Sri Lanka Memanas: Rumah Perdana Menteri Dibakar, Begini Tingkah Pengunjuk Rasa Saat Duduki Rumah Presiden

- 10 Juli 2022, 11:28 WIB
Pengunjuk rasa menduduki rumah Presiden Sri Lanka
Pengunjuk rasa menduduki rumah Presiden Sri Lanka /Tangkapan Layar/Twitter

TERAS GORONTALO – Sri Lanka tengah memanas, ribuan demonstran turun ke jalan, Gotabaya Rajapaksa yang terkepung mengatakan dia akan mundur.

Rumah dan kantor Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, telah diserbu oleh pengunjuk rasa.

Tak hanya itu, para pengunjuk rasa bahkan membakar rumah Perdana Menteri.

Juru bicara parlemen, Mahinda Yapa menyampaikan bahwa Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa setuju untuk mengundurkan diri dari kekuasaan pada 13 Juli 2022.

Kakacauan ini merupakan momen bersejarah bagi para pengunjuk rasa yang dimana mereka telah menang dalam tuntutan demo yang mereka serukan. Negara itu terus berjuang melalui krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan.

Perdana Menteri Ealier, Ranil Wickremesinghe, telah mengatakan pada pertemuan para pemimpin partai bahwa dia juga akan mengundurkan diri segera setelah pemerintahan semua partai yang baru dibentuk.

pengunjuk rasa menerobos penghalang polisi dan menyerbu ke kediaman resmi Presiden Sri Lanka sambil menyerukan untuk mundur.

Tak hanya berdiri di halaman rumah, pengunjuk rasa membanjiri kamar tidur dan dapur Presiden Sri Lanka.

Setelah membanjiri rumah Presiden Sri Lanka, pengunjuk rasa juga mengobrak-abrik barang-barang milik Presiden.

Banyak pengunjuk rasa yang mengambil keuntungan penuh dari fasilitas mewah Presiden yang telah ditolak untuk mereka dalam beberapa pekan terakhir karena kekurangan makanan dan bahan bakar yang merajalela.

Para pengunjuk rasa terlihat memasak kari di dapur, berbaring di tempat tidur dan sofa, mengangkat beban dan jogging di gym pribadinya Presiden Sri Lanka.

Mereka bahkan menikmati fasilitas lain yang ada di kediaman Presiden Sri Lanka seperti ramai-ramai berenang di kolam renang pribadinya.

Saat pengunjuk rasa Menduduki kediaman Presiden Sri Lanka, ia tidak di rumah karena sudah melarikan diri malam sebelumnya di bawah perlindungan militer.

Hingga peristiwa kekacauan di Sri Lanka berlangsung, Presiden tetap bersembunyi.

Para pengunjuk rasa yang datang menduduki rumah Presiden Sri Lanka bahkan ada yang rela berjam-jam mengayun sepeda hanya untuk datang menduduki rumah Presiden.

Mereka mengaku ingin melihat bagaimana kehidupan Presiden Sri Lanka yang telah memakan uang rakyat dan hidup mewah.

Banyak para pengunjuk rasa itu menduduki kediaman Presiden Sri Lanka karena sudah berhari-hari tidak memiliki makanan dan memiliki anak.

Sebagian besar kemarahan dan kesalahan atas krisis ekonomi Sri Lanka telah diarahkan pada Presiden dan keluarga Rajapaksa, yang merupakan dinasti politik paling kuat di Sri Lanka dan memegang posisi Presiden, Perdana Menteri, menteri keuangan dan beberapa jabatan kabinet senior lainnya di negara itu.

Gotabaya Rajapaksa, yang mendorong agenda ultranasionalis yang ganas, dituduh melakukan korupsi, salah mengelola ekonomi dan mendorong negara itu menuju kebangkrutan.

Sejak Maret, telah terjadi protes luas yang menyerukan agar Gotabaya Rajapaksa, khususnya presiden, disingkirkan dari kekuasaan dan dimintai pertanggungjawaban atas keadaan ekonomi yang mengerikan yang sekarang dihadapi oleh 22 juta orang di negara itu.

Gotabaya Rajapaksa, seorang mantan anggota militer yang dituduh melakukan kejahatan perang ketika dia menjadi menteri pertahanan, telah menolak untuk mundur selama berbulan-bulan.

Pengunduran dirinya beberapa hari kedepan akan menandai berakhirnya penahanan dua dekade yang dimiliki keluarga Rajapaksa atas politik Sri Lanka.

Pada Sabtu malam, suasana di jalan-jalan Kolombo berubah tegang ketika para pengunjuk rasa melanggar penghalang keamanan dan membakar rumah Wickremesinghe, yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara setelah Mahinda Rajapaksa, kakak laki-laki presiden dan mantan presiden, dipaksa mundur.

Pada bulan Mei, dia juga telah menghadapi seruan untuk mengundurkan diri atas tuduhan bahwa dia menopang Gotabaya Rajapaksa.

Serangan pembakaran itu menyusul kebuntuan selama berjam-jam antara pengunjuk rasa dan Polisi di luar rumah Wickremesigne, dengan polisi menembakkan beberapa putaran gas air mata ke kerumunan.

Beberapa wartawan dipukuli dengan kejam oleh Polisi dan dibawa ke rumah sakit, memicu pernyataan dari Amnesty International Asia Selatan yang mengutuk “serangan mengejutkan”, yang “sangat memprihatinkan dan secara terang-terangan melanggar kebebasan pers”.

Meskipun kekurangan bahan bakar, puluhan ribu orang melakukan perjalanan ke pusat Kolombo pada Sabtu pagi, banyak truk dan bus yang menyita, untuk menghadiri apa yang menjadi protes terbesar terhadap presiden. Saat kerumunan membengkak dan mendorong penghalang, Polisi mulai menembakkan gas air mata.

Tetapi mereka gagal menahan para pengunjuk rasa yang marah, yang bergerak menuju rumah Presiden, pertama-tama mendobrak penghalang Polisi, dan kemudian menyerbu ke dalam properti megah, banyak yang membawa bendera Sri Lanka dan meneriakkan slogan-slogan.

Sri Lanka memanas, rumah Perdana Menteri dibakar, begitulah tingkah pengunjuk rasa saat menduduki rumah Presiden, pengunjuk rasa mengobrak abrik rumah Presiden mulai dari kamar hingga dapur, bahkan ada yang sempat memasak beberapa makanan di dapur Presiden, sementara pengunjuk rasa yang lain asik menikmati kolam renang tang berada di rumah mewah itu.***

Editor: Sutrisno Tola

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah