Jabat Tangan AHY dan Moeldoko, Begini Pandangan Pengamat Politik

- 27 Februari 2024, 15:05 WIB
Momen Moeldoko dan AHY Berjabat Tangan, Jadi Sorotan di Istana
Momen Moeldoko dan AHY Berjabat Tangan, Jadi Sorotan di Istana /Instagram @sekretariat.kabinet/

TERAS GORONTALO - Pada hari yang dinantikan oleh banyak orang, dua figur politik ternama di Indonesia, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko, akhirnya bertemu dan saling berjabat tangan. Pertemuan ini menimbulkan berbagai reaksi dan tanggapan dari masyarakat dan pengamat politik di tanah air.

Pertemuan ini juga mendapat perhatian dari masyarakat luas. respons terhadap jabat tangan AHY dan Moeldoko juga bervariasi. Ada yang menganggapnya sebagai langkah positif untuk memperbaiki hubungan politik di Indonesia, namun tidak sedikit pula yang menilai bahwa jabat tangan itu hanyalah tindakan simbolis belaka tanpa adanya perubahan yang nyata.

Dikutip Teras Gorontalo dari laman Antara, Cecep Hidayat, seorang pengamat politik dari Universitas Indonesia, mengungkapkan pendapatnya tentang pertemuan dan jabat tangan antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Menteri Agraria dan Tata Ruang, dengan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, yang berlangsung di Istana Negara Jakarta pada hari Senin 26 Februari 2024. Menurut Hidayat, tidak mungkin memisahkan peran penting Presiden Joko Widodo dalam pertemuan tersebut.

"Di sini Pak Jokowi menjadi representasi, ya, yang seperti beliau sampaikan beliau menjadi jembatan buat semua politisi yang berbeda. Akan tetapi, sebenarnya beliau yang mendesain itu," kata Cecep saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin 26 Februari 2024.

Menurut penjelasan Cecep, peran Jokowi sangat signifikan dalam menyatukan AHY dan Moeldoko, yang sebelumnya terlibat dalam sengketa kepengurusan Partai Demokrat.

"Ketika Demokrat masuk ke dalam kabinet, akhirnya diakomodasi ke kabinet oleh Jokowi, itu 'kan hak prerogatif presiden. Mau enggak mau Moeldoko, meskipun pernah berkonflik dengan AHY, akhirnya menerima AHY juga. Jadi, peran Jokowi ini kuat untuk menyatukan dua pihak yang pernah berseteru," ujarnya.

Dalam konteks ini, penting bagi kita semua untuk menghargai perbedaan pendapat dan membangun dialog yang konstruktif. Meskipun pandangan kita mungkin berbeda, kita harus tetap menjaga sikap saling menghormati dan mencari solusi yang terbaik untuk bangsa dan negara.***

Editor: Viko Karinda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x