Kisah Zahid Sahabat Rasulullah yang Meninggal Sebelum Menikah dan Syahid di Medan Perang

- 17 Juli 2022, 17:43 WIB
Kisah Zahid Sahabat Rasulullah yang Meninggal Sebelum Menikah Karena Syahid di Medan Perang
Kisah Zahid Sahabat Rasulullah yang Meninggal Sebelum Menikah Karena Syahid di Medan Perang /Ilustrasi Pixabay/ha11ok/

TERAS GORONTALO - Ada satu Hadits Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang populer di kalangan umat muslim, terutama bagi mereka para penuntut ilmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian akan tetapi Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian." (Hadits Riwayat Muslim).

Hadits ini sejalan dengan salah satu Firman Allah Subhanahu wa taala dalam Alquran, yang artinya,

"Sesungguhnya orang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling Taqwa diantara kamu." (Q.S Al-Hujurat:13).

Ada satu kisah sahabat Nabi yang begitu menyentuh hati karena memilih berjihad bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, daripada kenikmatan dunia. Allah pun menjadikannya syahid dan menjadi rebutan para bidadari surga.

Namanya adalah Zahid radhiallahu 'anhu, dan beliau dipanggil oleh orang-orang dengan nama panggilan Julaibib. Orang-orang memanggilnya dengan nama Julaibib, karena ciri fisiknya yang kerdil dan pendek. Nama ini bukan ia sendiri yang menghendaki, bukan pula orangtuanya. Adapun Zahid sendiri hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya.

Demikian pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Zahid Radhiallahu'anhu. Bagi masyarakat Yatsrib (Madinah), tidak bernasab dan tidak bersuku merupakan aib yang besar.

Tampilan fisik dan keseharian Zahid yang lusuh menjadi alasan orang lain tidak mau dekat-dekat dengannya. Wajahnya terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir. Kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas.

Baca Juga: Kisah Ahli Ibadah Yang Jasadnya Hendak Dibakar Rasulullah, Ada Apa Ya?

Tidak ada rumah untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diambil dengan telapak tangan. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Zahid, "Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!" demikianlah keadaan Zahid kala itu.

Namun, Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tidak satu makhluk pun bisa menghalangi. Zahid menerima hidayah, dan dia berada di barisan terdepan dalam shalat maupun jihad.

Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, namun tidak demikian dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sang rahmat bagi semesta alam.

Zahid yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. "Zahid…", begitu lembut Baginda Shallallahu 'alaihi wasallam memanggil,
"Tidakkah engkau menikah?"

"Siapakah orang yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini Ya Rasulullah?" kata Zahid sambil tersenyum.

Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam juga tersenyum, mungkin memang tidak ada orangtua yang berkenan pada Zahid.

Namun hari berikutnya ketika bertemu dengan Zahid, Rasulullah kembali menanyakan hal yang sama.

"Zahid tidakkah engkau menikah?." dan Zaid menjawab dengan jawaban yang sama begitu begitu dan begitu tiga kali, tiga hari berturut-turut.

Rasulullah kemudian meminta salah seorang sahabat yang biasa menjadi juru tulisnya, untuk membuatkan surat.

Surat itu berisi lamaran kepada seorang wanita yang bernama Zulfah Binti Said.

Zulfa binti Said adalah Putri seorang bangsawan Madinah keluarganya dikenal sangat kaya raya, dan Zulfa adalah seorang wanita yang dikenal sangat cantik.

Surat itu kemudian dibawa ke rumahnya. Oleh Zaid, surat Rasulullah itu kemudian dibawa ke rumah Said yakni orang tua Zulfa.

Baca Juga: Kisah Rabiatul Adawiyah Lahir dan Diculik, Menyedihkan Hingga Sang Ayah Bermimpi Nabi

Setiba di rumah Said, ternyata sedang ada tamu yang mengunjungi rumah itu.

Zahid kemudian mengucapkan salam dan hendak menyerahkan surat tersebut.

Ia diterima di depan rumah oleh Said. Zaid berkata "Wahai saudaraku said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia, untuk diberikan untukmu, wahai saudaraku."

Said menerima surat itu dan berkata "ini merupakan kehormatan untukku".

Said kemudian membuka surat itu dan membacanya. Rasa terkejut tidak bisa dihindarkan olehnya, ketika membaca surat dari Rasulullah itu.

Surat lamaran yang dikirimkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam itu, dianggap berbeda dengan tradisi Arab.

Secara turun-menurun, sudah ada tradisi di Arab bahwa seorang keturunan bangsawan harus menikah dengan keturunan bangsawan juga.

orang yang kaya juga harusnya menikah dengan orang yang kaya, tradisi ini untuk mengusahakan pernikahan yang sekufu.

Yakni sepadannya seorang suami dengan istrinya dalam agama, kedudukan, pendidikan, kekayaan, dan sebagainya.

Bertanyalah Said kepada Zahid "Wahai saudaraku, Apakah betul surat ini berasal dari Rasulullah?, Ia menjawab pertanyaan Said dengan pertanyaan juga, 'Apakah engkau pernah melihat aku berbohong?," kata Zaid radhiallahu anhu.

Suasana antara Said dan dirinya sedikit menegang, di situasi tersebut muncullah Zulfah yang keluar dari dalam rumah.

Zulfa berkata "Wahai Ayah, mengapa bersikap sedikit tegang dengan tamu ini?, Bukankah lebih baik jika disuruh masuk terlebih dahulu!."

Said menjawab pertanyaan Zulfa "wahai anakku ini adalah pemuda yang sedang melamar engkau ia melamarmu untuk menjadi istrinya."

Zulfah kemudian melihat kearahnya ia kemudian menangis sambil berkata "Wahai Ayahku, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya, dan semuanya menginginkan aku. Aku tidak mau wahai Ayah."

Said kemudian menoleh kepadanya ia berkata "Wahai saudaraku kau sendiri telah mengetahui bahwa anakku tidak mau, bukan aku yang menghalangi sampaikan pada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak."

Zulfah yang mendengar nama Rasulullah disebut kemudian menghentikan tangisnya, ia bertanya kepada ayahnya,

"Wahai Ayah mengapa menyebut nama Rasul?. Said menjawab "lamaran ini adalah perintah Rasulullah."

Mendengar jawaban sang ayah, Zulfah kemudian beristighfar beberapa kali.

Ia menyesal karena telah lancang menolak perintah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Zulfah kemudian berkata "Wahai Ayah apakah engkau hendak menolak permintaan Rasulullah?. Demi Allah kirim aku padanya, dan demi Allah karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku," kata Zulfa.

Sang gadis solehah itu lalu membaca ayat, yang artinya "Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan rasulnya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka, dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (Q.S Al-Ahzab:36).

Mendengar jawaban Zulfa, Zahid merasa bahagia tidak terkira, ia kemudian mohon diri untuk pulang ke menuju Masjid.

Setibanya di masjid, Zahid meluapkan kebahagiaannya dengan melakukan sujud syukur.

Ternyata Rasulullah melihat dirinya yang tampak sedang bahagia.

Baginda tersenyum dan bertanya, "bagaimana wahai Zahid? Zahid menjawab 'Alhamdulillah saya diterima ya Rasulullah.'"

Rasulullah lalu bertanya "apakah kamu sudah memiliki persiapan?."

Zahid tampak lesu mendengar pertanyaan Rasulullah ia menjawab "Ya Rasulullah, saya tidak memiliki apa-apa."

Ia kemudian diperintahkan untuk menemui Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan Abdurrahman bin Auf.

Dari ketiga sahabat Rasulullah itu, Zahid menerima cukup banyak uang untuk persiapan pernikahan.

Ia kemudian menuju pasar untuk membeli barang-barang yang diperlukan untuk pernikahannya.

Saat Zahid sibuk mempersiapkan pernikahannya, ternyata situasi genting sedang terjadi.

Rasulullah memerintahkan kaum muslimin berperang melawan orang kafir yang mengancam Islam.

Zahid yang tiba di Masjid merasa terkejut, dilihatnya kaum muslimin berkumpul dan bersiap dengan senjata yang lengkap.

Ia bertanya kepada orang-orang yang ada di sana. "Ada apakah ini?, para sahabat menjawab 'wahai Zahid hari ini orang kafir akan menyerang kita, Apakah kamu belum tahu?'".

Mendengar jawaban para sahabat, Zaid beristighfar. Ia kemudian berniat menjual perlengkapan pernikahan untuk dibelikan kuda yang terbaik.

Para sahabat terkejut dengan rencana Zahid. "Wahai zahid esok engkau akan menikah, Apakah engkau masih hendak berperang?."

Ia menyangkal hal tersebut, Ia tetap ingin berperang, dan menyampaikan Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 24.

"Katakan jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya, serta berjihad di jalan Allah maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusannya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Dengan tekad yang bulat, Zahid maju ke medan perang bersama kaum muslimin. Di perang tersebut, Zaid memperoleh Syahid.

Saat Syahid di medan perang, Rasulullah begitu kehilangan, pada akhir pertempuran, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bertanya "apakah kalian kehilangan seseorang?, 'tidak Ya Rasulallah' serempak para sahabat menjawab.

Sepertinya Zahid memang tidak berarti dikalangan mereka.

"Apakah kalian kehilangan seseorang," tanya Rasul kembali.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bertanya lagi, kali ini wajahnya merah bersemu 'tidak Ya Rasulallah', kali ini sebagian menjawab dengan was-was.

Beberapa orang menengok kekanan dan kekiri, Rasulullah menghela nafasnya, dan baginda bersabda "tetapi aku kehilangan Zahid," kata Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam.

Para sahabat tersadar dan berkata "Carilah Julaibib yakni nama panggilan Zahid,"

Maka Zahid yang mulia pun ditemukan, ia terbunuh dengan luka-luka disekujur tubuh, dan wajahnya.

Disekitar jasadnya, ada tujuh jasad musuh yang telah Ia bunuh.

Rasulullah dengan tangannya sendiri mengkafani Zahid. Baginda mensholatkannya dan berdoa.

"Ya Allah dia adalah bagian dari diriku, dan aku adalah bagian dari dirinya."

Para sahabat menitikkan air mata mendengar doa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Demikian juga Zulfa ia berkata "Ya Allah alangkah bahagianya calon suamiku, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia, izinkanlah aku mendampinginya di akhirat kelak."

Itulah Kisah Zahid Sahabat Rasulullah yang Meninggal Sebelum Menikah Karena Syahid di Medan Perang, dikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube Tinta Mahabbah pada 22 Mei 2022. Semoga bermanfaat.***

Editor: Sutrisno Tola

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x