Teks Khutbah Idul Fitri 2022, Lengkap dan Menyentuh Hati: Intropeksi Diri di Hari Yang Fitri

30 April 2022, 12:00 WIB
Teks Khutbah Idul Fitri 2022, Lengkap dan Menyentuh Hati: Intropeksi Diri di Hari Yang Fitri /terasgorontalo.com/

TERAS GORONTALO - Berikut teks khutbah singkat Idul Fitri 2022 1443 H terbaru dengan materi intropeksi diri di dari yang fitri.

Bulan Ramadhan sudah memasuki hari hari terakhir dan semua umat muslim akan menyambut Idul Fitri 2022 atau 1 syawal 1443 H tepat pada tanggal Senin 2 Mei 2022.

Namun, berberapa hal yang tetap harus dijaga yakni pesan pesan untuk intropeksi di hari yang Fitri.

Berikut ini teks khutbah Idul Fitri yang menyentuh hati untuk di pakai atau digunakan dilansir Teras Gorontalo dari Khutbahsingkat.com

(أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ). (أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ). (أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ. أَللَّهُ أَكْبَرُ).اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، نِبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا، وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْجَزَا


أَمَّا بَعْدُ. فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar (3x) wa liLlahi al-hamd

Hadirin Masyiral Muslimin Rahimakumullah..

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah penguasa alam semesta. Dia-lah Yang Maha gagah-Perkasa. Dia-lah Yang Maha Kuasa. Kekuasaan-Nya tak tertandingi oleh siapa pun jua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah terlimpah pada junjungan kita, Rasulullah Muhammad al-Mushthofa. manusia paling mulia, yang membawa rahmat bagi semua.

Allahu Akbar (3x) wa liLlahi al-hamd

Bersyukur Allah pertemukan kita dengan bulan paling mulia. Mungkin ada sahabat, sanak-saudara dan tetangga yang tak sempat menemuinya. Setiap hari kita merasa gembira, saat berbuka. Bukan semata karena telah diperbolehkan makan dan minum setelah menahannya.

Namun lebih dari itu kita bergembira karena telah dimampukan menjalankan perintah-Nya. Puncak kegembiraan itu kita bisa rasa hari ini. Juga bukan semata sejak hari ini kita bebas makan dan minum. Kegembiraan hakiki karena Allah telah mampukan kita melaksanakan shiyam di siang harinya dan qiyam di malam harinya.

Allahu Akbar (3x) wa liLlahi al-hamd

Di hari kemenangan ini kita patut merenung. Apakah Allah menerima amal ibadah kita? Para ulama sangat takut jika amal mereka di bulan Ramadhan tidak diterima. Karenanya selama enam bulan pasca Ramadhan mereka senantiasa berdoa “Rabbana taqabbal minna sholatana wa shiyamana wa qiyamana wa ruku’ana wa sujudana wa takhasysyu’ana wa tadharru’ana wa ta’abbudana wa tammim taqshirana Yaa Allah Yaa arhamarrahimin”.

Imam Ibnu Rajab al Hanbali dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif menyampaikan ciri diterimanya amal ibadah Ramadhan. Yaitu ketaatan di bulan Ramadhan berbuah ketaatan di 11 bulan selanjutnya. Sebaliknya, ciri ditolaknya amal ibadah kita adalah jika Ramadhan tak mengubah hidup kita menjadi lebih baik, lebih taat, lebih takwa.

مَن عمِلَ طاعةً من الطاعات و فرغَ منها فعلامةُ قبولِها أنْ يَصِلَها بطاعةٍ أخرىو علامةُ رَدِّها أن يعقِبَ تلك الطاعةُ بمعصيةٍ

Siapa saja yang melakukan ketaatan dan ia telah menunaikannya, maka tanda diterimanya ketaatan tersebut adalah ia melanjutkannya dengan ketaatan yang lain. Sedangkan tanda ditolaknya ketaatan, ia akhiri ketaatan dengan kemaksiatan (Lathaiful Ma’arif hlm. 366)

Itulah sebabnya mengapa Imam ‘Ali menantu Nabi pernah menyatakan:

ليس العيدُ لمن لَبِسَ الجديدْ؛ إنما العيدُ لمن طاعاتُه تزيدْ # ليس العيدُ لمن تَجَمَّلَ باللباسِ والركوبِ# إنما العيدُ لمن غُفِرتْ له الذنوبُ. (لطائف المعارف 277)

Idul Fitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru, tapi hakikat Idul fitri adalah bagi orang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya, tapi hakikat Idul Fitri adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.

Karenanya Nabi juga menyatakan celaka bagi orang yang bertemu Ramadhan namun dosa-dosanya tak diampuni. Padahal Ramadhan adalah bulan pengampunan dosa. Ketika Nabi naik di atas mimbar, Malaikat Jibril datang menemui beliau. Lalu berkata:

وَمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ: آمِينَ

Siapa yang mendapati bulan Ramadhan, namun dosanya tidak diampuni maka Allah menjauh darinya. Lalu Jibril mengatakan: “Katakan aamiin”. Lalu Nabi berkata “aku katakan aamiin” (al-Mu’jam al Kabir li Imam ath-Thabarani)

Allahu Akbar (3x) wa liLlahi al-hamd

Hadirin Masyiral Muslimin Rahimakumullah..

Baca Juga: Khutbah Idul Fitri Menyentuh Hati: Menyambung dan Memperkuat Silaturahmi

Puasa adalah jalan menuju takwa. Ciri takwa adalah menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa hanya takut kepada Allah ta’ala. Seorang yang bertakwa tak gentar saat menyuarakan kebenaran. Ia tak takut dengan cacian, makian, buliyan orang yang mencela.

Orang yang bertakwa dalam hidupnya hanya menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Al Quran dibaca dan diamalkannya. Hadis Nabi pegang erat-erat bahkan digigitnya dengan gigi gerahamnya. Terlebih di zaman fitnah saat ini. zaman wis edan, yen ora edan ora keduman.

Orang bertakwa mempersiapkan diri dengan bekal terbaik untuk pertemuan dengan Rabb-Nya. Mempersiapkan bekal untuk perjalan panjang di alam barzakh dan alam akhirat. Alam yang berawal namun tanpa ada ujungnya. Bayangkan masa tunggu dari hari kiamat hingga hari berbangkit saja kita harus tunggu dalam waktu yang sangat lama. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Saw pernah bersabda:

مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ

Jeda antara dua tiupan sangkakala, empat puluh.

Abu Hurairah lalu bertanya:

أَرْبَعُونَ يَوْمًا (Empat puluh hari?)

Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan menjawab)

Abu Hurairah lalu bertanya lagi:

أَرْبَعُونَ شَهْرًا (Empat puluh bulan?)

Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan menjawab)

Abu Hurairah lalu bertanya untuk yang ketiga kalinya:

أَرْبَعُونَ سَنَةً (Empat puluh tahun?)

Nabi menjawab: أَبَيْتُ (Aku enggan menjawab). (HR. Bukhari no. 4554)

Hadirin Masyiral Muslimin Rahimakumullah..

Yang dimaksud dengan dua tiupan sangkakala adalah hari kiamat dan hari berbangkit. Jika yang dimaksud Nabi empat puluh adalah 40 hari, sementara satu hari di akhirat setara dengan 1000 tahun di dunia. Berarti masa tunggu dari kiamat hingga kita dibangkitkan 40.000 tahun. Bagaimana jika yang dimaksud Nabi 40 adalah 40 bulan atau 40 tahun?

Maa syaa Allah… Setelah dibangkitkan bagai biji yang tumbuh setelah disiram air hujan, kita dihalau ke padang mahsyar, menanti sidang padang mahsyar pun sangat lama, menunggu syafa’at ‘uzhma dari habibinal mushthofa. Belum lagi hari perhitungan, hari pembalasan, menyeberang siroth dan seterusnya. Bekal apa yang akan kita bawa untuk mengadap Allah ta’ala? Sementara kita lebih mengutamakan dunia dari pada kehidupan yang disana.

Sholat sering lewat, puasa hanya menahan lapar dahaga. Nafsu masih saja diumbar seperti biasa. Baca al Quran hanya jika ingat saja, bukan jadi kebiasaan kita. Jual-beli dan utang piutang kita tercampur riba. Jika demikian adanya, apa jawaban kita saat menghadap Allah ta’ala?.


Allahu Akbar (3x) wa liLlahi al-hamd

Hadirin Masyiral Muslimin Rahimakumullah..

Demikianlah.. Kita patut merenung dan mengubah hidup kita. setiap hari berupaya menjadi lebih baik. Karena hakikat hidup di dunia hanya mampir minum, untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya.

Semoga Allah terima semua amal ibadah kita. Menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa. Balasan orang bertakwa adalah ampunan dari AllahTa’ala dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Maka bersegeralah taat pada-Nya.

السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah meraih ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS. Ali ‘ Imran: 133).***

Editor: Agung H. Dondo

Sumber: KhutbahSingkat.com

Tags

Terkini

Terpopuler