Allah Maha Baik, tapi Mengapa Neraka Harus Diciptakan? Simak Penjelasan Ustadz Felix Siauw Berikut Ini

13 Oktober 2023, 18:00 WIB
/

TERAS GORONTALO – Dalam Islam, neraka diartikan sebagai tempat ganjaran bagi manusia dengan timbangan amal buruk yang lebih berat dari amal baik.

Atau dengan kata lain, neraka menjadi tempat bagi hamba-hamba Allah yang tidak mengikuti apa yang diperintahkan atau menjauhi larangan-Nya.

Neraka adalah api yang menyala, yang siap menjalankan tugas dari Rabb-nya, yaitu membakar

Secara etimologi, kata neraka ini berasal dari bahasa Arab Al-Nar yang memiliki arti panas, tembakan, dan api.

Sedangkan secara istilah, neraka diartikan sebagai tempat mengerikan yang disediakan untuk orang-orang yang berbuat dosa dan kejahatan.

Ustadz Felix Siauw menjelaskan bahwa Allah itu sangat baik, dan salah satu kebaikan Allah adalah sifatnya yang Maha Adil.

Allah senantiasa memberikan segala sesuatu itu dengan porsinya, yang berarti, apa yang diterima oleh seseorang itu sesuai dengan apa yang telah dia lakukan.

Sebagai contoh, dalam pekerjaan, apakah dinilai adil jika seorang pemimpin menyamaratakan antara seluruh karyawannya?

Misalkan di perusahaan itu ada karyawan yang rajin, ada yang malas, ada yang kurangajar, dan ada yang punya adab, tapi semuanya justru disamakan.

Jika itu dilakukan, justru akan dinilai tidak adil.

Mengapa bisa?

Tentu saja ini akan menyebabkan mereka yang telah berusaha keras berpikir, untuk apa bekerja sepenuh hati jika ternyata nantinya mereka akan dinilai sama dengan yang malas.

Sama ada dengan mereka yang beradab, pasti akan menganggap bahwa tidak ada gunanya mempertahankan sopan santun, jika ujung-ujungnya disamakan dengan mereka yang kurang ajar.

Pemikiran ini tentu saja wajar, ketika seseorang merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak aka nada gunanya, jika ternyata nanti yang baik maupun buruk, akan mendapatkan reward (hadiah) atau punishment (hukuman) yang sama.

Jadi, menurut Ustadz Felix Siauw mengatakan bahwa reward dan punishment ini sudah menjadi sesuatu yang alamiah.

Oleh karena itu, ketika orang membahas soal adil, maka sebenarnya tidak ada yang adil selain Allah.

Masih ingatkah Anda dengan pembantaian terhadap 49 orang di Mesjid, yang pernah terjadi di New Zealand?

Sebanyak 49 orang tewas dalam insiden tersebut, dan pelakunya sendiri sudah tertangkap.

Kira-kira apa hukuman terberat yang dapat diberikan oleh hukum di dunia terhadap pelakunya?

Ya, hukuman mati.

Lantas kira-kira pelaku yang telah merenggut 49 nyawa manusia itu, bisa mati berapa kali? 

Pastinya sang pelaku hanya bisa mati sekali, sedangkan dalam kasus ini, ada 49 korban yang meminta pertanggung jawaban.

Coba dibayangkan, ada 49 keluarga korban, yang antri di pengadilan dan meminta keadilan dari pelaku ini, sedangkan dirinya hanya bisa merasakan kematian sekali saja.

Nah disinilah peran Allah terlihat, untuk memberikan keadilan yang seadil-adilnya kepada para keluarga korban.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Qur’an Surat An-Naba’ ayat 21-26 berikut ini :

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا ﴿٢١﴾

“Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,”

لِلطَّاغِينَ مَآبًا ﴿٢٢﴾

“lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,”

لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا ﴿٢٣﴾

“mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,”

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا ﴿٢٤﴾

“mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,”

إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا ﴿٢٥﴾

“selain air yang mendidih dan nanah,”

جَزَاءً وِفَاقًا ﴿٢٦﴾ 

“sebagai pambalasan yang setimpal.

Menurut Ustadz Felix Siauw, dijelaskan dalam ayat ini Allah telah mengatakan secara jelas bahwa neraka jahanam telah menanti dan menunggu orang-orang yang memaksiati Allah, karena akan langsung dilemparkan ke sana.

Dan ketika orang itu dilemparkan ke dalam Neraka Jahanam, maka dia tidak akan pernah bisa keluar.

Selama-lamanya akan berada di sana, bergenerasi-generasi dan tidak akan ada habisnya.

Mereka yang ada dalam neraka jahanam ini tidak akan merasakan dingin, bahkan tidak akan mendapatkan minum, kecuali dari air yang mendidih dan nanah.

Itu semua dianggap sebagai balasan yang pantas untuk mereka terima.

Mengapa demikian?

Ini sebagai bentuk pemberian keadilan bagi mereka, yang tidak didapatkan semasa orang yang mendapat hukuman tadi hidup di dunia.

Sehingga untuk mereka yang masih menginginkan keadilan ditegakkan, maka Allah menghantarkan keadilan itu di akhirat.

Dan ini merupakan salah satu bentuk reward dan punishment dari Allah, bagi umat-Nya.

Di sisi lain, Ustadz Felix Siauw menjelaskan bahwa Rasulullah sendiri sudah pernah menyampaikan dalam sebuah hadits, yang berbunyi :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang enggan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga).”

Oleh karena itu sebenarnya, pada awal manusia diciptakan, sudah dibisikkan bahwa tempat pulangnya mereka adalah Surga. 

Sehingga manusia pun disarankan untuk senantiasa berbuat baik, menjadi khalifatullah fil ardh (khalifah Allah di Bumi). 

Tak hanya itu, manusia juga diminta untuk memperbaiki hubungan dengan sesamanya dan jangan sampai merusak Bumi.

Karena pada dasarnya Bumi dan seluruh isinya adalah titipan Allah semata, sehingga jika pesan tadi dijalankan dengan baik oleh manusia, niscaya dia pasti akan kembali lagi ke kampung halamannya, yaitu surga.

Sayangnya ketika sudah berada di Bumi, banyak manusia yang kemudian lupa dengan tugas dan tanggung jawab mereka.

Dan karena lupa ini, banyak yang akhirnya melakukan apa yang sebenarnya telah dilarang oleh Allah, terjerumus ke dalam nikmat duniawi dan sepertinya tidak ingin lagi kembali ke tempat asalnya di surga.

Sehingga ketika nanti hari akhir tiba, dan manusia semuanya dikembalikan kepada Allah, maka mereka yang masih beriman kepada Allah niscaya akan masuk ke dalam Surga.

Lantas, bagaimana nasibnya dengan mereka yang tidak beriman kepada Allah?

Di sinilah peran neraka kemudian dibutuhkan, untuk menjadi tempat bagi orang-orang yang tidak lagi beriman kepada Allah.

Kenapa tidak di tempatkan di Surga jika memang ternyata itu adalah kampung halaman setiap manusia?

Disebutkan oleh Ustadz Felix Siauw, tentunya hal itu akan menjadi tidak adil bagi umat yang lain.

Surga diciptakan Allah sebagai bentuk kasih sayang kepada umat-Nya, karena Allah sebenarnya ingin membawa setiap makhluk ciptaan-Nya masuk ke sana.

Perkara yang mudah, karena memang sejak awal itu sudah menjadi rencana Allah untuk umat manusia, dan sebagai umat-Nya kita hanya diminta untuk taat dengan semua ketentuan yang diberikan.

Bahkan Rasulullah sendiri sudah pernah menyebutkan bahwa ada orang yang masuk Surga, hanya karena sebuah biji kurma, ada juga yang diizinkan masuk karena amalan-amalan kecil yang dia lakukan.

Lebih fantastisnya lagi, ada yang bisa masuk ke dalam Surga, hanya karena memberikan makanan kepada anjing.

Menurut Ustadz Felix Siauw, begitu mudahnya Allah memberikan jalan bagi kita untuk masuk ke Surga, tapi masih ada juga manusia yang tidak mau.

Masih ada juga orang yang enggan untuk masuk ke Surga yang dijanjikan Allah dan Rasulullah, dan memilih untuk melakukan kemaksiatan.

Inilah mengapa neraka kemudian diciptakan, karena akan menjadi tempat bagi mereka yang enggan untuk masuk ke Surga.

Ustadz Felix Siauw menegaskan bahwa defaultnya manusia itu bukanlah Neraka, melainkan Surga, hanya saja ada juga yang masih enggan.

Nah, mereka itulah yang kemudian akan ditempatkan di neraka oleh Allah.***

Editor: Viko Karinda

Tags

Terkini

Terpopuler