Inilah Sosok Piere Tendean, Ajudan Tampan Yang Setia dan Rela Mati di Tragedi G30/S PKI Demi Sang Atasan

- 15 September 2022, 19:28 WIB
Inilah Sosok Piere Tendean, Ajudan Tampan Yang Setia dan Rela Mati di Tragedi G30/S PKI Demi Sang Atasan
Inilah Sosok Piere Tendean, Ajudan Tampan Yang Setia dan Rela Mati di Tragedi G30/S PKI Demi Sang Atasan /pierresangpatriot ig/

TERAS GORONTALO - Dalam sejarah, sosok Ajudan Pierre Tendean mungkin tidak asing di telinga kita karena ke setiaanya.

Salah satu prajurit Indonesia yang memiliki darah blasteran tersebut harus gugur dalam tragedi G30S/PKI saat bertugas dan mengawal.

Pierre Tendean sendiri memiliki wajah yang karismatik dan menawan sehingga menjadi idola dan idaman wanita saat ini.

Namun hanya satu wanita yang berhasil memikat dirinya dan akan melangsungkan pernikahan.

Ajudan tampan ini memiliki kesetiaan yang luar biasa hingga akhir hayat kepada atasannya saat itu yakni Jenderal AH. Nasution.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap, Kondisi Baju Brigadir J Acak-acakan, Susi Bongkar Posisi tak Biasa Putri Candrawathi

Tragisnya Pierre Tendean harus merenggang nyawa saat akan hendak melamar kekasih.

Salah satunya yakni kisah cinta dari pahlawan revolusi Piere Tendean dan sang pujaan hati Rukmini.

Dilansir dari channel youtube Jaya Edutainment, Pierre Tendean merupakan prajurit TNI yang berdarah Perancis dan Minahasa.

Pierre Tendean merupakan prajurit dari Ahmad Nasution, yang tewas saat terkena luka tembak di dada dan leher dari pasukan cakra birawa.

Silansir dari Lombok Insider Pada April 1965, Pierre dipercaya menjadi ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution.

Baca Juga: Bjorka Asli Olok-Olok Pemerintah, Benarkah Mabes Polri Salah Tangkap Bjorka Madiun?

Dalam pekerjaan sehari-hari mengawal Nasution, Pierre kerap jadi pusat perhatian karena ketampanannya.

Apabila Nasution diundang sebagai pembicara dalam seminar atau konferensi, sosok Pierre ikut jadi sorotan terutama dari kaum hawa.

Dari sinilah kemudian terkenal istilah, “Telinga kami untuk Pak Nas, tetapi mata kami untuk ajudannya.”

Pada malam 30 September 1965, menjadi jadi hari pengabdian terakhir Pierre bagi keluarga Nasution.

Pierre jadi korban saat pasukan Tjakrabirawa hendak meringkus AH Nasution.

Baca Juga: Komisi Banding Disahkan Kapolri, Ferdy Sambo Akan Jalani Sidang Pekan Depan

Dirinya menjadi salah satu korban pembunuhan Gerakan 30 September 1965 bersama enam perwira tinggi Angkatan Darat.

Kisah cinta dari Pierre Tendean dan sang kekasih yang bernama Rukmini Chamim juga menjadi sorotan.

Kisah cinta keduanya bisa dikatakan kisah yang tragis dan menyedihkan di seluruh Indonesia.

Dilansir dari buku Sang Patriot Kisah seorang pahlawan Revolusi, Pierre Tendean dan Rukmini bertemu di Medan pada tahun 1963.

Nur Indah Rukmini Chamim merupakan putri sulung dari Raden Chamim Rijo Siswopranoto seorang pengusaha terkemuka di medan pada saat itu.

Pierre memanggil Rukmini dengan nama Mimin, dan Rukmini memanggil Piere Tendean dengan nama mas Piere, sebagai panggilan sayang.

Masa cuti yang diberi selalu digunakan untuk berkunjung ke Medan untuk berjumpa sang pujaan hati Rukmini.

Tidak hanya itu, Pierre Tendean harus bekerja lebih keras untuk meminang sang pujaan hati Rukmini.

Dalam penerbangan dan tugas bersama AH Nasution 30 Juli 1965, Pierre Tendean datang ke Rukmini untuk pembicaraan yang lebih serius yakni jenjang pernikahan.

Pernikahan keduanya rencana akan digelar pada bulan November 1965.

Dalam hal ini, Pierre Tendean tidak main main, bahkan Piere sampai bekerja sampingan menjadi supir kontraktor untuk meratakan tanah di proyek pembangunan monas.

Pierre Tendean bahkan mencari informasi rumah kontrakan di sekitar menteng, untuk ditepati saat sudah menikah.

Namun hal tersebut harus berakhir pilu 2 bulan jelang pernikahannya.

Pierre Tendean harus gugur dalam kejadian kelam dan bersejarah pada 30 September 1965.***

Editor: Abdul Imran Aslaw

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah