Antara Pahala dan Dosa Influencer Media Sosial, Ustadz Felix Siauw: Pembawa Syiar Bukan Orang Closed Minded

12 Maret 2023, 07:47 WIB
Antara Pahala dan Dosa Influencer Media Sosial, Ustadz Felix Siauw: Pembawa Syiar Bukan Orang Closed Minded /Instagram @felixsiauw/

TERAS GORONTALO – Dewasa ini, siapa sih yang tidak tahu dengan istilah influencer.

Kata influencer belakangan ini erat kaitannya dengan media sosial, yang menjadi sarana baginya untuk memberikan pengaruh di masyarakat.

Secara sederhana, seorang influencer adalah mereka yang umumnya memiliki banyak pengikut (follower) di media sosial, serta memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh di masyarakat.

Umumnya pengaruh tersebut diberikan melalui beberapa platform media sosial, berupa YouTube, Instagram, TikTok, Twitter, dan lain sebagainya.

Mereka yang tergolong sebagai influencer itu biasanya adalah seorang selebriti, youtuber, atau publik figur yang dianggap penting dalam suatu komunitas tertentu.

Walaupun seorang Influencer biasanya digambarkan memiliki jutaan followers di media sosial, namun seseorang dengan ribuan pengikut pun dapat disebut sebagai Influencer, jika punya pengaruh yang besar kepada audience-nya.

Namun apakah umat Muslim tahu, bahwa menjadi seorang influencer juga ternyata tidak lepas dari pahala maupun dosa?

Umat Muslim tentunya sudah mengetahui apa itu dosa, dan apa yang dimaksud dengan pahala.

Secara umum, dosa dapat diartikan sebagai balasan Allah terhadap semua amal buruk yang telah dilakukan oleh manusia di muka Bumi ini.

Sedangkan pahala, adalah balasan kebaikan dari Allah, atas semua amal kebaikan yang telah dilakukan, sepanjang manusia itu hidup di dunia.

Pahala dan dosa tentu menjadi bagian dari rahasia Allah, dan sebagai hamba-Nya, sudah pasti kita tidak mengetahui apa dan bagaimana wujud serta seberapa besar amal baik atau perbuatan buruk yang telah dilakukan selama ini.

Adanya pahala dan dosa ini, membuat manusia menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu.

Ustadz Felix Siauw dalam kanal YouTube pribadi miliknya, menyebutkan bahwa seorang influencer juga dapat dikatakan sebagai seseorang yang membawa syiar.

Syiar itu sendiri adalah suatu proses penyampaian atau ajakan dan seruan kepada masyarakat, untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak pihak yang sempat menyebutkan bahwa jika berniat untuk melakukan dakwah, maka tidak perlu pamer lewat media sosial.

Padahal justru syiar itu jika tidak ‘pamer’, maka belum tentu dapat digolongkan sebagai sebuah syiar dakwah.

Karena tujuan syiar itu sendiri adalah untuk menyebarluaskan ajaran agama, agar orang lain mengikuti, atau meniru, atau menjadikannya sebagai contoh, berarti harus ‘dipamerkan’.

Maka yang menjadi indikasi dari syiar itu bukanlah kualitas, melainkan kuantitas.

Atau dengan kata lain dapat disebutkan jika indikasi syiar itu adalah ketika disebarkan luas dan diterima oleh lebih banyak manusia, serta memberikan pengaruh yang lebih banyak di kalangan masyarakat.

Sehingga dalam konteksnya sendiri, syiar itu terbagi menjadi dua, yaitu pahala syiar jariyah dan dosa syiar yang jariyah.

Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallah ‘Alaihi wa Sallam berikut:

مَن دَعَا إلى هُدى، كَان لَه مِنَ الأَجر مِثل أُجُور مَن تَبِعَه، لاَ يَنقُص ذلك مِن أُجُورِهِم شَيئًا، ومَنْ دَعَا إلى ضَلاَلَة، كان عَلَيه مِن الإِثْم مِثل آثَامِ مَن تَبِعَه، لاَ يَنقُصُ ذلك مِن آثَامِهِم شَيْئًا

“Siapa mengajak kepada petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia menanggung dosa sebesar dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”.

Ustadz Felix Siauw pun menyebutkan bahwa di zaman sekarang ini, banyak orang yang secara sadar ataupun tidak, melakukan sesuatu yang kemudian dijadikan contoh oleh khalayak ramai.

Sebagai contoh ketika seorang Influencer melakukan sesuatu kebaikan tanpa disadari, lalu kemudian dijadikan contoh, bahkan diikuti oleh banyak orang.

Sama halnya dengan perilaku atau tindakan buruk, yang dilakukan oleh seorang Influencer, yang ternyata tanpa dia sadari, justru dijadikan contoh dan ditiru oleh khalayak ramai.

Itu sebabnya setiap manusia harus lebih berhati-hati ketika mengomentari, atau menyukai, atau bahkan membuka sebuah unggahan yang ada di media sosial.

Intinya jangan sembarang mengambil tindakan, ketika berurusan dengan media online, karena algoritma media sosial, contohnya Instagram, justru akan membuat followers seseorang semakin bertambah. 

Ustadz Felix Siauw pun menjelaskan, bahwa bahayanya seorang Influencer juga dapat dengan sengaja melakukan sesuatu dengan tujuan untuk meraih banyak viuewers.

Tak hanya itu, sebagai Influencer, tak jarang juga mereka menyebarluaskan sesuatu entah itu baik atau buruk, hanya demi mendapatkan keuntungan. 

Jadi bisa saja Influencer itu diminta untuk menjadi endorse suatu produk, atau dibayar untuk melakukan sesuatu, atau mensyiarkan sesuatu, atau mengundang seseorang, atau memanfaatkan tayangan yang sedang viral, demi memperoleh AdSense.

Nah, tindakan tersebut yang dinilai Ustadz Felix Siauw sebagai sesuatu yang tidak akan luput dari hisab.

Karena pada dasarnya, apapun yang ada dalam diri seorang manusia itu, hanya akan bermuara pada dua hal, entah itu jadi pahala, ataupun dosa.

Meskipun demikian, Ustadz Felix Siauw ternyata sering mendoakan para Influencer yang memiliki followers banyak dan memiliki pengaruh sangat luas.

Dia berharap bahwa para Influencer yang memiliki pengaruh luas itu, minimal tidak memberikan efek buruk bagi agama Islam, ataupun kepada generasi muda.

Sehingga dalam setiap kesempatan, Ustadz Felix Siauw pun kemudian sering memberikan arahan ataupun masukan kepada mereka, para Influencer.

Tapi sayangnya, dia menyebutkan bahwa masih ada juga pelaku Influencer dengan followers banyak, yang justru dengan sengaja menjual konten-konten yang merusak.

Sebagai contoh konten-konten yang merendahkan perempuan, atau yang mengumbar seksual, atau hal-hal yang berbau kontroversi.

Ustadz Felix Siauw pun menyebutkan terkait pemikiran open minded yang kerap diidentikkan dengan kemaksiatan.

Sebagai contoh ketika seseorang tampil dalam keadaan telanjang di depan publik, ketika tindakannya tidak diterima oleh orang lain, kata open minded pun dibawa-bawa.

Sedangkan ketika ada yang mensyiarkan ajaran Islam, tentang syariah dan penerapannya, malah disebut sebagai orang yang closed minded. 

Kenapa tidak bisa sebaliknya?

Apakah syariah itu harus diterapkan?

Kenapa kalau pembicaraan tentang syariah justru tidak disebut sebagai tindakan open minded?

Banyak pihak yang kemudian menganggap syiar seorang Influencer yang berkaitan dengan syariah agama, justru disebut-sebut terbelakang, atau kadal gurun, atau tidak berbudaya, bahkan dikatakan ingin merusak sebuah budaya.

Kata-kata open minded, modernitas, kebebasan, hak asasi manusia, budaya, toleransi, dan segala macamnya itu justru dijadikan sebagai alat untuk memuluskan kepentingan diri sendiri.

Sedangkan orang yang berbeda pendapat, justru langsung mendapatkan cap radikal, atau ekstrimis, atau intoleran.

Padahal justru ke semua hal tersebut di atas itu yang membuat seorang manusia semakin jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’lala.

Inilah yang dinilai oleh Ustadz Felix Siauw sebagai suatu tindakan yang tidak cerdas.

Karena cerdas itu sendiri adalah memanfaatkan sesuatu dengan baik, setelah tahu apa tujuannya.

Menurut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, cerdas itu adalah ketika seorang manusia menetapkan tujuannya adalah akhirat.

Tapi jika tujuan seorang manusia hanyalahsesuatu yang bersifat duniawi, maka segala macam cara dilakukan untuk mencari ketenaran semata.

Inilah fakta yang terjadi di dunia zaman sekarang, karena memang terbukti sudah banyak umat Muslim, yang notabene juga seorang Influencer, menerapkan cara-cara seperti itu.

Wallahu a’lam bishawab.***

Editor: Viko Karinda

Tags

Terkini

Terpopuler