisa membuat Widya setakut ini.
"Iling Nur, iling (sadar Nur, sadar)!"